🔞
Rania menatap tajam Noah yang sedang bergelut dengan laptopnya, ia sampai tidak tau harus menyumpah serapahi apa lagi pada pria tak tau diri itu.
Beberapa menit kemudian Noah merenggangkan tangannya, sepertinya ia terlihat sangat lelah dengan pekerjaan kantornya.
"Lepasin gue brengsek!" ujar Rania saat Noah berjalan mendekatinya dan duduk disampingnya.
"Tidak akan pernah, aku sudah menunggu waktu yang lama untuk ini sayang"
"Kenapa? Kenapa gue?" ujar Rania dengan mata sendunya.
"Karena aku sangat mencintaimu. Sebenarnya aku bisa saja menunggumu, namun melihatmu dekat dengan lelaki lain di taman waktu itu membuatku tak bisa menahannya lagi"
Rania mengerutkan dahinya, mencoba mengingat sesuatu.
"Alden? dia itu temen gue"
"Jangan pernah menyebut nama itu lagi honey, aku sangat membenci bibirmu mengatakan itu" geram Noah.
"Gue mohon, om. Lepasin gue. Gue janji nggak akan laporin lo ke polisi, gue janji. Gue mau pulang" Isak gadis itu.
Tangan Noah terangkat dan membelai lembut rambut Rania, "Kau sudah di rumah sayang"
Rania menggeleng cepat, semoga isakan dan puppy eyes ini bisa membantunya bebas.
"Gue mohon, please. Kalau lo cinta sama gue lepasin gue, please"
"Apa kau pikir aku akan luluh dengan tatapanmu itu baby? Tidak akan pernah" sarkas Noah.
Pandangan Noah beralih pada gelas berisi air dinakas yang telah ia siapkan, Noah segera mengambilnya dan mengarahkan ke wajah Rania.
"Minumlah, kau sudah sangat banyak berbicara hari ini. Setelah itu kau bisa istirahat" ujar Noah lembut.
"Nggak, gue nggak haus"
"Minum, cepat. Jangan menentangku kali ini agar kau bisa segera istirahat. Apa kau masih ingin berdebat denganku sampai besok?"
"Cowok brengsek" ujar Rania pelan. Rania menatap gelas itu horor kemudian menatap Noah lagi.
"Lo nggak nyampurin racun kan?"
"Mana mungkin aku melakukan itu, sudah kukatakan aku mencintaimu. Percayalah"
"Minum ini dan besok aku akan melepaskanmu"
"Janji?"
"Hm, minumlah"
'Glek.glek.glek'
Pandangan Noah terpaku pada Rania yang sedang meneguk minumannya sampai tandas. Satu sudut bibir Noah terangkat, semua sesuai yang ia inginkan.
"Udah" ujar Rania kemudian menjauhkan wajahnya, menatap Noah yang kembali meletakkan gelas itu dinakas.
"Istirahatlah" ujar Noah kemudian mencuri kecupan dikening Rania, setelah itu beranjak dari ranjang dan kembali duduk di kursi kerjanya.
"Sepertinya dia tidak terlalu buruk" gumam Rania, entah mengapa rasanya nyaman saat Noah melakukan itu.
Rania menghempaskan tubuhnya di ranjang, membenarkan selimut dan berusaha memejamkan matanya. Tak sabar menunggu hari esok dimana ia akan bebas dari tempat ini.
Rania menatap tangannya yang diborgol itu memerah, rasanya perih dan sakit. Sudahlah, ia tidak akan melawan lagi. Bukankah besok ia akan pergi dari tempat ini?
"Mhh panas" ujar Rania tak nyaman. Gadis itu menggeliat dan mencoba menyingkirkan selimutnya. Menatap Noah yang masih berkutat dengan laptopnya.
"Mm, Noah" panggil gadis itu.
"Ada apa?" tanya Noah sembari beranjak dan mendekati gadis itu.
"AC nya mati ya? Kok panas banget? Gue gerah" ujar Rania.
"Tidak sayang, justru malam ini terasa dingin karena hujan"
"Tapi panas, gue-" belum selesai menyelesaikan kalimatnya, Rania tersadar. Melihat senyum Noah yang sangat menjijikkan.
"Ada apa baby?"
"Lo! Brengsek! Lo pasti campurin sesuatu di minuman gue kan?! Hah?! Cowok brengsek! Bangsat!!"
"Sssttt, sangat kasar. Aku tidak mencampuri racun baby, hanya sedikit obat" jawab Noah dengan nafas beratnya.
"Obat? Obat apa?!"
"Perangsang" bisik Noah didekat telinga Rania, membuat gadis itu mendesah pelan.
"Bukankah sudah kukatakan tadi? Bahwa kau yang akan memintaku menyentuhmu?" tanya Noah setelah menjilat telinga Rania sensual dan membuat gadis itu kembali melenguh.
"Kau gila! Gue tidak akan pernah sudi disentuh sama Lo, bangsat!"
"Oh ya? Baiklah. Istirahatlah sayang" ujar Noah sembari meremas payudara Rania pelan.
"Ahh, bangsat!" satu desahan lolos dibibir Rania, matanya yang sayu seolah meminta sentuhan lebih namun bibirnya terus mengeluarkan umpatannya.
Noah tersenyum kemudian beranjak, melihat Rania yang sedang menggeliat tak nyaman. Tangan gadis itu yang masih diborgol membuat pergerakannya terbatas.
"Shh, panas. Gerahh" lirih gadis itu.
"Mau kubantu baby?"
"Nggak! Gue nggak Sudi!"
Noah tersenyum smirk kearah Rania, ia sangat yakin gadis itu tidak akan bisa menahannya.
"Kuhitung sampai tiga, kuberi kesempatan untukmu memintaku membantumu. Tetapi jika tidak, aku akan pergi dari kamar ini. Dan kau akan tersiksa sendirian baby"
"Bangsat! Keparat kau!" teriak Rania dengan nafas tercekat.
"Satu"
"Lepasin gue!"
"Dua"
"Hiks, lepas!!"
"Satu kesempatan lagi baby. Ti-"
"Please, gue nggak tahan" ujar Rania lirih dengan pandangan sayunya.
"Kau mau aku melakukan apa?"
"Bantu gue mhh, panash Noah" ujar Rania pasrah.
"Of course, baby. Aku akan memuaskanmu"
_ _ _
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine
Romansa21+ Semenjak hari itu, kehidupan Rania berubah drastis. Ia tak pernah menyangka bahwa dirinya akan masuk kedalam kehidupan Noah yang sangat kejam. . Apakah Rania akan menyerah dan memilih untuk bersama Noah? . Atau ia akan berusaha kabur dari itu se...