" kita? Kita saling percaya aja ngga. Entah apa lagi yang mau Lo lakuin, gue udah gabisa percaya apapun itu. Terserah."
" Ga beda jauh dari gue, gue juga gabisa percaya lagi sama Lo."
" Tapi gue beda al, gue masih bisa ngehargain Lo, gue masih bisa jaga perasaan Lo."
" Ngapain di jaga? Kalo Lo Hancurin lagi,"
" Gue cape, gue mau pulang, selamat malam Al, semoga mimpi yang indah."
Setelah mengatakan kalimat perpisahan tersebut, arisha pergi meninggalkan alvano yang termenung sendirian di sebuah kursi taman kota tersebut.
Tidak ada niatan alvano mengejar atau bahkan berniat mengantarkan pulang cewek yang menyandang sebagai kekasihnya. Dia hanya menatap punggung arisha yang semakin lama semakin menjauh. Dia termenung dengan pikirannya kacau, bercampur jadi satu semua masalahnya dengan Arisha. Itu karena keegoisan diri mereka sendiri. Ia menengadahkan kepalanya ke atas menatap langit malam yang penuh bintang dan berpikir, bagaimana dengan hari esok?
""""""""""
" Arisha ngapain kamu cemberut pagi-pagi gini? Ga Biasanya kamu juga berangkat telat kayak gini?"
" Oh nggak apa-apa kok na ."
Riana menatap bingung teman sebangkunya itu, tidak biasanya dia menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan lemas.
" Kamu sakit?"
Riana menggoyangkan bahu Arisha dan mendapati cewek itu meneteskan air matanya. Kening Riana semakin berkerut, dia penasaran tapi dia menunggu waktu yang pas untuk menanyakan masalah Arisha.Riana juga menatap heran alvano yang juga menelungkupkan kepalanya di meja sejak ia masuk tadi. Tidak biasanya karena Alfano sosok yang ceria dan ramah menjadi pendiam pagi ini. Tidak jauh beda dengan teman sebangkunya. Ada apa sebenarnya?
" Pagi semuanya, gimana kabarnya? Ibu harap kalian semua selalu baik-baik saja."
Seorang guru matematika muda memasuki kelas 12 MIPA 3 tersebut. Memulai pembelajarannya dan menjelaskan sedikit materi yang akan dipelajari siswa-siswi pada hari ini. Dan kemudian menuliskan soal di papan tulis,
" Silahkan dikerjakan, dan yang sudah bisa maju untuk mengerjakan. Seperti biasa poin plus untuk kalian yang mengerjakan di depan." Perintah guru tersebut.
Arisa dan Riana menatap bingung soal-soal matematika di papan tulis tersebut. Kemudian mereka tertawa dan saling menatap, aku tidak bisa mengerjakannya!
"Arisha bagaimana ini, coba kamu tanya alvano pasti dia bisa."
" Ng nggak ah, kamu aja."
" Lah kamu kan yang deket, kalo aku panggil dia otomatis akan jadi berisik, trus kalo disuruh maju sama guru gimanaaaa?"
" Tuh liat, lagi sibuk juga kan. Ng-ngajarinn fanya."
Arisa menatap malas ke arah alvano yang sedang serius memberikan jawaban kepada Vanya, seketika Dia teringat masalahnya tadi malam, alvano memang tidak bisa berubah. Pikirnya
Ya, Arisa dan alvano adalah sepasang kekasih yang satu kelas. Tapi teman teman mereka tidak mengetahui hanya beberapa saja.
" Eh Vano gue mau tanya, ini gimana ngerjainnya?"
Diana berteriak memanggil vano kemudian vano menuju ke meja Arisa dan Riana.
Arisha pov
Kenapa Riana harus memanggilnya? Aku harus apa? Apa aku berpura-pura mengerjakan saja? Tapi aku tidak bisa? Terus aku harus apa? Tidak mungkin ikut mereka nimbrung membahas soal itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
i you them
Teen Fiction" lu mulai duluan, Lu deket-deket darel ngapain?" " why? seharusnya lu ngaca. lu ngapain juga Deket-deket Luna sama fanya, bahkan masi banyak cewe lainnya." " lu tau sendiri, mereka temen gua." ###### " Al gua mau tanya." " apa?" " apa gunanya hubu...