O4; jalan yang jauh, jangan lupa pulang

66 27 1
                                    

tw// gunshot

𓆩 NEGERI HANTU 𓆪

Pria itu berdiri di tengah kerumunan mahasiswa yang berdemo di depan Universitas Trisakti. Hatinya berkobar-kobar, bukan hanya karena semangat untuk menyuarakan tuntutan mereka, tetapi juga karena wanita yang baru saja ia temui ada di sana.

Netranya menangkap seorang perempuan yang manis, terlibat dalam aksi protes seperti dirinya. Sosok itu menarik perhatian Rino dan membuat hati terbang di antara awan, seakan-akan ia bisa merasakan getaran hatinya.

Mengumpulkan nyali untuk mendekat, Rino rasakan keberaniannya memuncak dengan hati berdebar kencang.

"Oi, Ino!" Damai menyapa, mengulurkan tangan pada lelaki itu dan membawanya untuk berdiri bersandingan, sama-sama membakar semangat para demonstran.

"Tidak takut ke sini?" tanya pria itu pada Mai, mencoba mencari alasan untuk mengobrol dengannya.

Perempuan tersebut hanya tersenyum dan berkata, "Aku harus datang buat dukung teman-temanku."

"Jujur, sulit dipercaya kita ketemu di situasi seperti ini," tutur Rino, mencoba menahan senyumnya. "Ngambil studi apa?"

"Aku belajar sastra," jawabnya.

"Pantas kau begitu indah," kata lelaki itu, kemudian menyadari bahwa dia mungkin terlalu lancang. "Maaf, aku ga maksud kayak gitu."

Tetapi Mai hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. "Santai. Aku hargai kata-katamu."

Saat itu, Rino merasa hatinya berdebar lebih kencang lagi. Dia tahu dia jatuh cinta pada wanita itu.

Mereka berbicara, kadang tertawa bersama di tengah kerumunan, dengan semangat perjuangan yang mengalir dalam diri mereka.

Namun, di balik semangat itu, terdapat kegelisahan yang tak terbendung. Rino tak tahu apa yang akan terjadi pada mereka, apakah mereka akan menang atau kalah. Namun, pemuda-pemudi ini mengabaikannya, dengan keyakinan bahwa tujuan kami yang mulia pasti akan tercapai.

Hingga tak lama setelah itu, segalanya berubah.

DOR! DOR!

Suara tembakan yang menakutkan menggema di udara, Rino menunduk sambil mencengkram telinganya erat, telinganya berenging bukan main. Para demonstran berhambur melarikan diri. Beberapa rekannya yang dulu penuh semangat kini sudah terkulai di tanah, tak bernyawa. Dan ia, yang sebelumnya begitu penuh harapan dan bersemangat, kini hanya tersisa dengan kesedihan dan duka yang mendalam. Segala impian dan harapan mereka hancur, dihancurkan oleh kekejaman yang tak terbayangkan.

Suasana sekitar menjadi semakin gelap ketika polisi menembakkan gas air mata dan menyerbu kerumunan.

"Mas, mundur dulu!!"

Tapi, Rino tak bisa menemukan pujaan hatinya.

Di hari yang kelam itu, angin bertiup dengan kekuatan yang menakutkan di sekitar kampus yang menjadi saksi bisu dari tragedi yang akan terjadi. Terdengar suara ribut-ribut dan teriakan-teriakan.

Tadi itu ... suara tembakan, kan?

"No, ayo! Disini udah nggak aman!"

Chandra dan rekannya mengambil jalur yang berbeda untuk pulang, Rino kebingungan. "Kita kemana?" Masih dengan tungkai yang bergerak cepat, Chan menjawab pertanyaan itu sambil terengah-engah. "Yang jelas, Sannan bilang rumah kita sudah nggak aman. Sepertinya beberapa Intel sudah mengendus bau kita."

Mendengar itu Rino tahu; mereka tak kembali. Tidak untuk saat ini-atau bisa saja untuk selamanya. []

ii. negeri hantu, straykids✔Where stories live. Discover now