Joanna yang baru saja memejamkan mata terkejut saat mendengar pertikaian di luar. Apalagi kalau bukan karena suara Rosa yang terus saja membentak Jeffrey sekarang. Dengan suara tersendat karena dia sedang menangis juga.
"CEPAT PILIH SEKARANG! KAU PILIH AKU ATAU WANITA ITU, HAH!?"
"Rosa, kita bisa bicarakan ini baik-baik. Tidak perlu teriak-teriak seperti ini."
"BICARA BAIK-BAIK KATAMU!? KAU PIKIR AKU BISA HIDUP TENANG JIKA MELIHATMU MASIH TIDUR SATU RUMAH DENGAN WANITA ITU!? JEFFREY, APA KAMU SUDAH TIDAK MENCINTAIKU?"
"Jangan asal bicara! Kalau aku tidak mencintaimu, lalu kenapa aku masih mau membiayai hidupmu?"
Ucapan Jeffrey jelas membuat Rosa terperanjat. Dia benar-benar tidak menyangka jika Jeffrey akan mengeluarkan kartu ini untuk memberikan pembuktikan. Jika dia masih cinta padanya.
"KAU KIRA ITU CUKUP!? APA ITU YANG KAU SEBUT CINTA? JIKA KAMU BENAR-BENAR MENCINTAIKU, KAMU TIDAK AKAN MENIKAHI WANITA ITU! KAMU AKAN TETAP MEMPERJUANGKAN AKU!"
BRAK...
Jeffrey yang mulai tersulut langsung membanting gelas dari atas meja makan. Membuat air dingin di dalamnya tumpah juga. Hingga sedikit mengenai kaki Rosa.
"Lalu kau mau apa? Mau kita kawin lari dan hidup miskin? Kau sendiri yang bilang tidak akan sanggup jika aku melepas semua ini. Padahal aku sudah menawarkan hal ini jika memang kamu menyetujui. Sejak awal, kita juga sudah menyepakati hal ini. Tapi kenapa kamu masih mengungkit lagi? Jika kamu mau mengakhiri hubungan ini, FINE! Mari kita akhiri dengan baik-baik!"
Rosa yang mendengar itu mulai berkedip. Air matanya turun lagi. Dia jelas merasa sakit hati. Kecewa sekali pada Jeffrey yang telah lima tahun lebih dipacari.
"Jadi benar, ya? Kalau kamu mulai menyukai dia? Apa yang sudah dia berikan? Apa dia sudah melemparkan badan padamu juga? Apa jalang itu lebih enak dariku, hah!? Iya, Jeffrey? Pasti tidak, kan? Kalau iya, seleramu benar-benar murahan! Cuih! Menjijikkan!"
Rosa langsung meludah. Sembari menatap Jeffrey dan Joanna bergantian. Sebab wanita itu sudah keluar dari kamar sekarang. Sembari menonton perdebatan.
PLAK...
Ketika membalikkan badan, Rosa langsung mendapat tamparan kencang. Dari Jessica yang sejak tadi sudah berada di sana. Bersama Nirmala.
"Berani-beraninya kau mengatai menantuku menjijikkan! NGACA! KAU SAMA SAJA DENGAN PAPAMU YANG BURONAN! SAMA-SAMA SAMPAH! MENJIJIKKAN! BENALAU YANG SELALU MEREPOTKAN ORANG! PERGI KAU SEKARANG! DASAR JALANG MATA DUITAN!"
"MAMA---"
"DIAM KAMU JEFFREY! JADI SEPERTI INI KELAKUANMU DI RUMAH!? SELALU MEMBAWA PULANG JALANG! DI DEPAN ISTRIMU PULA!"
Jeffrey kembali bungkam. Sebab dia jelas tidak berani melawan. Karena bisa habis dia. Apalagi ada neneknya juga sekarang.
"Selesaikan ini sekarang, Jeffrey! Jangan membuat Nenek pusing!"
Nirmala menjeda ucapan. Dia mulai menatap Joanna dan Rosa bergantian. Seolah dia yang akan memilih sekarang.
"Pilih salah satu! Joanna, wanita yang telah menggantikan temannya untuk menikah denganmu. Atau Rosa yang sudah kau pacari bertahun-tahun tapi memiliki ayah penipu."
"Jika kau pilih anak penipu itu, akan Mama pastikan hidupmu hancur! Mama dan Papa tidak akan memberimu apapun! Kau pikir Mama tidak tahu jika selama ini dia bertahan hidup karenamu? Dasar bodoh! Dia hanya memanfaatkanmu! Lihat saja, mana mau dia denganmu jika kau tidak memiliki apapun!?"
Hasut Jessica pada si anak. Sebab dia baru tahu jika selama ini Jeffrey yang membiayai hidup Rosa setelah memeriksa mutasi rekening si anak. Kedatangannya di sini juga karena ingin mengkonfrontasi si anak. Namun justru kejutan yang didapat.
Rosa diam saja. Dengan tangis yang masih membasahi wajah. Sebab dia masih sedikit berharap Jeffrey akan memilihnya. Namun justru kecewa yang didapat.
"Aku sudah putus dengannya. Mama pasti sudah dengar."
Ucapan Jeffrey membuat Jessica tersenyum bangga. Lalu melipat tangan di depan dada. Kemudian menatap Rosa dengan wajah sangar.
"See? Jadi, silahkan pergi dan jangan berani datang lagi!"
Rosa langsung pergi. Meninggalkan rumah ini. Dengan tangis yang semakin deras membasahi pipi.
8. 30 PM
Jeffrey sedang berdiri di depan kamar Joanna. Sebab wanita itu tidak kunjung keluar dari sana. Sejak ibu dan neneknya pulang.
"Makanan aku simpan di lemari biasa. Nanti hangatkan jika mau makan."
Ucap Jeffrey pada Joanna. Namun dia tidak mendapat sahutan. Sebab wanita itu memang sedang marah padanya. Karena dia telah merahasiakan tentang neneknya yang sudah tahu jika Joanna hanya pengantin pengganti saja.
"Aku minta maaf soal ini. Aku salah karena tidak memberi tahu sejak awal tentang hal ini. Aku---"
Ceklek...
Joanna tiba-tiba membuka pintu kamar. Sembari membawa koper dan tas ransel juga. Sebab dia berniat pergi dari rumah. Sekarang.
"Kamu mau ke mana? Kamu tidak---"
"Aku ada dinas ke luar kota. Kita bicarakan masalah ini kalau aku pulang."
Jeffrey tampak lega. Dia langsung mengantar Joanna ke bandara. Karena dia akan dinas tiga hari ke Surabaya. Bersama Surya dan lima wanita seusianya.
"Cie-cie! Pasti sedih karena tidak bisa bertemu tiga hari."
Goda Surya pada Jeffrey. Sebab mereka sudah agak dekat saat ini. Mengingat mereka sudah sering main bowling selama beberapa bulan terakhir.
Jeffrey hanya tersenyum lebar. Sedangkan Joanna diam saja. Enggan menanggapi candaan. Sebab dia sedang marah sekarang.
Dia bingung tentu saja. Akan apa maksud Jeffrey yang seolah-olah ingin menahannya di rumah. Ingin menjadikannya sebagai istri sungguhan. Padahal itu bukan kesepakatan mereka.
Karena dia memang hanya diminta menjadi istri pengganti sementara agar neneknya merasa senang. Itu saja. Sampai wanita itu kembali ke Amerika.
Namun wanita tua itu justru sudah tahu lebih cepat. Jelas hal ini membuat Joanna merasa kecewa. Merasa dikhianati tentu saja. Oleh Jeffrey yang seharusnya tidak bersikap demikian.
Kalau suka aku, seharusnya kau putuskan Rosa sejak dulu! Jangan membuatku bingung! Dasar buaya buntung!
Batin Joanna sembari menatap Jeffrey yang sedang berbincang dengan Surya. Seolah mereka teman akrab. Membuatnya jelas merasa semakin kesal.
Ketika mengedarkan pandangan. Tiba-tiba saja Joanna melihat siluet orang tentu sangat dikenal. Teressa. Iya, wanita yang seharusnya menjadi istri Jeffrey sekarang.
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGGANTI [END]
Short StoryTenang, cerita ini ramadhan friendly. Tapi nggak janji :)