Shoot-down

6 0 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kasus pertama telah usai, Theo, Ryan dan pelaku lainnya dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena terbukti mengedarkan narkotika jenis sabu dengan barang bukti yang sudah diamankan. Aku meninggalkan pengadilan tinggi Jakarta Pusat setelah sidang usai, bergegas kembali ke bareskrim Pusat bersama tim.

Kami erlari menuju parking hall demi menghindari pertemuan yang tidak diinginkan, akupun tidak ingin bertemu dengannya lagi meski hanya untuk bertegur sapa apalagi jika untuk berdebat sengit, sekarang aku dapat bernafas lega di balik kemudi. Suasana diluar mulai sepi setelah keluarga tahanan meninggalkan gedung pengadilan, selepas ini aku akan menghapus semua memori tentang kasus pertama.

Sebelum meninggalkan parkiran aku mengecek ponsel, membuka aplikasi pesan dan membalas beberapa pesan yang penting. Tak lama sebuah panggilan telepon masuk, aku langsung mengangkatnya, hanya sebentar.


***



"Jadi dokumen ini palsu?"

"Ya, kami telah memeriksanya secara menyeluruh. Pabrik pengelolaan limbah itu ilegal, didirikan di atas tanah milik negara."

Pak Martinus masih memandangiku dengan tatapan menantang, lalu menepuk bahu seraya tersenyum. Sebentar lagi, semua akan selesai.

Tak lama pemilik pabrik pengelola limbah datang menghampiri kami yang sedari tadi menunggu di kantornya dengan tujuan mengembalikan berkas sesuai kesepakatan perjanjian kerjasama, wajahnya tampak sumringah, seperti full moon yang tengah bersinar terang di langit berbintang.

Musim sepertinya akan beralih, ku rasakan hawa panas ketika melihatnya tersenyum disaat Pak Martinus menyerahkan berkas kepemilikan izin usaha yang ternyata palsu.

Pak Martinus menoleh ke arahku yang sedari tadi berdiri di belakang, mengedipkan matanya sekali dan kami langsung bergerak untuk eksekusi. Aku membantu Pak Martinus mengamankan dan mencari barang bukti lain, sementara beliau mengamankan pelaku.

Tak lama datang delapan orang pria dewasa dengan penampilan seram seperti preman, mereka mengepung kami yang sudah berada di luar kantor. Aku memberikan signal kepada anggota lain untuk segera keluar dari tempat persembunyian, terjadilah baku hantam antara anggota kepolisian dan preman penjaga pabrik.

"Bawa mereka semua ke dalam mobil.." Perintah Pak Syarief dengan tegas.

Semua preman beserta pemilik pabrik pengolahan limbah digelandang ke dalam mobil, Pak Martinus memberikan kode agar aku segera naik kedalam mobil dinas miliknya dan akupun menuruti. Dengan perasaan bercampur seperti ribuan warna cat dalam satu wadah, namun warna hitam dan merah lebih mendominasi, aku membuang nafas gundah karena ia sudah masuk kedalam perangkap.

Sepanjang jalan menuju kantor diri terus termangu memikirkan apa yang akan terjadi di depan kisah, semua masih menjadi rahasia Tuhan. Tak jarang rasa takut menghampiri disaat melihat jejak langkah yang selama ini sudah kami terjang, meski tak ada darah yang menetes namun aku tetap takut dan merasa hampir gila.

Machiavellian (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang