Part 16. Niat Baik

6K 377 44
                                    

“Setiap niat baik akan ada awal yang baik pula.

-Takdir Sang Ilahi-

°°°

Seminggu berlalu begitu cepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seminggu berlalu begitu cepat. Perubahan hidup seorang gadis yang waktu itu sempat ingin mengakhiri hidupnya, kini berubah sangat baik. Hidup di dalam pesantren, membuat gadis berusia 20 tahun itu bisa merasakan arti dari kehidupan ini yang hanyalah sesaat. Dunia ini begitu banyak tipu muslihat manusia di luar sana, Alifah sedikit menyesal karena mengetahui hidup di pesantren begitu sangat menenangkan.

Cuaca hari ini sangat terik, dan menunjukkan pukul setengah sebelas siang. Alifah dengan gamis serta hijab yang senada, mencoba menguatkan diri untuk pergi keluar. Ia sangat merindukan ibunya, dan sudah lama tidak berziarah. Dengan keyakinan dari kemarin, Alifah harus memberanikan diri untuk keluar.

Seperti saat ini, Alifah menghampiri umi Fatimah yang sedang bersama dua orang santri putri di sebuah halaman. Alifah mencoba menarik napas pelan, dengan langkah kaki yang mendekat ke arah umi Fatimah.

"Umi.."

Umi Fatimah menoleh dan mendapati Alifah yang berdiri di belakangnya.

"Nak.."

Alifah masih diam di tempat, panggilan 'nak' selalu membuat Alifah tidak bisa berkata-kata. Tak bisa dipungkiri, Alifah sangat bahagia mendapat perhatian dari sosok seorang ibu seperti umi Fatimah.

"Kamu mau ke mana? Mau pergi keluar?" tanya umi Fatimah melihat Alifah yang sudah rapi.

Alifah menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. "Iya, umi. Ifah mau ziarah ke makam ibu," jawab Alifah dengan sorot mata yang sendu.

Umi Fatimah bisa melihat ada kesedihan yang terpancar di mata Alifah saat menyebut kata 'ibu', tidak ingin merusak suasana hati Alifah. Umi Fatimah mengelus kepala Alifah yang tertutup hijab dengan lembut.

"Ya sudah, kamu boleh pergi ya. Tapi, kamu harus jaga diri baik-baik."

Alifah mengangguk, dan memastikan bahwa dirinya bisa menjaga diri. Meski ada sedikit ketakutan jika sampai bertemu dengan seseorang yang sangat Alifah hindari. Kejadian malam itu, masih membekas di hati dan pikirannya.

"Kamu pergi sama siapa? Biar di antar ya."

"Ngga usah, umi. Ifah mau pergi sendiri, boleh?"

Umi Fatimah sangat ragu untuk memperbolehkan Alifah sendiri di luar sana. Mendapat tatapan seperti ragu di mata umi Fatimah, Alifah lantas meraih tangan umi Fatimah dan menggenggam lembut.

"Ifah akan baik-baik aja, umi. Umi Fatim gak perlu khawatir ya."

Umi Fatimah menarik napas pelan. Sedikit ada kelegaan karena Alifah mau bangkit dari keterpurukannya, dan menjalani hidup dengan baik. Sesaat itu, umi Fatimah mengalihkan pandangannya ke arah salah satu santri putri untuk meminta tolong.

Takdir Sang Ilahi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang