"Aster, aster, aster. Dimanakah hutan ini menyimpan bunga aster?!" erang Charles frustasi. Ia tak berhenti menyelidiki, memindai, menyingkap dahan-dahan tumbuhan rendah untuk menemukan sedikit bunga aster. Bukan maksud Charles memperumit keadaan, tetapi ia ingin Anastasia tahu jalan yang ingin ia tempuh, dan menemui Anastasia dengan sajian ini adalah cara paling ringkas.
Cindy dan Cindy berdiri di atas kaki masing-masing, tak mengerti apa yang tengah Charles berusaha lakukan. Cindy tak peduli, lain dengan Cinderella yang amat ingin mengajukan pertanyaan. "Charles, apa yang sedang kau lakukan?" akhirnya ia bertanya.
"Ini? Ah, bukan!"
"Charles."
"Dua pinus dan serbuk aster. Ayolah!!"
"Char—"
"Apa?!" Charles akhirnya menoleh ke arah Cinderella dengan wajah marah.
Cinderella terkejut. Ia takut. "A-apa yang sedang kau lakukan?"
"Aku sedang berusaha menyelamatkan hidupmu! Maka, diamlah!" bentaknya hampir murka.
Cinderella semakin diputar oleh kebingungan. Menyelamatkan nyawanya? Ia sama sekali tak merasa terancam, justru bukankah sekarang ia dan Charles telah berada dalam ketenangan? Charles terlihat begitu serius, ketimbang marah, ia lebih terlihat seperti menyembunyikan kesedihan entah pada apa.
"Jika kau mencari bunga aster, dia ada di sisi seberang," unjuk Cinderella pada deret semak di seberang mereka.
Charles yang tak banyak bicara segera menghampiri semak di seberang, langsung dirampasnya segenggam bunga aster yang kemudian ia tumbuk di atas sebuah batu. Setelah bunga aster berhasil menjadi serbuk, ia meletakkan dua buah pinus di atas batu yang sama.
"Cindy," panggilnya.
"Ya?" jawab Cinderella bersamaan dengan ringkikan kuda cokelat di sampingnya. Cinderella menoleh ke arah Cindy heran, kemudian ia mengarah ke Charles dengan raut tersinggung. "Tunggu, jadi selama ini kau menyamai namaku dengan kudamu?!"
Cindy mendelik tersindir, sementara Charles di ujung sana terkekeh pada akhirnya. "Aku bicara pada kudaku, Cinderella." Charles berdecak beberapa kali memanggil kudanya, "Cindy, kemari."
Cinderella menggembungkan pipinya marah. Alih-alih marah karena disamakan dengan kuda, ia lebih marah karena Charles malah memilih kudanya ketimbang Cinderella sendiri untuk menghampiri dirinya di seberang sana, dan juga ... lebih karena Charles tak lagi memanggilnya Cindy.
Cindy menghampiri Charles. Charles mencari-cari ranting bagus di sekitarnya, setelah dapat, ia menggosoknya pada kuku Cindy beberapa kali, hingga asap mulai mengudara, dan percikan api mulai terlihat. "Cinderella, sekarang aku butuh bantuanmu." Charles tersenyum.
Sebetulnya, Cinderella enggan menuruti, tetapi melihat senyuman Charles telah kembali, ia akhirnya kalah dan menghampiri meski penuh rutukan di wajahnya. Gadis itu lantas berjongkok menyamai Charles.
"Kau angkat batu ini, jangan sampai pinus dan serbuk asternya jatuh," papar Charles.
Cinderella menuruti. Setelah itu, Charles meletakkan api kecil di bawahnya dan menimbun kayu itu dengan ranting-ranting kecil dan akar-akar serabut yang telah kering. Lambat laun, api kian membesar, menimbulkan pendar ringan di sekitar wajah Charles dan Cinderella, beradu dengan pancaran megah pendar matahari yang mulai menyingsing.
Aroma pinus pun mulai terhirup.
Cinderella memejamkan mata, membenamkan diri pada wangi yang tak pernah ia hirup sebelumnya.
***
Pagi itu, Anastasia mulai bersiap-siap. Ia mencuci wajah lebih awal, menyisir rambut lebih tekun, dan mandi lebih bersih. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Charming! Bahkan ketika matahari baru menerbitkan diri beberapa saat lalu, ia sudah tersenyum-senyum di depan cermin gubuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland: Tales of The Eight Pawns
FantasyTidak semua kisah berjalan sederhana di Dunia Dongeng. Demi akhir bahagia selama-lamanya, aral dan bukit terjal perlu ditempuh. Terlebih ketika Sang Ratu dari negeri bawah tanah Wonderland memanggil delapan nama untuk dijadikan patung pion di halama...