Diriku bukan kacang yang lupa pada kulitnya. Aku sadar benar bahwa awal kesuksesanku berkat kebaikan Mamie, ibu tiriku yang sekaligus Papa ijinkan untuk menjadi kekasihnya.
Itulah sebabnya aku tak pernah melupakan kebaikan Mamie itu. Minimal seminggu sekali aku “menengok”nya. Meski Papa ada di rumah pun, aku tetap diijinkan untuk membawa Mamie ke lantai dua. Bahkan Papa ikut mendukung agar Mamie punya anak lagi dariku.
Maka aku pun mengikuti keinginan Papa dan Mamie, untuk “berjuang” agar Mamie hamil lagi.
Keinginan kami pun terkabul. Mamie hamil lagi untuk anak kedua kami. Lalu lahirlah anak cewek yang cantik dan diberi nama Athia Kamaratih, yang diartikan sebagai Dewi Cinta.
Mamie pun mengerjakan seorang babysitter lagi. Babysitter lama tetap ditugaskan untuk mengasuh Satria Pratama (anak pertamaku dari Mamie), sementara babysitter yang baru ditugaskan untuk merawat dan menjaga Athia Kamaratih.
Dan Mamie hanya dua bulan beristirahat. Lalu sibuk lagi mengurus bisnisnya bersama Papa.
Anehnya, setelah punya anak dua, Mamie malah semakin cantik dan semakin menggiurkan di mataku.
Bahkan pada suatu hari aku sengaja membawa Mamie ke villa yang bekas tempat pertemuanku dengan Mrs. Alana dan bekas tempat mengeksekusi keperawanan Bella.
Setiap kali mau menjumpai Mamie, aku selalu mengendarai sedan mewah pemberian Mamie. Tak pernah memakai jeep hadiah dari Merry. Karena aku ingin diriku terkesan selalu merawat benda apa pun yang Mamie hadiahkan padaku.
Dan memang sedan mahal pemberian Mamie itu selalu kurawat dengan baik. Ada yang kurang enak sedikit saja, pasti kumasukkan ke bengkel langgananku, untuk dicari dan dibetulkan bagian yang membuat kurang nyaman itu.
Pada waktu membawa Mamie ke villaku itu pun, aku memakai sedan pemberian Mamie.
Tibalah aku dan Mamie di depan villaku yang sebenarnya selalu dijaga oleh beberapa orang satpam secara bergiliran dan kebersihannya selalu dijaga oleh dua orang pembantu.
Belum masuk pun Mamie tertegun di depan villaku dengan sorot pandangan kagum di sepasang mata sipitnya. “Wow… villamu ini luar biasa mewahnya. Dindingnya dilapisi batu pualam asli ya?”
“Iya Mam,” sahutku, “Di bagian dalamnya pun sama, semuanya dilapisi batu marmer asli.”
“Cekkk cekk cekkk, “Mamie berdecak kagum sambil geleng - geleng kepala, “Berapa puluh milyar kamu ngabisin duit untuk membangun villa ini Sam?”
“Aku hanya menjalankan duit taipan dari Macau Mam.”
“Ohya? Orang Macaunya pasti cewek kan?”
“Hehehee… betul Mam. Mrs. Alana namanya.”