Gesa merasa ia memiliki dua kepribadian yang sangat bertolakbelakang, menjalani dua karakter yang entah sejak kapan ia bangun dan melekat dalam dirinya. Gesa tidak ingin seperti ini, namun semuanya seolah berjalan begitu saja dan akhirnya menjadi rutinitasnya —siapa yang tidak mengenal dirinya, gadis mungil yang terlihat polos dan penurut, namun disisi lain ia dikenal sebagai gadis nakal yang selalu menginginkan hal-hal berbau sex.
Iya.. Gesa memilih akun Twitter yang ia gunakan untuk menyuarakan hasrat binalnya, keinginan-keinginannya untuk melakukan sex dan mengekspos tubuh telanjangnya tanpa ada yang tau identitas aslinya. Gesa tidak segila itu untuk memberitahu indentitas aslinya pada orang-orang disosial media.
Seperti saat ini, dikamar kosannya ia tengah telanjang dan bersandar headboar ranjangnya, mengelus-elus vaginanya sampai becek dengan desahan yang ia tahan sebisa mungkin agar tetangga kamarnya tidak mendengar.
"Heunghhh."
"Sssst fvckhhh.. pengen disodok kontol heumhhh ahhhhh."
Jari telunjuknya mengucek kelistorisnya sendiri, sambil meremas-remas payudaranya dengan intens, matanya terpejam kuat, bibirnya terbuka dengan wajah memerah dan keringat disekujur tubuhnya.
"Heummmhh."
"Fvckhh ahhhh pleasehhh ahhhh."
Selama ini Gesa memang hanya berani bermain sampai mengucek kelistorisnya saja, Gesa terlalu takut memasukan jarinya kedalam lubangnya yang sempit, ia takut keperawanannya akan pecah jika terlalu dalam mengocok vaginanya, meskipun hasratnya sangat ingin memasukan jarinya dan membuat permainan solonya semakin nikmat.
"Heunghhh ssssst ahhhh."
"Ssssst fvckhh ahhhh.. heumhhh rojokin memekhh gue pleasehhh ahhhh."
"Aaaaahhh.." ditengah-tengah sodokan divaginanya yang becek, Gesa tersenyum merasakan dirinya terbang keawang karena ulahnya sendiri. Bibirnya terbuka lebar, menahan desah yang begitu sulit ia tahan.
"Ssssst ahhhhh heunghhh ahhhh."
Matanya memutar, bibirnya ia gigit sedemikian seksi karena nikmat sebelum kocokannya semakin cepat sebab putihnya akan segera datang.
"Mmmmmmmhhh aaaaah sssssst ahhhhh.. mau cum.. mau cum ahhhh heunghhh fffvckhh ahhhh."
"AAAAH AHHHHH."
Gesa tersengal-sengal, nafasnya memburu bersamaan dengan cairannya yang mengalir keluar dari vaginanya. Ia masih mengatur nafasnya, berbaring lemas dengan keadaan super berantakan, kaki mengangkang lebar dengan payudara yang terpampang jelas.
"Anjinghhh ahhhh enakhh banget," racaunya sambil mengambil cairan yang keluar dari selangkangannya.
Rasanya memang selalu nikmat setiap kali ia memuaskan dirinya sendiri, tapi kadangkala Gesa juga menginginkan penis sungguhan untuk merojok vaginanya yang selalu sensitif. Ia selalu ingin seseorang menyentuhnya, Gesa tidak pernah mendapatkan sebab ia tidak semurah itu untuk menyerahkan tubuhnya pada sembarang laki-laki. Karena itu fantasinya soal sex malah semakin liar dan menjadi-jadi setiap saat karena tidak mendapatkan belaian sungguhan.
Gadis itu mengambil ponsel yang ada diatas nakas, membuka akun Twitter-nya berniat mengupdate statusnya. Gesa membagikan sebuah foto animasi seksi yang benar-benar menggambarkan dirinya saat ini, gabar seorang gadis mungil yang tengah dirojok oleh laki-laki yang jauh lebih besar darinya —seksi sekali, ia ingin memiliki satu laki-laki besar untuk merojok vaginanya setiap saat.
"Shit memek gue kedutan lagi cuma gara-gara ngeliat ini."
Gesa mengusap belahan vaginanya lagi, merasakan lembab masih melekat disana, "aaaah! Anjing, pengen kontol besar."
Ditengah-tengah Gesa sedang asik memainkan bibir vaginanya, ia terkejut saat ponselnya yang biasanya sepi pesan malah mendapatkan pesan yang entah kenapa begitu nyaring ditelinganya.
"Apaan sih, freak banget. Tengah melem gini ngajak ribut? Ideot."
Kelanjutannya ada di trakteer ya guys
Ada fake chat sama papnya jga 🤫
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Think Fangirl - NC-21++ (NCT ot-23)
FanfictionORIGINAL FICTION! cerita ini hanya fiksi belaka. Saya harap pembaca bisa lebih bijak dalam menanggapi cerita ini. Sekiranya ada yang merasa terganggu mohon untuk tidak membuka work ini. ⚠️Member NCT hanya visualisasi ⚠️Mature ⚠️21++ ⚠️No children