K A I - Ring

9 5 0
                                    

MHIBH♡

☆☆☆


Setelah kemarin Hardi bentak Kanaya, sampai saat ini Kanaya tak ingin menggubris Hardi yang meminta maaf.

Kanaya yang terus menatap keluar jendela dialihkan sebab pintu kamarnya dan menampilkan sesosok pemuda.

Ia terpaku, darahnya berdesir, pemuda itu berjalan mendekat. Hardi pun ikut berdiri setelah melihat disisinya. Kanaya berdecak lalu mengalihkan perhatiannya keluar jendela lagi.

"Assalamu'alaikum." ucap salamnya dan tersenyum.

"Wa–waalaikumsalam.." balas Hardi terkejut. Lalu keluar membiarkan keduanya didalam, David dan Istrinya ternyata ada disini juga langsung David memeluk Hardi seraya tersenyum.

Hardi membalasnya. "Kami terlambat?" ujar David setelah melepaskan pelukan. Hardi terkekeh dan menggeleng.

"Tidak, mungkin bagi Kanaya. Iya,"

Pemuda itu kini sudah duduk di bangku samping Kanaya yang masih terus membuang muka. Kalau dibilang salah, tentu dirinya yang paling bersalah disni.

Meninggalkan Kanaya selama bertahun-tahun tanpa adanya kabar, namun saat ini dia ada disamping gadis itu kembali meski dalam keadaan terbaring dirumah sakit.

"Kanaya," panggilnya yang diacuhkan. "Nay .. "

"Apa?" jawab Kanaya tanpa menoleh. Kai menghembuskan nafasnya kasar.

"Lihat saya,"

Kanaya melirik lelaki itu dengan tatapan datar. "Puas?" ketusnya.

"Maaf," satu lontaran yang benar-benar buat Kanaya muak.

"Iya," hanya dibalas seperti itu lalu buang muka lagi. Muak akan kata maaf, sudah cukup mendengar tiga lelaki yang meminta maaf padanya diwaktu yang berdekatan.

"Salah saya pergi tanpa kasih kabar. Nay, kalau kamu mau marah, marah ke saya sekarang juga ini memang salah saya asalkan jangan benci." ujarnya. Pada kenyataannya Kanaya sudah tidak peduli lagi.

"Ya, terserah."

"Saya pergi karena ada alasan."

Kanaya tersenyum miring, ia melirik pada Kai dengan sorot mata yang sinis. "Tapi sekarang gue udah gak terima alesan apapun itu, bahkan gue udah gak peduli lagi sama lo. Sok paling pergi karena ada alesan terus ngilang selama hampir 2 tahun tanpa peduli perasaan orang lain. Apa itu masih harus disikapi dengan wajar?"

Unek-unek Kanaya yang selama ini ia tahan akhirnya keluar tanpa disadari begitu lancarnya.

Kai beranikan diri menatap dalam obsidian coklat Kanaya, namun yang dia lihat hanya kekecewaan terhadapnya.

"Mau denger alasan saya dulu?" Kai angkat bicara lagi. Kembali Kanaya buang muka.

"Gue udah gak butuh."

Hanya terdengar suara helaan nafas dari lelaki itu. Kai tidak bisa terus memaksa Kanaya.

Dirinya tahu ini semua sudah terlambat, penjelasannya tidak dibutuhkan oleh Kanaya. Bahkan gadis itu sudah tidak peduli lagi dengannya.

Kai beranjak keluar. Orang-orang yang menunggu daritadi tak sabar mendengar harapan baik dari bibir Kai. Tapi lelaki otu hanya mendengus sabar seraya bergeleng lesuh.

Semua orang yang ada disana tampak kecewa, Hardi merangkul dan menepuk Kai guna membangkitkan semangatnya lagi.

"Masih ada waktu." ucap Hardi diangguki Kai.

Akhirnya Nisa kedalam menemui sahabatnya yang baru sadar dari koma, ia baru bisa menemuinya hari ini akibat pekerjaan.

Mendengar knop pintu diputar pandangan Kanaya terarah kepintu. Tubuhnya mencoba untuk duduk tapi Nisa tahan.

"Tiduran aja gapapa."

Buliran bening yang menumpuk dikedua mata Kanaya kini keluar menangis dipelukan Nisa.

"Vernon jahat banget, Nis." Nisa tak menjawab hanya biarkan Kanaya mengeluhkan semua sambil memeluknya.

"Gak seharusnya dia ngomong mau nikahin gue kalau dia sendiri yang pergi duluan."

"Gue gak terima ini selesai gitu aja, gak ada kata perpisahan yang bener."

"Gue mau ke makam Vernon, Nis." usai mengeluarkan Nisa masih tetap memeluk Kanaya.

"Iya, gue tau perasaan lo ... " Nisa lepas pelukannya. "Cepet pulih, ya. Nanti gue anter lo ke makam Vernon."

Kanaya manggut lalu sekejap peluk Nisa lagi, gadis itu tersenyum tatkala Nisa mengelap sisa air mata dipipinya. Betapa bersyukur dan bangganya Kanaya memiliki seorang sahabat yang begitu perhatian.

"Rumah Sayap sekarang gimana?"

"Baik kok." ucap Nisa setelah buang tisu dan duduk di kursi samping kasur. "Waktu mereka tau Vernon meninggal juga dateng semua keacara pemakaman, abis itu jenguk lo."

"Adira masih kerja?"

"Masih." Kanaya mengangguk.

"Nay," panggil Nisa ragu.

"Iya?"

"Vernon titip pesan ke gue sebelum dia meninggal. Dia suruh lo lepas cincin tunangan kalian dijari lo."

☆☆☆

[1] MHIBH - END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang