Part 15. Kebimbangan Azzam

6.4K 359 24
                                    

"Pada hakikatnya, istikharah itu bukan untuk menentukan dua pilihan yang berbeda. Namun, memantapkan hati untuk satu pilihan yang sudah di pilihnya."

-Takdir Sang Ilahi-

°°°

Semua pengunjung cafe terlihat ramai dengan beberapa mahasiswa yang singgah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua pengunjung cafe terlihat ramai dengan beberapa mahasiswa yang singgah. Di ujung meja, seorang gadis melamun dengan netra yang melihat orang-orang yang berada di dalam coffee shop. Netranya melihat dua perempuan yang berinteraksi sangat dekat, membuat matanya berkaca-kaca.

"Ifah, kamu di mana? Kamu baik-baik aja kan?" gumam Zahra dengan netra yang mengarah pada sepasang dua teman dekat yang berinteraksi itu.

"Gue kangen lo, Ifah."

Tak bisa dipungkiri, Zahra begitu merindukan sahabatnya. Bermain bersama, bercanda bersama, berbagi cerita bersama. Dan semuanya bersama dengan Alifah. Alifah sudah ia anggap seperti layaknya saudara kandung, bersahabat sejak kecil, itulah yang membuat ikatannya tidak pernah terputus.

Karena tidak ingin menangis di depan umum, Zahra sedikit menyeka sudut air matanya. Lalu merogoh ponselnya yang berada di tas. Terlihat wallpaper wajah Zahra dan Alifah yang sangat bahagia itu, sedikit membuat Zahra menyunggingkan senyum.

Fokus dengan benda pipih, Zahra sampai tidak sadar dengan kedatangan pegawai yang membawa pesanannya.

"Permisi mbak, ini pesanannya."

Zahra mengangkat pandangannya, lalu mengulas senyum kecil sembari berterima kasih.

"Terima kasih ya, kak." Zahra meletakkan ponselnya di atas meja.

Pegawai perempuan itu mengangguk.

"Kamu Zahra ya? Temannya Alifah." pegawai perempuan itu bertanya memastikan.

Zahra mengangguk kecil. "Iya kak."

"Masih ingat sama saya?"

"Iya ingat, kak Bunga kan?" tebak Zahra.

Bunga mengangguk dengan senyuman simpul.

"Oh ya, kamu tau Alifah di mana? Aku ngirim dia pesan dan nelpon pun nomernya udah gak aktif."

Raut wajah Zahra berubah sedih, dan hal itu bisa dilihat oleh Bunga.

"Aku juga gak tau Alifah sekarang ada di mana kak. Tapi, aku yakin Alifah pasti baik-baik aja." balas Zahra menyakinkan hatinya juga.

Ekspresi Bunga berubah menjadi sedih. Sudah beberapa hari, Alifah tidak ada kabar dan masuk kerja, membuat Bunga sangat merasa kesepian tidak ada teman mengobrol bersama Alifah.

"Aku boleh minta nomer kamu gak, Zahra? Nanti kalo ada apa-apa tentang Alifah, kita saling komunikasi."

Zahra mengangguk dan meraih ponselnya. "Boleh kok, kak." setelah berkata seperti itu, Zahra lantas menulis nomernya di kertas sobekan. Lalu memberikannya kepada Bunga.

Takdir Sang Ilahi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang