Pada akhirnya Sasuke gak jadi membuang bayi berambut merah muda itu.
"Duh, gimana nih gua. Mana sore ini Itachi balik lagi." Sasuke menggumam frustasi. Ia sekarang sedang duduk di sebuah taman. Baby Saku duduk diatas pangkuannya sambil melihat-lihat di seluruh penjuru taman.
Saat ini di taman itu memang sedang ramai. Banyak orang berlalu lalang, sepasang kekasih yang lagi pacaran dekat pancuran air, dan sebuah keluarga yang lagi bertamasya menggelar tikar sambil makan-makan bareng, juga menikmati kesejukan angin yang memanja tubuh.
Sasuke sendiri sibuk memikirkan nasibnya. Di saat seperti ini, Sasuke ingin sekali merokok, tapi ada bayi di dekatnya. Kalau Sasuke merokok ntar Sakura batuk-batuk, trus sakit, trus mati. Eh gak, gak, gak! Saku gak boleh mati. Ntar Sasuke bakal merasa sangat bersalah.
"Ah, dahlah. Pulang aja," kata Sasuke pada akhirnya setelah dia bingung harus ngapain. Sepertinya ia akan menyusahkan abangnya lagi.
Sasuke pulang jam tiga sore. Ketika itu, ia sudah melihat ada mobil milik kakaknya di depan rumah.
Sasuke meneguk ludahnya. Kok rasanya jadi deg-degan ya?
'Itachi bakal marah gak ya?' batin Sasuke sabenarnya takut Itachi marah dan tidak mendukungnya.Sementara itu bayi Sakura yang seperti mengerti bapaknya lagi gelisah pun mendadak memeluk leher Sasuke erat. Seolah sedang memberikan sebuah semangat.
Sasuke menepuk-nepuk punggung Sakura. Kemudian melangkah maju setelah memiliki keberanian.
Tok! Tok! Ceklek!
Pintu diketuk dua kali dan Sasuke langsung memasukinya."Sasuke?" Kebetulan Itachi lagi duduk di atas sofa ruang tamu. Tadinya sibuk main hape, begitu adeknya datang Itachi berniat menyapanya, tapi gak jadi. Itachi menatap bingung ke arah bayi di pelukan Sasuke.
"Bayi siapa itu?"Sasuke menjawab spontan. "Anak gua."
"Hah?!" Itachi ternganga.
"Itachi, kudengar ada suara Sasuke. Apa dia sudah pulang?" Teriak seorang wanita dari dalam rumah.
Sasuke membeku dari suaranya barusan terdengar seperti suara ibunya. Ternyata Itachi pulang bareng ibunya. Dan Mikoto, -ibunya mereka berdua- berjalan dari ruang keluarga ke ruangan mereka sambil membawa sebuah gelas berisi teh hangat. Pandangan Mikoto terarah pada bayi di pelukan Sasuke. "Sasuke, bayi punya siapa itu?"
"Mom, itu anaknya Sasuke," jawab Itachi sambil menunjuk bayi Sakura.
Mikoto terkejut mendengarnya. Bahkan gelas ditangannya hampir terjatuh.
"Apaa?! Sasuke punya anaaak?!""Hah? Siapa yang punya anak?" Fugaku pun segera menghampiri mereka setelah mendengar suara Mikoto barusan.
"E-eh, bu-bukan." Sasuke mendadak gelagapan.
Plak!!
..
.Dan begitulah. Sasuke kini duduk cemberut dengan cap tangan yang menghiasi pipi kanannya.
Mikoto sibuk menggendong bayi Sakura. Sementara itu Fugaku dan Itachi duduk di hadapan Sasuke sambil bersidekap dan menatap Sasuke dengan sengit. Sabenarnya hanya Fugaku saja yang tampak tak senang. Sedangkan Itachi cuma diam dan memasang ekspresi datar.
"Sejak kapan?! Sejak kapan ayahmu ini mengajarimu berbuat seperti itu?!!" tanya Fugaku, suaranya mendesis penuh amarah.
Sasuke mendengus. "Berbuat apa maksud elu?!"
Mereka cuma salah paham gara-gara Sasuke salah ucap. Dan Sasuke belum sempat membenarkannya."Hah? Elu? Kamu berani panggil bapakmu dengan sebutan elu?" Wajah Fugaku merah padam. Pertanda kalau dia sudah sangat marah.
Sasuke pun membetulkan perkataannya dengan sangat tidak ikhlas. "Iya, iya maksud gua, dady, papih, father, Abi, Abah, atau siapapun itu. Serahlah."
Brak!!
Fugaku menggebrak meja. "Kamu ya!! Ditinggal sendirian jadi gak sopan. Udah gitu berani lagi ngehamilin anak orang. Sampai segede ini anaknya!! Sejak kapan?!"Sasuke mendengus. "Itu bukan anak gua. Tadi itu gua salah omong. Itachi sih yang salah."
"Lah, kok gua?" Itachi gak terima tiba-tiba disalahkan.
Sasuke yang sama-sama gak mau disalahin pun ngomong lagi, "Iya ini salah elu bang. Pertanyaan lu tadi bikin gua spontan bilang kalau Saku itu anak gua!"
"Ya itu salah elu lah, adek bego! Pertanyaan gua benar. Elunya aja ya salah jawab!"
"Gak! Pokoknya ini salah elu. Titik!"
"Emang dasarnya elu adek kurang ajar!"
Brak!!
Fugaku menggebrak mejanya lagi, sukses membuat Sasuke dan Itachi diam. Pandangan Fugaku kembali mengarah pada anak bungsunya. "Jadi anak siapa itu?"Sasuke mengedikkan bahunya. "Mana gua tau!"
"Sasuke! Kalau ditanya jawabnya yang benar!" seru Mikoto yang mulai kesal dengan anaknya sendiri. Sasuke semakin cemberut dan Mikoto bertanya lagi.
"Jadi darimana kamu mendapatkan anak ini? Kenapa tiba-tiba ada bersamamu?"Sasuke pun menceritakan semuanya. Setelah mereka mengetahui cerita Sasuke, atmosfer tegang yang menyelimuti ruangan itu mulai mencair.
"Kalau begitu kita lapor aja ke polisi," kata Itachi memberi saran.
Tapi Sasuke langsung menggeleng. "Gua udah ke sana. Sayangnya polisi-polisi bodoh itu malah salah paham. Tepatnya saat membaca surat yang ada bersama Sakura sih."
"Surat apaan? Mana coba gua mau liat?"
Sasuke berdiri dan masuk ke kamarnya tuk mengambil suratnya. Tak membutuhkan waktu lama, ia kembali dan menyerahkan surat itu pada abangnya.
Sebelum surat tersebut dibaca Itachi, Fugaku seenaknya merebut kertas itu dan membacanya duluan.
"Jangan salah paham lagi ya, dad. Itu surat gua yakin seratus persen gak bener. Soalnya gua gak pernah pacaran. Apalagi ngehamilin cewek!" kata Sasuke buru-buru menjelaskan takut Fugaku salah paham dan menamparnya lagi.
Fugaku selesai membaca. Suratnya pun diambil alih oleh Itachi yang daritadi penasaran.
Lalu Fugaku menatap Sasuke dengan curiga. "Beneran itu bukan dari pacarmu?!"
Sasuke berdecih mulai jengkel. "Dibilangin gua gak punya pacar!"
Fugaku masih menatapnya curiga. Dan itu membuat Sasuke menggeram jengkel. "Gua beneran gak punya pacar! Gak hamilin orang juga! Gua kan anak Baek!"
Itachi mencibir. Kenakalan Sasuke yang suka bolos sekolah, tawuran dan lainnya memang belum diketahui kedua orangtuanya. Itachi memang selalu menutupinya. Tapi melihat Sasuke sekarang membuat Itachi gatal ingin membeberkan semua kenakalan Sasuke selama di sekolah.
Sasuke men-deathglare ke arah kakaknya. Seolah mengatakan agar kakaknya cukup diem aja.
"Trus kamu mau apakan anak ini Sasuke?" tanya Fugaku menghela nafas lelah.
"Mengurusnya," jawab Sasuke polos membuat Fugaku tak bisa menahan diri tuk menampol anaknya sendiri.
"Sudahlah sayang." Mikoto menyahut sambil menimang bayi Sakura yang tampak betah berada di gendongannya. "Lagipula anak ini cantik sekali. Kita urus aja dia. Sudah lama aku ingin sekali memiliki anak perempuan."
Untuk yang kedua kalinya Fugaku menghela napas lelah. Dahlah, Fugaku capek.
..
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Saku
FanfictionEntah mau disebut sebagai berkah atau kesialan. Sungguh Sasuke masih anak sekolahan yang butuh bersenang-senang, tapi kenapa takdirnya begitu sengenes ini. Kehidupan remajanya harus diganggu oleh kehadiran bayi mungil yang sabenarnya gemesin, tapi...