ACDD 23# BERTEMU

21.3K 1.5K 49
                                    

ACDD 23# BERTEMU

"Tidak ada pertemuan yang lebih indah selain pertemuan dua insan yang saling merindu. Seperti pertemuan nabi Muhammad dengan umatnya. Untuk merindukannya kita perlu mencintainya terlebih dahulu."

~Aisfa (Cinta dalam Doa)~

🕊🕊🕊

Konon cinta sebelum ada ikatan pernikahan adalah ujian terbesar bagi kaum jomlowan dan jomlowati. Padahal cinta adalah anugerah terindah yang Allah berikan untuk hambanya. Namun, sayangnya tak sedikit dari mereka yang menyalahkan artikan definisi cinta yang suci. Salah satunya dengan berpacaran atau tidak berpacaran tapi melakukan aktivitas seperti layaknya berpacaran yang membuat Allah murka.

Sama hal seperti Gus Alfatih yang merasa dirinya telah kalah dengan hawa nafsunya sendiri. Gus Alfatih menyesal tapi ia tidak bisa mengendalikan perasaannya. Ia menginginkan Aisfa tapi brengseknya dia mengkhitbah Ning Izza.

"Kamu gak boleh seperti ini terus, Al. Ning Izza gadis yang baik. Jangan sakiti dia," monolognya.

Jujur, Gus Alfatih kecewa pada dirinya sendiri.

"Hawa nafsu sudah menguasaiku. Aku tidak bisa seperti ini terus. Bisa-bisa aku menodai cintaku padanya. Aku memang mencintainya, tapi aku harus menjaga kesucian cinta ini. Lagipula mencintai tidak harus memiliki bukan? Secara perlahan aku yakin, aku pasti bisa melupakan Aisfa."

Tok tok tok

"Assalamualaikum, Bang. Di panggil Umi," teriak Gus Afnan dari luar kamarnya.

Gus Alfatih beranjak membuka pintu. "Wa'alaikumussalam."

"Umi sakit, Bang. Dia pengen ditemani sama kamu," tuturnya.

Jantung Gus Alfatih berdetak panik. Dengan langkah lebar-lebar pemuda itu menghampiri Ning Naya di kamarnya. Saat memasuki kamar, netranya memanas melihat uminya berbaring dengan wajah pucat di sana.

Gus Alfatih mendekati ranjang Ning Naya dan memegang tangannya yang hangatnya. "Umi, sakit apa?"

Ning Naya tersenyum melihat kekhawatiran di wajah putranya. "Umi, baik-baik aja, Nak. Cuma tidak enak badan sedikit. Mungkin faktor usia kali ya," kekehnya diakhir kalimat.

"Gimana kabar kamu? Umi perhatikan akhir-akhir ini kamu sibuk sampai lupa menghabiskan waktu sama Umi."

Gus Alfatih merasa tertohok mendengar perkataan uminya. Pemuda itu menjadi merasa bersalah.

"Maafin, Al, Umi. Alfatih gak bermaksud untuk begitu, tapi pekerjaan Alfatih yang selalu nuntut Alfatih untuk di luar terus. Kedepannya Alfatih akan berusaha meluangkan waktu ya, Umi."

Ning Hanaya menangkup pipi putranya dan menatap matanya dengan serius. "Nak, jujur sama Umi. Apa kamu sedang mempunyai masalah? Umi tahu betul bagaimana sifat putra umi ini karena umi yang melahirkan kamu. Biasanya kalau kamu punya masalah, kamu akan lebih sering menyibukkan diri daripada bercerita. Jujur umi khawatir sama kamu, Al," kata Ning Naya dengan raut wajah sedihnya, menambah rasa bersalah pada diri Gus Alfatih.

"Umi, percayalah Alfatih sedang tidak punya masalah."

"Tapi perubahan kamu mengatakan segalanya, Nak. Dan Umi baru sadar kalau itu terjadi semenjak kamu bertunangan dengan Ning Izza. Apa kamu punya masalah sama dia? Kalian bertengkar?"

Aisfa (Cinta dalam Doa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang