11

528 52 4
                                    

Beberapa bulan kemudian...

.
.
.

"Silahkan... Mau memesan apa kakak?"

...

"Baik saya akan menulis pesanan yah ka, ada lagi"

...

"Baik totalnya jadi... "

...

"Boleh ditunggu ya ka pesanan nya, terimakasih"

...

Itu adalah percakapan jimin dengan salah satu customer nya.

Dia dikenal ramah dan juga murah senyum kepada para pelanggan di cafe tempat ia bekerja, banyak yang senang dengan paras imut nya, banyak juga yang menggoda nya.

Tetapi jimin dia hanya membalas nya dengan gurauan saja, atau hanya dengan terkekeh kecil dan mengalihkan pembicaraan mereka pada menu andalan di cafe nya.

Dia bahkan pernah ditawari bekerja di salah satu perusahaan terbesar di kota nya, tetapi jimin menolak nya dengan halus. Dan lebih memilih bekerja ditempat nongkrong anak muda itu.

"Jimin, kerja bagus hari ini, kau bisa pulang sekarang karena teman mu yang shift malam sudah datang"

"Ahh akhirnya, gomawo ahjsusii" Dia tersenyum senang segera melepas atribut kerja nya dan bergegas mengambil barang di loker nya.

.

Bagaimana dengan taehyung?

.

Dia juga sudah menjadi bos, di perusahaan besar dinegara jerman.

Dia dipercaya bahkan di amanati untuk memegang salah satu cabang disana oleh ayah nya, tentu saja.

Dan juga sembari kuliah.

Ayah nya memang sudah mengajari taehyung tentang segala rangkuman bisnis perusahaan nya saat dia masih sma dulu, maka dari itu saat taehyung lulus sang ayah langsung membawa dia ke lapangan kerja.

Dan saat itu taehyung benar benar menguasai skill yang sang ayah ajarkan sedari dulu, lalu dia langsung diangkat karyawan oleh ayah nya.

Dan berbulan bulan ayah nya terus membantu dia, menerima laporan dari semua karyawan nya kalau taehyung berbeda dari lulusan SMA biasanya.

Sang ayah senang, dan akhirnya memberi kepercayaan pada taehyung untuk memegang cabang di Jerman sana.

Tetapi taehyung sebenarnya tidak se siap itu untuk memegang sebuah perusahaan dengan skill yang lumayan cukup sedikit, maka dari itu dia meminta izin pada ayah nya untuk berkuliah di negara itu.

Tentu saja ayah nya mengijinkan nya. Dan mensuport dirinya dengan baik.

.

"Taehyung udah ada kabar?"

Pertanyaan hobi membuat jimin sedikit terhenyak.

Jimin menggelengkan Kepala nya. Tanda kali dia sudah tidak berkabar dengan taehyung.

"Kau bisa mencari nya di sosial media ji"

"Aku bahkan mencari nama nya dengan panggilan nya, nama aslinya, nama pacar nya dulu, tapi nihil dia tidak ada hob" Ujar jimin sedikit menghembus nafas kasar.

Hobi mengangguk mengerti.

"Taehyung benar-benar pergi meninggalkan sahabatnya yang malang disini" Ujar hobi menatap pada jimin yang kini menyipit dan melempar nya dengan permen.

"Sialan kau" Dia tersenyum miring karena melirik hobi yang malah terkekeh.

.
.
.

Sebenarnya dulu, jimin diberitahu oleh ibunya taehyung, kalau keluarga nya akan berpindah ke Belanda.

Jimin juga sempat bertanya mereka berpindah dengan taehyung atau tidak? Dan jawaban ibunya. Tentu saja taehyung akan ikut dengan kami. Katanya.

Saat itu taehyung benar-benar tidak berpamitan padanya, jimin pikir taehyung benar benar melupakannya.

Sudah 6 bulan lamanya, keluarga taehyung tidak satupun memberi kabar padanya, apalagi taehyung, semua sosial media nya terlihat abu...

Jimin merindukan taehyung sebagai sahabat nya, merindukan kenangan bersama nya, merindukan semuaa dari diri taehyung.

Dia terkadang menangis di malam hari, menatap pada poto yang kini sudah gosong di sisi poto itu. Menyebut nama taehyung dengan suara isakan nya.

"Aku benar-benar merindukan mu"

Jimin termenung sendirian disana, menatap pada lampu lampu rumah orang kota dibawah sana, dia tersenyum miris dibawah rintik kecil salju yang menerpa jacket coat nya.

(Jimin sedang di menara)

"Aku harap kau baik baik saja disana, taehyungie" Dia memelan kan suaranya saat mengatakan nama pria itu tadi.

Setetes air mata nya ia usap dengan cepat dan segera meninggal kan tempat ia termenung tadi.

Tetapi saat dia menuruni tangga dia melihat sosok seseorang yang seperti dia kenal, rambutnya, tinggi badan nya, dan cara dia berpakaian nya dia seperti ingat dengan seseorang.

"Tae- taehyungie" Dia masih mematung ditempat nya masih menatap pada pria yang juga seperti sedang mencari seseorang disana.

"Taehyungie"

Jimin berlari menghampiri nya, tak perduli orang orang menatap nya aneh karena dia terus memanggil orang itu.

Dan bruk dia terjatuh karena menyenggol seseorang.

"Aww- tangan nya sedikit luka.

Ia segera terdiri kembali dan menghampiri orang tadi dengan jalan yang sedikit terpincang-pincang, tapi saat dia menepuk. Pundak pria itu, ternyata itu bukan lah orang sedang dicari nya.

" Oh maaf, maafkan aku, aku pikir kau adalah teman ku " Dia meminta maaf pada pria tadi yang kini sudah menggenggam tangan seorang gadis.

Pria itu pun memaklumi nya dan segera berpamitan kembali pada jimin.

"Dia bukan taehyung ku" Ujar jimin lemas terduduk kembali dibangku sana.

"Sialan kau park jimin, dimana mana matamu pasti melihat dia " Dia menangis dibuat buat menutup matanya dengan kedua telapak tangan nya.

"Ah sudahla, lupakan dia dan aku harus mengobati luka ku" Ujarnya segera terdiri kembali dan menyakukan kedua tangan nya pada saku coat nya.

Kembali saat dia berjalan, dia menggedor seseorang, jimin sempat melirik nya, tapi dia mengabaikan nya, menggeleng kepala nya dengan cepat agar halusinasi nya segera pergi lagi, dia bahkan terlihat menepuk Kepala nya agar matanya tidak terus melihat pada pria yang di rindukan nya.

"Dasar mata sialan" Jimin mengumpati dirinya dan mengabaikan pria yang digedor nya tadi.

Tetapi seseorang yang di gedornya tadi, kini menatap nya dengan lekat di belakangnya, dan bergumam kecil...

"Park jimin" Mata itu terus tertuju pada gadis yang tadi menggedor nya.

Tatapan itu, tatapan rindu.

Rindu seorang sahabat yang sudah lama tidak bertemu.

"Jimin... Aku disini, taehyung mu ada di Korea" Ujarnya kecil tersenyum tipis terus menatap pada gadis yang terus melangkah jauh di hadapan nya.

.
.
.
.
.

Just (vmin) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang