Part 20: Ini Awal, Bukan Akhir

3.3K 236 57
                                    

Kalau ada typo atau kesalahan lainnya mohon koreksi 🙂
.
.
.
Selamat membaca part terakhir!

Ada awal akan selalu ada akhir, ada pertemuan ada juga perpisahan. Setiap akhir sebuah cerita, akan selalu menciptakan awal cerita baru, begitu juga dengan perpisahan.

Tidak ada orang yang mengharapkan rumah tangga mereka berakhir dengan perceraian. Begitu juga Airin, ia tidak menginginkan perceraian. Namun, ia terpaksa mengambil pilihan itu meski ia mencintai Reyhan. Keputusan yang ia ambil tidaklah mudah. Perpisahan memang menyakitkan, tapi ini pilihan terbaik yang ia ambil.

Airin tidak menyangka rumah tangganya berakhir perceraian. Baru dua bulan ia menikah, tapi sayangnya pernikahannya berakhir singkat. Baru saja ia membuka hatinya untuk seorang pria yang notabenenya adalah suaminya, tanpa disangka sakit dan kekecewaan yang ia rasakan.

Sekarang, Airin sudah berada di gerbang perpisahan itu. Ini hari dimana ia akan berpisah dan lepas dari statusnya sebagai seorang istri. Keluarganya dan keluarga Reyhan ikut menghadiri persidangan, bahkan kedua sahabatnya pun juga hadir.

Sepanjang sidang berlangsung Reyhan sering mencuri pandang menatap Airin, ia tidak ingin berpisah, tapi ia juga tidak bisa mempertahankan Airin karena harus bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan pada Amelia. Pria itu juga sudah jatuh cinta dengan Airin, hal itu yang membuatnya terasa berat melepaskan wanita itu.

Tok ... Tok ... Tok ...

Ketukan palu membuyarkan lamunan Reyhan. Sidang sudah ditutup dan sekarang mereka sudah resmi bercerai.

Air mata keluar dari sudut mata Airin, tidak bisa dibohongi, ia merasa sedih, dadanya terasa sesak saat hakim mengatakan bahwa mereka sudah resmi bercerai. Sekarang dirinya sudah menjadi janda, rumah tangganya sudah berakhir. Kisah cintanya dengan pria pilihan orang tuanya berakhir sangat singkat. Baginya, perpisahan bukan akhir dari segalanya, setelah ini ia bertekad ingin memulai kehidupan yang baru. Ia buka lembaran baru dan memulai semuanya dari awal.

Setelah urusan di dalam ruang sidang selesai, Airin dan Reyhan keluar beriringan menemui keluarga mereka yang sudah menunggu.

"Terima kasih atas waktu singkatnya, Mas. Jujur, aku bahagia nikah sama kamu meski diawali dengan keterpaksaan. Aku tidak menyesal menikah dengan kamu. Maaf, jika selama ini aku banyak salah, maaf jika tanpa sadar aku pernah melukai perasaan, Mas. Aku minta sama Mas, jadilah suami yang baik untuk kak Amel dan ayah yang baik untuk Adel. Jaga mereka dan bahagiakan mereka. Mas harus menerima apa yang terjadi saat ini, ini karena kesalahan yang Mas lakukan dimasa lalu."

Reyhan yang tadinya menunduk mengangkat wajahnya memberanikan dirinya menatap Airin. "Maaf ... Maaf aku sudah menyakiti kamu," ucapnya lirih. "Sebenarnya aku tidak ikhlas berpisah dengan kamu, Ay ... Aku tidak menginginkan perpisahan ini."

"Tapi perpisahan jalan yang terbaik untuk kita, Mas!" ucap Airin menatap tajam. "Sudahlah, kita sudah berakhir dan Mas harus menerimanya. Bye!" Airin melangkah pergi meninggalkan Reyhan.

"Airin ..." Naila langsung memeluk Airin. "Maafin mama ya, Sayang."

Airin membalas pelukan dari wanita paruh baya itu. "Mama gak salah, jangan minta maaf. Apa yang terjadi mungkin memang sudah jalan kami," ucapnya. "Maafkan aku ya Ma kalau aku belum bisa menjadi mantu yang baik untuk Mama. Maaf jika aku punya salah sama Mama."

"Bagi mama, kamu itu mantu yang sempurna, Nak! Kamu itu baik banget. Mama beruntung banget punya mantu seperti kamu. Meski hubungan kalian berakhir, mama tetap menganggap kamu sebagai mantu mama, ralat, mama sudah menganggap kamu seperti anak mama sendiri. Jangan benci mama ya, karena mama ibu Reyhan—"

Pernikahan Singkat? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang