Come to me like fever.
·
·1.O
─────────────────
ㅤ
ㅤSuara deritan kursi mengganggu fokus Jeremy yang tengah mengetik sesuatu di laptop miliknya. Berkali-kali ia acuhkan suara itu. Namun tak ada hentinya sejak lima menit yang lalu ia berkutat dengan laptop tersebut.
"Yak, Harry! Hentikan itu sebelum Aku hancurkan kursinya!" Jeremy berteriak lantang membuat seisi ruangan senyap. Tidak ada lagi suara deritan kursi yang mengganggu pendengarannya. Melainkan Harry yang muncul di sampingnya secara tiba-tiba.
Tentu kedatangannya tak membuatnya terkejut. Harry sering melakukannya bahkan saat dirinya sedang berendam di bathup kamar mandi miliknya.
"Mau apa Kau?" saat ditanya seperti itu Harry hanya tersenyum sambil menampakkan wajahnya yang usil. Tetapi tidak saat ini. Wajahnya muram tak ada senyuman— pertanda bencana bagi seorang Jeremy yang ingin cepat menyelesaikan pekerjaannya.
"Aku bosaaann. Bisakah Kau membawaku berburu bersamamu?" mata Harry nampak berbinar-binar. Secepat kilat Jeremy mendorongnya menggunakan kekuatan miliknya, membuat Harry menabrak dinding yang cukup jauh dari sofa.
Jeremy mendecih, "Sebentar lagi Kau akan masuk sekolah bukan? Belajar saja sana." Harry hendak memprotes, "Itu sangat mudah, bahkan Aku bisa mengerjakan tugas milik—"
"Harry, waktunya pelajaran bertahan hidup."
Di ambang pintu, datang Devian dengan kacamata yang bertengger di atas hidungnya. Raut tanpa ekspresi yang membuat Harry sendiri bosan melihatnya. "Ne, Ajeossaem," setelah berucap demikian, Harry berlari meninggalkan Devian dan Jeremy yang kesal karena ulahnya.
"Hello, Mark! Atau sebaiknya kupanggil 'Mahasiswa tampan di fakultas hukum, Lee Minhyung-ssi'?" Harry baru saja sampai ke ruang kerja Devian dan Mark tertawa mendengar candaan yang dibuatnya. Sepertinya Devian masih mengobrol sedikit atau mungkin banyak dengan adiknya di ruang tadi.
Mereka berdua mengobrol tentang tugas Mark yang menurut Harry, semudah melempar truk usang dari Korea ke kantor Johnny yang ada di Amerika. Lalu dimana Harry akan bersekolah dan siapa saja yang akan jadi temannya.
"Wah sepertinya nyaman sekali mereka berbicara. Lagipula akan belajar bertahan hidup apalagi selain berburu," gerutu Harry. Mark memilih tidak menyahuti nya.
"Hari ini Kau harus bisa menahan diri dari darah manusia." Devian muncul membawa tabung berisi cairan merah kental di tangannya. Sontak mata Harry menggelap, taringnya keluar begitu mencium aroma darah yang menyeruak. Mark langsung menahannya dan menyadarkan vampire berkulit tan tersebut.
"Tahan dirimu," ujar Mark masih mengeratkan cekalannya pada lengan Harry. Bohong jika dirinya tidak tergoda dengan darah manusia. Tetapi ia sudah terlatih sejak kecil. Berbeda dengan Harry yang tidak biasa menahannya.
Harry biasa meminum darah hewan hasil buruannya atau stok yang ada di kulkas khusus mereka. Terhitung ia hanya sekali mengonsumsi darah manusia dalam seminggu, untuk menjaga energinya tetap stabil. Sedangkan Mark, kedua orang tuanya yang memiliki darah murni vampir membuatnya hanya dapat meminum darah manusia.
Lalu, orang tua Harry? Mereka half-blood, yang membuat ras mereka sendiri mampu bertahan hidup di hutan maupun di lingkungan manusia.
"Sadarlah, Couronnes Lemah. Aku tahu Kau belum mendapatkan jatah darah enak minggu ini, setidaknya Kau mampu menahannya." Devian menyentil kuat dahi Harry hingga sang empu tersadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Couronnes (Favorite) ; NCT 127
VampireBe warn! Harsh words & maybe some scene 15+ . . . Sembilan vampir yang tinggal di tengah hiruk-pikuk kota, tepat di sebuah mansion yang menjadi kediaman para Couronnes. Kehidupan ratusan tahun mereka berjalan dengan baik. Hingga suatu ketika, Harry...