"Lo tau Fre?" Tanya Nazela.
Freya mengangguk. "Yang hidup di dunia fantasi, dia adalah vampir? Werewolf, dracula? Which? Mermaid?"
Friska memutar bola matanya malas, "astaga Fre, serius dong! Yang pasti pasti aja, jangan semua!" Protes Friska kesal.
"Ini serius! Lo inget apa kata kak Gyu 'kan? Walaupun mereka nggak pernah menunjukkan wujud mereka, mereka ada dan mereka nyata kak, inget itu. Dan kalo Lo tanya yang paling memungkinkan, maka jawabannya vampire." Jelas Freya.
"Fre! Fris! Lagi apa sih kalian?! Bukain dong! Gue mau masuk disuruh kak Steve buat jagain kalian!" Teriak seseorang dari balik pintu utama.
Mereka saling pandang. "Bu-bukannya itu suara, Alvas?" Tanya Nazela tidak percaya.
"Tar dulu, jadi maksudnya… Alvas itu vampir?" Naras ikut bertanya.
Friska memutar bola matanya sekali lagi, "Udah jangan dipikirin apa kata Freya, gue buka pintu dulu ya."
"Harusnya Lo percaya sama gue kak…" batin Freya.
Friska melangkah dengan sedikit malas untuk membuka 'kan pintu. Sebenarnya jika bukan karena ucapan tidak masuk akal Freya, Freya yang akan membuka 'kan pintu tapi apalah daya, Freya sangat membuatnya kesal kali ini.
Friska membuka pintu dan… sebuah pukulan penuh cinta mendarat di dahinya.
"Eh sorry gue pikir belum dibukan pintunya. Sakit gak?" Ucap Alvaska mengusap kening Friska.
"E-eh gue gapapa, ayo masuk. Lo sendiri?" Ucap Friska menepis tangan Alvaska.
Alvaska mengangguk. "Iya."
"Tapi kok gue ngerasa Lo gak sendiri ya sebelumnya?" Tanya Friska. Karena memang, saat berjalan menghampiri pintu tadi Friska mendengar samar-samar suara seseorang yang sedang bicara dengan Alvaska. Lalu kenapa sekarang dia hanya sendiri?
"Jangan mengada-ada deh Lo, gue sendirian kok dari awal." Sangkal Alvaska.
Friska mengangguk pasrah, "rumah Lo kayaknya rame banget. Lagi ada tamu?" Tanya Alvaska saat menyadari suasana rumah yang biasanya dingin terasa hangat.
"Ada temen-temen gue Naras, Nazela, sama Natas, napa emang?"
"Ada Nazela juga?"
"He'em, kenapa emang? Oh iya Lo 'kan suka ya sama tuh anak."
"Apaan sih gak ya enak aja,"
"Tapi Alvaskaaaa, siapapun yang liat cara Lo natap Nazel mereka pasti tau kok kalo Lo suka sama tuh anak."
"Fris." Alvaska menghentikan langkahnya dan mencekal lengan Friska. "Jangan kasih tau ke siapapun ya," pintanya.
Friska mengusap hidungnya lalu mengangguk. "Lo tenang aja, ini menjadi rahasia kita bersama. Tapi jangan salahin gue kalau ternyata Freya udah tau duluan ya."
"Kalau Freya yang tau gue maklumi, lagian tuh anak kayak cenayang tau segalanya." Ucap Alvaska melanjutkan langkahnya.
Friska terkekeh mendengar pengakuan Alvaska yang mengatakan bahwa kembarannya adalah seorang cenayang yang tahu segalanya. Padahal kalau boleh jujur Freya ada seseorang yang paling sering ketinggalan informasi dari pada yang lain. Cenayang dari mananya coba?
Tapi memang tidak bisa dipungkiri bahwa Freya memang adalah seseorang yang sangat peka dengan keadaan dan perasaan seseorang.
"Udah, kalo mau rahasia perasaan Lo, bersikap netral aja, jangan sampe Freya makin yakin kalo Lo suka sama Nazela." Saran Friska.
KAMU SEDANG MEMBACA
Impossible
Fantasy"Kenapa harus ada yang namanya kematian? Padahal kalau semua orang di dunia ini bisa hidup selama yang mereka mau, mungkin itu lebih bagus." Ucap Friska menyayangkan. "Percuma hidup selama itu kalau lo gak bisa bersama sama orang yang lo suka..." "M...