Violet menghembuskan nafasnya dengan berat. Hari ini fokusnya kurang dalam melakukan analisis keuangan yang akan dia presentasikab besok untuk bahan rapat. Dia melihat sejenak jam yang berada di laptopnya, jam makan siang akan dimulai 5 menit lagi. Violet mengambil handphonenya lalu melihat tidak ada panggilan atau pesan dari orang yang membuatnya tak fokus seharian ini. Dengan lesu Violet mencari nama Mawar untuk mengajaknya pergi makan siang.
"Nek, lu kenapa sih kusut banget?"
Violet mengadukan makanannya dengan malas.
"Si Birus nih anyep"
"Lhah emang bukannya dari dulu Anyep, hahaha"
Vio mendengkus kasar.
"HAHAHHA, iya,,,iya nih serius gue tanya emang gimana anyepnya?"
"Dia berangkat kerja nggak pamit, nggak ngajak sarapan bareng, udahlah beda dari biasanya pokoknya"
"Lha kok bisa gitu tiba-tiba? Emang kalian sebelumnya ada bertengkar nggak? Atau cek cok gitu? Atau lo yang bikin salah tapi lo nggak kerasa"
"Iya sih ada, tapi kayaknya sebelumnya baik-baik aja. Udahlah aku pusing"
"Yaudahlah, coba ntar lo tanya aja baik-baik. Udah nikah juga masih gengsi aja lo"
Violet bersahabat dengan mawar yang punya kepribadian dan karakter yang lumayan bertolak belakang jika dilihat dari depan. Violet yang berasal dari jawa tengah yang masih kaku dan nggak biasa dengan bahasa gaul jakarta, berbeda jauh sekali dengan Mawar yang anak asli betawi yang fasih dengan bahasa lu dan gue. tetapi , Vio sangat nyaman bersahabat dengan Mawar sejak dia kuliah bersama di salah satu Universitas ternama di Jakarta lalu bekerja di perusahaan yang sama.
Vio kembali menekuni makanannya, hatinya masih diserang galau kalau kata anak gaul zaman sekarang. Galau akan suaminya yang diam, suaminya yang tak menyapanya, suaminya yang tak mencarinya dimana (eh tapi kan, pasti suaminya juga udah tahu dia bekerja).
Mengingat itu lagi Vio mendengus.
"Udah cepetan makan, habis ini waktu makan siang abis. Ntar diomelin Bu Marta"
