1. BERANJAK

20 4 0
                                    

Entah sudah berapa kali aku memandangi foto itu, sepertinya sudah lebih dari seribu kali. Foto yang menampilkan dua remaja dengan baju senada berwarna putih juga celana berwarna nude dan senyum malu malu yang terukir di wajah keduanya.

"Masih belum bisa ya, Na?" tanya Razi, laki laki yang entah sejak kapan ada di sebelahku.
"Sudah ku beritahu ini tak mudah, Zi," jawabku sembari membalikan foto itu lalu meletakkan di dompet dan memasukkannya ke dalam tas.

"Tapi sampai kapan, Na? atau memang kau yang tidak ingin beranjak dari perahu itu?" tanya Razi lagi.
"Beritahu aku bagaimana caranya bisa beranjak dari perahu sedangkan aku tak tahu caranya berenang Ra?" tatapku jengah pada Razi.

"Akan ku ajari kau caranya berenang, Na." Tatap Razi terlihat seperti ingin meyakinkan ku.
"Sudahlah Zi, lupakan saja filosofi perahu di tengah lautan itu." Aku mencoba mengalihkan pembicaraan itu.

"Aku jadi bertanya tanya, Na," ucapnya
"Kalau kau ragu, pergilah. Aku sudah mengucapkan itu dari jauh jauh hari." tegasku,
"Sepertinya kau ingin sekali aku pergi dari hidupmu, Na." Dia berucap sembari menatap ke arah lain.

"Ya memang, aku tidak ingin membuat orang lain menungguku, Zi. Menunggu seseorang yang tengah kebingungan itu sangat menyebalkan, aku tau itu. Dan aku tak mau kau seperti itu." Jelasku.

"Aku tidak peduli, Na. Satu yang perlu kau tau, aku akan terus menunggumu sampai kau benar benar mendapatkan penggantinya, atau bahkan kau kembali dengannya. Hanya itu yang bisa membuatku benar benar pergi darimu." Tegasnya, semenjak kenal dia beberapa bulan yang lalu aku sudah sangat mengerti bagaimana keras kepalanya seorang Razi Bumantara.

__________

Lupakan saja soal Razi, karena pemeran utama dalam cerita ini bukanlah dia, melaikan orang yang sudah mengenalku sekitar 11 atau 12 tahun lamanya.

Hanya beberapa orang yang mengetahui perihal kisah kami dan aku memilih menceritakannya lewat tulisan ini, aku sering melihat kutipan yang berisi "Jangan sakiti seorang penulis, atau kau akan abadi dalam karyanya."

Sungguh, aku bukanlah seorang penulis yang ingin mengabadikan seseorang itu dalam tulisanku. Aku hanya ingin menilik kembali dimana letak kesalahanku, lagi pula untuk apa mengabadikan rasa sakit dalam sebuah tulisan? *ck muka dua.

Sudahlah, jika sempat akan ku lanjutkan tulisan ini, namun jika tidak ya mohon di maafkan saja.

-31 maret 2023.

BAGASKARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang