19 - perjanjian

2.9K 142 6
                                    

Revo pov

Sudah sebulan sekiranya Shiina jatuh koma setelah pergi bersama Altar. dulu saat awal Shiina koma, aku bahkan secara tak sadar menonjok Altar secara membabi buta di rumah sakit sampai suster datang melerai.

Ku buka perlahan pintu kamar rumah sakit nomer 225, kamar Shiina dirawat.

Jika kau tau, aku merasa diriku sangat bodoh untuk menjaganya. cukup melihat Shiina yang sudah sering masuk rumah sakit membuat ku gila.

Aku tak bisa menjaganya.

Aku bodoh.

Aku tak pantas berada disisinya.

Di dalam ruangan ini sangat sepi dan hanya terdengar alat bunyi jantung yang menandakan jantungnya yang berdetak.

Ku dekati ranjang Shiina dan duduk di sebelahnya, mengelus pipi tembamnya yang sering di gembungkan jika marah pada sikap cuek ku.

Perlahan ku sentuh matanya yang terpejam. yang sering menatap ku tajam, sedih, bahagia dan tak jarang sering membulat besar jika ia terkejut.

Ku sentuh bibir merah mungilnya yang selalu memberi motivasi, yang sering berteriak kesana kemari dengan berisik, yang pernah membangunkan ku dari tidur nyenyak dengan cara berteriak tepat di kuping yang saat itu membuat ku sangat jengkel.

Mengingatnya membuatku semakin merasa pengecut. Pengecut yang tidak bisa melindungi gadisnya. yang hanya bisa membuat gadisnya sakit.

Jadi, apakah aku pantas untuk tetap berada di sisinya? Dan membuatnya lagi-lagi terluka?

Ponselku bergetar, dan segera ku angkat.

"Halo?"

"Ini Revo?"

"Ya, ini siapa?"

"Gue Altar." seketika aku merubah mimik wajah ku menjadi serius.

"Gue mau ngomongin kejadian Shiina lupa ingatan. setelah gue cari, gue nemuin foto dan video kejadiannya. Bakal gue kirim ke email." Lanjutnya.

Altar mematikan telepon nya dan sedetik kemudian nontifikasi masuk yang berisi Video beserta sebuah foto ada dalam handphone. Ku buka dan mengamati Video tersebut.

Rahangku mengeras dan segera keluar dari rumah sakit ini.

••••

Author pov

Dobrakan keras dari pintu depan rumah membuat seorang gadis berambut pirang itu keluar dan dihadiahi pandangan mengerikan. Revo dengan wajah memerah. Kemarahannya yang membuat nyali siapa saja menciut.

"Mau ngapain kamu disini Rev?" Tanya gadis pirang atau bisa disebut Liana.

Mata Revo menatap tajam, bahkan sangat tajam. "GAK USAH LO SAKITIN SHIINA LAGI!!" Teriaknya murka tepat di hadapan Liana.

Liana mencoba mengatur ekspresi dari takutnya menjadi tenang walau dilubuk hatinya tetap di selimuti perasaan takut dan sakit hati. Ia tahu bahwa ia ketahuan.

"Emang kamu bisa halangin aku? Kamu sanggup taruh aku di hukum dan di penjara?"

Perkataannya Liana memang benar. Revo bukanlah orang yang tega membawa teman yang pernah dekat dengannya ke hakiman.

Liana tersenyum menang. "Kamu ingin membawaku ke penjara bukan? Karena membuat anak orang mengalami amnesia? kalau gitu, saat Shiina udah sadar aku ingin kamu menghilang dari hadapan ku dan Shiina sampai Shiina sendirilah yang menemukan mu,

"Sekarang kamu bisa bawa aku ke hukum dan penjarain aku, asal kamu setuju dan menandatangani surat yang akan ku buat sesuai ucapanku tadi. Kalau kamu gak mau aku bakal terus cari cara bikin Shiina kecelakaan." Lanjut Liana.

Revo membeku, namun ada akhirnya ia menyetujui demi kebaikan gadisnya agar tidak terganggu, lagi pula ia akan melanjutkan sekolahnya di luar negri karena keluarganya lah yang menyuruhnya.

Yang pada akhirnya tetap berpisah dengan Shiina.

Senyum licik terbit di wajah perempuan iblis itu. "Ingat, kalau kamu melanggari, aku akan di bebaskan penjara dan akan ku buat Shiina sengsara."

Dengan mantap Revo menandatangi kertas perjanjian itu. Saatnya berpisah dengan Shiina, dan Revo harap Shiina akan mencarinya sesulit apapun itu.

Walau masih ada secuil keraguan.

Revo tau kalau ia tidak menyutujui perjanjian, maka Liana bisa melakukan apapum untuk menyingkirkan Liana, namun yang membuat Revo heran seharusnya Liana bisa menggunakan kesempaan ini untuk dekat dengannya, tapi kenapa tidak digunakan?

Masa bodolah dengan semua itu. yang terpenting adalah keselamatan gadisnya.

Liana tersenyum menang lagi, namun entah kenapa senyuman itu lama-lama terlihat kosong berganti senyuman kesedihan.

Aku melakukan ini karena walau ku paksa kau dekat dengan ku, kau tetap mencintainya yang bahkan baru bertemu setelah sekian lama dekat denganku di amerika.

Memilih jalan untuk menghilangkan mu sejujurnya sangat berat bagiku yang sangat dalam mencintai mu walau cinta mu bukan untuk ku.

Adil bukan menyuruh mu menjauhi Shiina dan aku? Aku tak mau memaksa mu dekat dengan ku namun pikiran mu selalu di Shiina. maaf dan terima kasih. Batin Liana tersenyum samar dan meneteskan air mata saat Revo sudah beranjak pergi dari rumahnya.

Ia tahu sampai kapanpun perasaan Revo tak akan ada untuknya.

•••••••••••••••••••••••••••

Sorry for very very very very late update, akunya lagi galau bahahhaa.

Maaf karena typo yang lebay dan berlebihan :)

MAKASIH BANGET BUAT VOTE COMMENT KALIAN YA!!!!
Aku terharu tau :' lebay bat si mira.

Love,
Mirabila.

Transfrom a cold soulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang