Ini masih terlalu pagi, tapi keluarga Pak Suryadi beserta anak menantu dan cucu-cucunya sudah datang kerumah kecil kami. Mereka ingin mengajak kami sekeluarga liburan, menghilangkan penat selama sibuk kerja satu minggu ini. Begitulah kata Pak Suryadi.
Ayah dan mama tentu saja awalnya mereka menolak. Namun, melihat sinar harapan di mata anak-anak, mereka mengiyakan ajakan itu. Jadilah kami semua pergi.
Disini ada empat mobil yang jalan beriringan. Mobil pertama ada Pak Suryadi, Bu Widya, Mama dan Ayah. Mobil kedua ada Mbak Sarah dan suami serta kedua anaknya. Mobil ketiga ada Mbak Nanda juga suami dan Layla, si kecil cantik bawel yang jadi teman bermain Dara. Terakhir ada mobil Mas Zayn yang isinya tentu saja ada aku dan anak-anak.
Sebenarnya aku sedikit tak enak dengan Mas Zayn. Tapi mau bagaimana lagi, tak ada mobil lain. Tak ikut pun aku kasihan pada anak-anak yang sudah berharap akan berlibur. Sudah lama mereka tak liburan ketempat wisata atau tempat tenang. Sejujurnya aku pun merasa bersalah. Karena ikut dengan ku, anak-anak tak bisa menikmati kehidupan mereka yang dulunya nyaman.
Tapi aku akan terus berjuang supaya bagaimana pun caranya mereka bisa hidup dengan terjamin.
Di belakang ada Andra dan Byan yang nampak asik memandangi pemandangan di sepanjang jalan yang kami lewati. Sedangkan di bagian belakang. Ada Chika dan Dara yang asik bermain boneka. Kata Bu Widya, Mas Zayn sengaja merubah bagian belakang mobilnya dan menyuruh asistennya untuk merubah bagian belakang mobilnya. Ada alas yang lebih menyerupai kasur, pinggiran mobil pun di alasi dengan bahan lembut, jadi jika mereka tak sengaja jatuh, kepala mereka akan tetap aman tak membentur bagian yang keras.
"Mama, Dala mau pipis." suara Dara membuyarkan pikiranku.
"Nanti kita stop di pom bensin, ya." sahut Mas Zayn.
Aku menolehkan kepala pada Andra. "Bang, nanti tolong bantu adeknya ya."
"Andra? Gimana?"
"Ya, nanti Abang temenin adeknya ke toilet. Mama kan gendong Elang. Nggak mungkin Elang nanti Mama bawa ke toilet."
"Kalo Andra yang temenin Dara. Mau ke toilet mana, Ma? Misalkan ke toilet cewek, masa iya Andra masuk sana. Terus nggak mungkin juga Andra ajak Dara ke toilet cowok."
Ada benernya juga sih. Lalu bagaimana? Aku takut kalau Elang sepenuhnya dalam gendongan Andra. Bukan tak percaya pada abangnya tapi Andra juga tak akan mau. Dia masih terlalu takut menggendong adik bungsunya ini.
"Biar nanti saya yang gendong Elang."
"Eh, emm. Nggak usah. Sya nggak mau merepotkan Mas."
"Saya yang minta."
Saat sampai di sebuah pom bensin, Mas Zayn turun lebih dulu dan membuka pintu disamping ku. Lalu mengambil alih Elang yang masih asik terlelap kedalam gendongannya.
Aku segera membawa Dara dan Chika ke toilet. Sementara keempat lelaki itu menunggu di mobil.
°•°•°•°
"Mau ikut ke minimarket depan?" tanya Zayn.
Byan mengangguk dengan semangat. Dia haus dan ingin membeli sesuatu untuk melegakan tenggorokannya terasa kering.
"Andra tunggu disini saja, Om. Jadi kalau Mama kembali, nggak nyariin kita."
"Oke. Kamu mau titip beli apa?"
"Nggak usah, Om. Makasih." jawab Andra masih sungkan pada laki-laki ini.
"Oke." tentu saja, Zayn pun tak ingin memaksa bila Andra tak mau.
Zayn masuk ke sebuah minimarket masih dengan Elang dalam gendongannya. "Byan, ambil apa yang kamu mau."
"Beneran Om? Boleh?" Byan menatap Zayn dengan mata berbinar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terluka (Perselingkuhan Suamiku)
RomanceDi selingkuhi saat hamil besar membuat Aqila terluka. Dia berusaha keras membiayai kelima anaknya, karena mantan suami tak mau membiayai hidup anak-anaknya. Namun sebuah kejadian membuat dia bertemu dengan Zayn, laki-laki kaku dengan luka yang sama...