11/11

440 104 109
                                    


5. 00 PM

Seharian ini Joanna tidak fokus kerja. Karena Surya jelas membeberkan hal ini pada semuanya. Mengatakan jika Joanna berpacaran dengan si anak pemilik gedung perusahaan. Sehingga meminta mereka untuk selalu baik padanya.

Joanna benar-benar kesal sekarang. Dia jelas tidak suka diperlakukan demikian. Karena selain sungkan, dia juga jadi tidak nyaman. Apalagi teman-temannya kerap kali menggoda. Ingin minta pajak jadian juga. Karena mereka juga ingin melihat Jeffrey Iskandar lebih jelas.

"Tuh, dijemput! Ayo lah! Ajak makan sekalian! Dia pasti tidak akan menolak! Pak Surya! Jangan pulang dulu, Pak! Joanna mau beri pajak jadian!"

Seru salah satu rekan kerja Joanna. Membuat Jeffrey lekas keluar dari mobilnya. Sebab Joanna tengah menatap tajam dirinya.

"Ada apa ini? Kenapa tidak masuk mobil?"

Tanya Jeffrey pada Joanna. Dia juga melirik Surya dan beberapa karyawan yang sejak tadi berdiri di belakang. Sembari tersenyum menyapa dirinya.

"Joanna mau memberi kita pajak jadian, Pak! Bisa hari ini, kan?"

Jawaban Surya membuat Jeffrey menaikkan alisnya. Lalu menatap Joanna yang sudah memasang wajah melas. Sebab tidak mungkin jika wanita itu yang mengusulkan.

"Bisa. Kalian mau di mana? Aku belum reservasi tempat."

"Yeay!!! Di sini saja, Pak!"

Surya langsung mendekatkan ponselnya. Memberi tahu Jeffrey di mana mereka akan makan. Tentu di restoran mahal. Karena dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk makan enak.

Jeffrey mengangguk singkat. Lalu membawa Joanna menuju mobilnya. Kemudian menertawai istrinya yang sedang marah-marah padanya. Karena dia seharian digoda karena Surya tidak mau bungkam.

"Ya, maaf. Tapi, daripada aku mengatakan kamu istriku, hayo? Pasti akan lebih heboh, kan?"

Joanna hanya mendesis kesal. Sedangkan Jeffrey terus tertawa. Seolah hal ini lucu baginya.

Sepanjang acara makan, Jeffrey benar-benar menunjukkan jika dia mencintai Joanna. Karena dia terus saja memperhatikan si wanita.

Dari menarik kursinya, memotong steak untuknya, mengganti wine dengan minuman halal, hingga menyuapi juga. Sungguh, Jeffrey benar-benar sosok pria idaman semua wanita. Hingga membuat Surya dan yang lain ikut meleleh juga.

Sekedar informasi, Surya memang tidak tahu jika Jeffrey sudah menikah. Karena dia memang tidak diundang. Sebab dia tidak masuk ke dalam daftar kolega dekat keluarga Iskandar.

Selesai makan, mereka langsung pulang. Jeffrey benar-benar merasa senang. Namun tidak dengan Joanna yang masih tegang. Sebab shock setelah melihat tagihan makanan yang menyentuh 25 juta. Padahal, mereka hanya berdelapan orang. Sebab banyak yang sudah pulang lebih awal.

"Itu setara dengan gajiku lima bulan. Bisa-bisanya uang segitu habis dalam satu malam."

Jeffrey terkekeh pelan. Sedangkan Joanna mulai menatap dirinya kesal. Sebab lagi-lagi pria ini tidak memberikan komentar. Dia hanya tertawa seolah sedang mempermainkan.

"Kamu sengaja melakukan ini supaya aku malu, ya? Supaya aku---"

"Sudah sampai! Ayo turun!"

Jeffrey langsung turun dari mobil. Karena gerbang rumah sudah terbuka otomatis. Sehingga mereka tidak perlu turun lagi.

"Selamat istirahat!"

Ucap Jeffrey pada Joanna. Lalu menaiki tangga. Sebab dia ingin cepat-cepat istirahat. Karena seharian ini jadwalnya cukup padat.

Joanna hanya diam saja. Karena dia tahu jika Jeffrey butuh istirahat. Butuh waktu tenang tanpa mendengar ocehannya.

Beberapa bulan kemudian.

Joanna dan Jeffrey semakin dekat. Karena pria ini selalu mengantar jemput istrinya saat kerja. Meskipun tidak serah. Sehingga dia harus rela bangun pagi dan menyetir berjam-jam demi si wanita.

"Dia puasa?"

Tanya Rosa pada Jeffrey. Sebab ini hari sabtu pagi. Jeffrey dan Joanna sama-sama tidak kerja hari ini. Sehingga Rosa bisa mengunjungi.

"Iya."

Jawaban Jeffrey membuat Rosa tertegun sekarang. Sebab dia tahu jika keluarga pacarnya ini hamba Tuhan yang taat. Namun mereka justu membiarkan Jeffrey menikahi wanita yang beragama berbeda dengan mereka.

"Gila! Mereka tahu?"

Jeffrey mengangguk singkat. Hal itu jelas membuat Rosa kecewa. Matanya sudah berkaca-kaca. Karena merasa tidak adil sekarang.

Brak...

Rosa meletakkan pisau dan garpu di atas meja. Dia menatap Jeffrey yang sedang mengunyah roti panggang dengan pelan. Sebab mereka memang sedang sarapan berdua saja. Tanpa Joanna karena dia sedang puasa.

"Kenapa? Kenapa tidak bilang padaku!?"

Rosa hampir menangis sekarang. Dia jelas kecewa pada Jeffrey yang telah menyembunyikan hal ini darinya. Seolah sudah tahu kalau dia akan marah jika mengetahuinya.

"Kamu tidak tanya."

Rosa mulai meluruhkan air mata. Dia benar-benar merasa sedih sekarang. Ingin marah juga. Karena merasa jika hal ini tidak adil baginya.

"KENAPA? KENAPA MEREKA BISA MENERIMA WANITA ITU? SEDANGKAN MEREKA TIDAK MAU MENERIMAKU!?"

"Rosa! Pelankan suaramu! Joanna baru tidur!"

Rosa yang mendengar itu jelas semakin marah. Dia langsung bangkit dari duduknya. Lalu meraih tas dan ponselnya.

"SEKARANG PILIH! AKU ATAU WANITA ITU! AKU SUDAH MUAK MENUNGGU!"

Jeffrey tampak bingung sekarang. Dia jelas tidak ingin putus dengan Rosa. Karena mereka sudah bersama selama lima tahunan. Mereka jelas saling cinta. Hingga sekarang, mungkin saja.

Namun, Jeffrey juga tidak bisa meninggalkan Joanna. Karena orang tuanya jelas akan murka. Apalagi Neneknya. Dia bisa saja mencabut apa yang telah dimiliki sekarang.

Jeffrey tidak bisa hidup tanpa apa yang telah sekarang dipunya. Apalagi Rosa, wanita itu jelas tidak akan bisa bertahan. Mengingat biaya hidupnya selama tiga tahun ke belakang Jeffrey yang tanggung semua. Setelah si ayah menjadi buronan dan belum ditemukan hingga sekarang.

Tbc..

PENGGANTI [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang