2

3 2 0
                                    

Happy Reading!

Rania menerjapkan matanya, mencoba beradaptasi dengan tempat disekitarnya. Sebuah kamar mewah dengan interior yang indah. Beberapa saat Rania merasa terhipnotis dengan kamar ini, namun sedetik kemudiam ia teringat kejadian yang membuat ya di tempat ini.

"Anjir, dimana gue!" panik Rania. Terlebih kedua tangannya yang diborgol disisi ranjang membuat pergerakannya terbatas.

"Akh sakit! Gue, gue nggak mimpi anjir. Gue beneran diculik? Hah? Apa gue mau dibunuh terus jantung gue diambil? dijual?? AAAAAA"

Rania masih terus berusaha melepaskan diri, namun nihil. Ini justru sangat menguras tenaganya, ia lelah. Pandangan gadis itu menoleh saat suara knop pintu terbuka, menampakkan seorang pria dengan kemeja putih disana.

"Sudah bangun honey?"

"Siapa? Lo siapa ha?!"

"Aku calon suamimu" jawab Noah dengan nada seraknya. Pria itu berjalan mendekati Rania yang semakin meringkuk keujung ranjang.

"Pede banget lo. Sorry ya kita nggak kenal. Dan apaan sih lo nyulik gue begini! Norak tau nggak?! Butuh duit lo? Kerja dong!!"

"Sssttt. Kau terlalu banyak berbicara honey" ujar Noah sembari membelai lembut pipi gadis itu. Namun dengan cepat Rania memalingkan wajahnya.

"Aku Noah Alferd, kau mengenalku Rania?"

"Noah? Nggak. Gue nggak kenal sama lo! Siapa juga yang mau kenal!" kesal Rania dengan mengerucutkan bibirnya, membuat Noah merasa geram dan tak tahan untuk menciumnya. Pria itu menangkup kedua pipi Rania dan mencium bibirnya lembut, melumatnya pelan.

"Mhh"

"Mhh..lepas! Bangsat!" teriak Rania, gadis itu segera mengalihkan wajahnya kearah lain. Namun hal itu justru membuat Noah beralih mencium lehernya dan membuat tanda disana.

"Akhhh"

Noah tersenyum smirk saat mendengar desahan Rania yang tertahan, "Nikmat, hm?"

"COWOK GILA! MESUM! BANGSAT! BRENGSEK! ANJIR, COWOK KURANG AJAR!"

"Hmm sangat kasar sayang, tidak cocok untuk bibirmu yang sangat manis"

Sekali lagi Noah membelai lembut bibir Rania yang basah karena ulahnya, menahan dagu gadis itu agar tak lagi memalingkan wajahnya.

"Kau tau? tidak pernah ada yang berani menghinaku. Bahkan tidak ada orang yang berani menaikkan nada bicaranya saat berbicara denganku baby" ujar Noah dengan emosi yang tertahan.

"Gue nggak peduli! Gue nggak takut sama lo!"

"Ssstt, simpan suaramu sayang. Atau nanti malam kau hanya bisa tercekat tanpa bisa mengeluarkan suara" ujar Noah dengan senyum misteriusnya.

"Apa? Lo nggak berniat buat merkosa gue kan?! Hah?"

"Aku hanya ingin menanam bibit unggul dirahimmu, membuat bayi-bayi kecil yang menggemaskan. Aku sudah tak sabar"

"Brengsek! Gue nggak mau!! Jangan lo berani-berani sentuh gue!"

Kalau saja tangan Rania tidak diborgol, ingin sekali gadis itu menampar pria menyebalkan didepannya. Apalagi senyumnya itu, sangat menjijikkan.

Mendengar hal itu membuat Noah tersenyum smirk, "Kau yang akan memintaku melakukan itu"

"Cih, gue nggak Sudi!"

"Istirahatlah baby, kumpulkan tenagamu untuk malam panjang kita" ujar Noah kemudian beranjak dari ranjang dan berjalan menuju pintu.

"Lepasin gue! Bangsat!"

"Woy! Brengsek!!!" teriak Rania saat pintu itu tertutup. Gadis itu memejamkan matanya, air mata luruh begitu saja membasahi pipinya. Apakah ini akan menjadi akhir hidupnya?

_ _ _

Kasian Rania :(

Menurut kalian gimana?

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang