Episode 8

625 66 0
                                    

Beberapa hari berlalu. Di suatu ruangan, petikan shamisen menggelegar ke seluruh penjuru ruangan.

Twang
Petikan itu kembali terdengar. Seakan menerima perintah, saat shamisen itu di petik ruangan seperti berjalan, berpindah.

Seluruh iblis bulan bawah berkumpul di sana, menghadap sang raja yang memandang mereka penuh pengharapan dan menatap mereka rendah.

Sang raja pun datang secara tiba-tiba di hadapan mereka, dia menggunakan wujud seorang wanita dewasa dengan kimono yang akan terlihat sangat anggun dan menawan.

"Bersujud lah, tundukkan kepala mu" ucap nya dengan lantang tanpa terbata sedikit pun, tentu, dia adalah penguasa disana.

Seisi tempat itu seperti sesak dan hawa disana sangat mengintimidasi. Bahkan, para iblis bulan bawah pun tak mampu lagi menatap sang raja, mereka hanya dapat bersujud dan menjawab sesuai yang akan di tanyakan kepada mereka.

"MAAF KAN SAYA! SAYA MOHON, KIBUTSUJI-SAMA" salah seorang iblis berteriak dengan jantung yang berdetak sangat kencang.

Terlambat, Muzan telah menggunakan kekuatannya untuk melilit iblis itu. Namun, iblis itu masih tetap bersikeras untuk meminta pengampunan dari Muzan.

"KASIHANILAH HAMBA"
"SAYA MINTA MAAF" , "SAYA MINTA MAAF"
"SAYA MIN-"

Krek
Kreuk
Ucapan iblis itu terpotong, sebuah mulut raksasa akan siap dan segera untuk memotong lehernya. Darah sudah seperti hujan di sana, nampak mengerikan, iblis-iblis yang masih bersujud pada Muzan menyaksikan itu dalam senyap, mereka ketakutan.

Dari kelima iblis bulan bawah, hanya Enmu saja yang mampu bertahan. Seorang pria dengan rambut pendek itu bersyukur jika dia masih di berikan kesempatan oleh Muzan untuk hidup, saat itu. Tanpa basa-basi lagi, Muzan memberikan darahnya pada Enmu lalu berkata bahwa Enmu harus berguna baginya.

Twang
Petikan shamisen itu terdengar kembali, sama seperti sebelumnya, ruangan berputar. Muzan hilang sejenak dari hadapan Enmu yang sedang menahan rasa sakit dari efek samping pemberian darah Muzan. Bahkan, dia sekarang sedang tertawa, seperti orang tidak berakal.

Mari kembali lagi bersama keadaan ku. Aku sedang berada di dalam rumah ku. Menatap sebuah kolam kecil dengan pohon sakura di sebelahnya, nampak sangat indah.

"Aku di beri izin untuk tidak menyelesaikan misi karena aku sedang sakit, entah karena apa. Tetapi perut ku sangat sakit sekarang" aku berbicara dengan angin, lagi.

Si Hitam sedang tidur, jadi mari abaikan dia. Biarkan dia beristirahat, dia pun juga seekor makhluk hidup, kan? Jadi, dia butuh istirahat.

"Aku yakin, itu pasti karena semalam, Keitaro-san. Bahkan, kaki ku pun sangat dingin hingga sekarang" ada seseorang di belakang, aku lantas menoleh ke arah sumber suara.

Kalian pasti juga sudah tau, kan. Benar, dia adalah Shinobu. Entah sejak kapan gadis itu datang, aku bahkan tak mendengar pintu fusuma bergeser sedikit pun. Atau aku melamun dengan sangat dalam? Entahlah, mari abaikan ini.

"Tidak mungkin, Shinobu. Jelas-jelas semalam aku sangat sehat bugar. Bahkan, saat pertama kali waktu itu, fisik ku sangat baik" aku menepuk-nepuk sisi kanan ku, menyuruh Shinobu untuk duduk di sebelahnya.

"Hah~ memang Keitaro-san semakin hari semakin saja keras kepala, baiklah jika kamu menganggap ini hanya masuk angin biasa" nampaknya dia merasa sudah kalah.

"Oh ya, Keitaro-san sedang di liburkan ya? Rengoku-san sedang menyelesaikan sebuah misi dengan ke tiga bocah yang bersahabat itu. Dia nampak sangat antusias, dengan itu mungkin dia akan menerima Nezuko" lanjutnya, aku mengangguk paham. Memang, aura yang di keluarkan Kyojuro sangat cerah, seperti api yang membara.

"Aku memang sedang di liburkan, ada apa?" Aku bertanya balik, sebagai balasan ucapan Shinobu.

"Tak apa, berarti aku bisa bebas disini" ucapnya dengan santai, aku menghela nafas dan mengangguk, membiarkannya. Jika aku tak membiarkannya, dia pasti akan bersikeras untuk aku mengizinkannya berada disini.

"Tetapi, dengan satu syarat" ucap ku, dia kembali menatapku penuh antusias. Mata nya berkaca-kaca dan mengkilap, dia ingin tau apakah syarat itu. Sekali lagi, aku menghela nafas.

"Jangan menjadikan aku bahan penelitian mu itu, aku muak. Aku tau kok, beberapa hari yang lalu kamu mengambil sedikit darah ku" Saat mendengar kan syarat dan dia yang ketahuan melakukan penelitian padaku, dia terkejut.

"Ara~ ternyata aku ketahuan ya, tetapi demi tetap disini baiklah aku akan berhenti dengan penelitian itu" Ucapnya, kami berdua kembali tertawa.

Kami kembali dalam keadaan senyap, menikmati udara dan suasa sekitar. Alam sekitar pun sangat asri, aku jadi teringat dengan kehidupan ku sebelumnya. Ah- tak usah di bahas, untuk sekarang itu sudah tidak penting lagi.

"Keitaro-san, boleh kah aku bertanya?" Shinobu membuka topik dengan pertanyaan, luar biasa. Tetapi, baiklah.

"Boleh, dan aku akan menjawab sesuai dengan kemampuan dan apa yang aku tahu atau ku alami, maupun dari pengalaman. Jadi, ada apa?" Dia nampak sedang menyusun kata-kata.

"Bolehkah Keitaro-san menceritakan masa lalu mu? Aku hanya ingin tau, siapa tau itu akan menjadi inspirasi dan semangat baru untukku menjadi yang lebih baik lagi. Mengingat kau adalah hashira yang sangat kuat" Ucapnya, aku mengangguk, baiklah aku akan menceritakannya.

Aku menceritakan kisah hidupku sebelum dan setelah menjadi iblis padanya, mulai dari kehidupan bahagia seorang anak pemimpin klan yang memiliki keluarga yang sangat lengkap. Seorang ibu yang cantik, anggun, dan pintar. Serta, seorang ayah yang gagah dan selalu baik kepada siapapun tanpa memandang status. Hingga seorang anak laki-laki yang memiliki ambisi untuk menjadi kuat untuk melindunginya ibunya.

Bahkan, saat ini. Shinobu menintikkan air matanya, aku harap tak ada yang melihat, nanti aku di tuduh karena membuat Shinobu menangis.

Tetapi, benar. Kisah itu menyedihkan, bukan awalnya yang menyedihkan, tetapi akhir nya, sangat menyedihkan. Anak laki-laki itu kehilangan semuanya, keluarga, pelayan, rumah, dan senyumannya. Bahkan, saat ia sudah menginjak sedikit lebih dewasa, dia telah di ubah menjadi iblis oleh iblis yang membunuh ibu, pelayan, serta menghancurkan tempat tinggal yang memiliki sangat banyak kenangan indah.

"Hei, Shinobu. Sudah lah, berhenti lah menangis. Aku takut jika si Tomioka itu lewat lalu menuduhku karena membuat seorang gadis menangis. Dan, aku tidak mau itu terjadi" Aku berucap, aku mengelus punggung Shinobu.

Aku menganggapnya sebagai adik ku, dan dia juga menganggap diriku sebagai kakak laki-laki nya. Kami saling melengkapi, tetapi terkadang sedih sekali.

"Terimakasih, Keitaro-san atas ceritanya. Aku tak menyangka ternyata se-mengerikan itu" Ucapnya seraya jari telunjuk untuk menyeka air matanya yang turun sejak tadi.

"Sama-sama Shinobu, dan jika kamu ada yang ingin di ceritakan. Silahkan, aku mengizinkan mu untuk bercerita" Ucap ku seraya memeluk gadis yang ku anggap sebagai adik ini.

KNY X MALE OCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang