Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
〰️〰️〰️
Yerin menatap Taehyung yang duduk di meja makan berhadapan dengannya, laki-laki itu tampak santai dan telah rapi dengan pakaian kerjanya. Yerin menaruh sendoknya di atas piring, dia kemudian menarik nafas perlahan sebelum pada akhirnya menghela.
"Mari bercerai."
Ucapan tiba-tiba yang dikatakan Yerin membuat Taehyung menaikan satu alisnya, "Bercerai?" tanya Taehyung, ekspresinya hanya menampilkan kebingungan yang membuat Yerin semakin yakin dengan keputusannya.
"Iya," Yerin menatap Taehyung, "tidak ada harapan untuk rumah tangga kita, bercerai adalah solusinya."
Yerin mungkin tidak tau kalau sekarang Taehyung telah mengurus perceraian mereka di pengadilan agama, hanya tinggal menunggu waktu. Tapi, Taehyung akan mengikuti kemana arah pembicaraan Yerin.
"Bagaimana dengan tanggapan orangtua kita?" tanya Taehyung.
"Aku akan bicara pada orangtuaku, kamu bicaralah dengan orangtuamu. Katakan saja bahwa rumah tangga kita tak berhasil, katakan saja bahwa kamu tidak kunjung mencintaiku, katakan saja—"
"Bahwa kamu sudah punya orang lain dihatimu."
Yerin terlihat luar biasa terkejut, perempuan itu tak mampu mengontrol ekspresinya membuat Taehyung tersenyum sinis. "Benar, kan?"
"APA MAKSUDMU!"
"Kamu sudah punya seseorang dihatimu," Taehyung menaruh sendoknya di atas piring, "katakan saja siapa dia, aku akan menemuinya langsung untuk menitip istriku ini."
Yerin menggepalkan kedua tangannya, "Kamu menuduhku berselingkuh?" tanya Yerin.
"Tidak." Taehyung menggeleng, "Aku tak mungkin menuduhmu begitu saja. Aku pikir semuanya cukup jelas, 3 bulan ini... semua berbeda."
Yerin tertawa sumbang, "3 bulan ini berbeda? Tidak Kim Taehyung. 5 bulan ini, tidak, 6 bulan setelah pertemuan pertama kita, semua masih sama. Kamu tak kunjung mencintaiku!"
***
Rose menaruh sepiring roti bakar di hadapan Jimin, laki-laki itu mengulas senyum kecil seraya menatap Rose yang kini berjalan untuk duduk dihadapannya.
"Sudah lama sekali rasanya enggak nyoba makanan buatan kamu." Seru Jimin.
Rose tersenyum kecil, "Itu hanya roti bakar."
"Walaupun roti bakar, ini buatanmu."
Rose tidak menjawab, dia memandang Jimin yang kini mulai menyantap roti bakarnya. Tidak ada lagi perasaan hangat yang menyelimuti hati Rose saat melihat Jimin memakan makanannya dengan lahap, hanya perasaan biasa saja, sungguh.
Drrrt...
Ponsel Jimin bergetar, Rose menatapnya. Laki-laki itu mengeluarkan ponselnya, terlihat kaget saat melihat nama di layar ponselnya. Kemudian Jimin menolak panggilan tersebut, tapi ponselnya bergetar lagi. Jimin menolak panggilan tersebut lagi, namun panggilan tersebut terus masuk.
"Mas, diangkat saja dulu," seru Rose, "siapa tau penting."
Jimin menghela, "Iya, aku angkat telfon dulu ya."
Jimin berjalan meninggalkan ruang makan. Rose tau, pasti yang menghubungi Jimin adalah Yerin. Tapi, Rose memilih untuk diam saja. Rose terlalu malas untuk berdebat.
"Hallo, bukankah aku sudah bilang untuk jangan—"
'Aku telah meminta pisah dari suamiku. Sekarang giliran kamu melakukan hal yang sama, Jimin.'
Jimin terlihat terkejut, "Kamu mau aku melakukan apa?"
'Aku mau kamu menceraikan istrimu.'
"Bercerai? Kamu gila, ya? Aku nggak mungkin melakukan hal itu! Aku tidak punya alasan untuk meninggalkan istriku, kamu jelas tau itu. Kenapa kamu begini?"
'Tidak punya alasan? Kamu gila? Kenapa kamu begini? Seharusnya sejak awal kamu mendekatiku, sejak awal kita memutuskan untuk menjalin hubungan, seharusnya kamu sudah mengerti, Jimin. Kamu merasa pernikahanmu tidak sempurna, kamu merasa tidak bahagia. Itu yang selalu kamu katakan kepadaku. Sekarang kenapa semuanya berubah? Apa kamu mencintai istrimu?'
Jimin diam saja, laki-laki itu kemudian menghela. "Iya, aku mencintai istriku. Yerin, aku mencintai Roseanne, istriku."
