Perempuan dengan rambut yang berwarna hitam pekat itu tengah fokus menatap luar jendela mobil, seraya menopang dagu dengan tangan kirinya.Entah apa yang ia pikirkan sekarang, namun tatapannya benar benar kosong.
" Arin, apa kau baik-baik saja?"
Tanya Mama, sekaligus memecahkan keheningan yang tadi terjadi.Mama yang sibuk menyetir sesekali mencuri pandangan menatap ke arah anak gadisnya tersebut.
Arin yang merasa terpanggil pun menoleh. "Tidak, Aku baik-baik saja"
Jawabnya singkat, tak lupa dengan senyum tipisnya.Mama yang mendengar hanya menghela nafasnya kasar.
"Maafkan Mama dan Papa, karena kami, kau harus meninggalkan teman-temannmu. Kau tahu kan, rumah yang akan kita tinggali sekarang akan sangat jauh dengan sekolahmu. Maka dari itu, Mama dan Papa harus memindahkan sekolahmu juga"
"Iya ma, aku paham"
Memang sulit meninggalkan teman, dan tempat tinggal yang sudah nyaman.
Tapi,mau bagaimana lagi?
Alasan mengapa Arin tidak ingin pindah karena ia bukanlah seorang yang mudah sekali beradaptasi, apalagi dengan lingkungan baru nanti. sepertinya ini akan sedikit sulit baginya. Berbaur dengan orang orang disekitar rumahnya mungkin ia sedikit bisa. Karena Arin tipe perempuan yang lebih suka di dalam kamar ketimbang di luar.jadi ia tak perlu bertemu banyak orang, garis besarnya sih, Introvert.
Sekarang, ia harus belajar beradaptasi dengan teman teman sekolah barunya? Benar benar membuatnya malas. Rasanya ia ingin berbicara dengan Papa agar tidak memindahkan sekolahnya.
Lebih baik sekolah jauh daripada harus beradaptasi dengan hal hal yang baru, begitulah pikirnya.
Namun berbicara dengan Papa membuat nya sedikit takut, karena Papa adalah tipikal orang yang tak bisa di ganggu rencananya.
"Terima kasih, Mama yakin, sekolahmu yang baru akan membuatmu lebih nyaman" Mama menoleh lalu tersenyum, seolah olah meyakinkan kepada Arin tentang perkataannya.
Arin membalasnya dengan senyuman.
Yah.. aku harap begitu
🐰 🐰 🐰 🐰
"Arin, tolong kardus yang itu" Ucap Mama seraya menunjuk kearah dimana ada sebuah kardus yang lumayan besar disanya.
Arin berjalan menuju kardus tersebut,Dan membawanya. Dengan langkah yang sedikit sulit,karena di lantai penuh dengan kardus kardus lain yang berserakan. Yah maklum saja, kami baru sampai di rumah yang baru. Wajar kalau belum tersusun rapi.
"Ini" ucapku seraya memberikan sebuah kardus yang dibilang lumayan besar itu kepada Mama.
Mama meraihnya, dan langsung membukanya.
Perlahan aku melihat Mama tersenyum,ia sedikit tertawa. Aku sedikit penasaran dan mengintip apa yang ada di sana.
Kulihat Mama dengan satu buah bingkai foto di tangan kanannya. Disana nampak sepasang suami-istri yang tengah memakai gaun pernikahan, mereka tersenyum bahagia. Aku bisa menebaknya bahwa itu adalah Mama dan Papa.
"Apakah itu Mama?" Tanyaku memastikan.
"Benar, ini Mama dan Papa waktu pernikahan. Mengingat masa lalu benar benar membuat Mama ingin tertawa" mama tersenyum sendiri, dan netra mata Mama juga terus melihat ke arah bingkai foto tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Will Dive In To You
Fanfiction"Apa.. kamu tidak faham?" Arin menggeleng kuat. "Aku menyukaimu. Apa kurang jelas?"