Sepulang bekerja, seorang lelaki bersama kekasihnya mengunjungi sebuah pameran lukisan di museum. Awalnya, tak ada satupun lukisan yang menarik perhatian si lelaki. Sampai pada suatu titik, pandangan si lelaki tertuju pada sebuah lukisan besar di ruang tengah.
Spontan saja si lelaki langsung menyukai lukisan tersebut. Detil pada lukisan itu nampak nyata, sampai-sampai si lelaki terbesit ingin menyentuhnya. Namun, sayangnya itu perbuatan ilegal. Oleh sebab itu si lelaki hanya memerhatikan saja.
Sejak saat itu, si lelaki tak bisa berhenti memikirkan lukisan di museum tersebut. Pikirannya tidak fokus. Sampai-sampai, ada momen saat mereka sedang makan malam di sebuah restoran mahal, sang kekasih melempar komplain karena merasa diacuhkan.
Tapi si lelaki tidak peduli. Ia malah berani memutuskan hubungan dengan kekasihnya. "Sejak awal kita berpacaran, kaulah yang egois, dan hanya menghabiskan uang dan waktuku." Ucap si lelaki pergi meninggalkan meja makan.
*
Bertahun-tahun berlalu, si lelaki telah tumbuh menjadi pria dewasa yang makmur hidupnya. Ia telah bekerja dengan keras selama ini. Saat hadir di acara reuni, teman-teman lamanya bertanya apa resep sukses si pria.
"Aku melihat sebuah lukisan. Lukisan itu yang mengubah hidupku."
Teman-teman si pria hanya bertepuk tangan saat mendengar jawabannya, meski Ia yakin mereka tak paham sama sekali soal itu. Lagi pula tak ada satupun dari teman-teman si pria yang tanya soal lukisan tersebut, kecuali mereka langsung mengganti topik pembicaraan.
Tapi hal itu tidak jadi masalah bagi si pria sekarang, karena yang penting ia mampu membeli apa saja yang ia inginkan.
Seminggu kemudian, ada momen di mana Ia sedang duduk sendirian di ruang tamu. Ia teringat kembali dengan lukisan yang pernah dilihatnya.
Tanpa pikir panjang, si pria langsung menghubungi pihak museum di mana lukisan itu pernah dipamerkan. Si manajer museum berkata tidak pernah ada ciri-ciri lukisan yang dimaksud. Si pria pasti sedang bermimpi, katanya sambil tertawa dari balik telepon.
Si pria pun marah dan membanting teleponnya.
"Kurang ajar! Dia tak tahu sedang bicara dengan siapa?!"
Tetapi si pria buru-buru mendinginkan kepalanya, karena selama ini Ia telah belajar meditasi untuk mengontrol emosinya.
Setelah itu Ia mengerahkan seluruh sumber dayanya untuk mencari lukisan tersebut. Minimal mirip dengan yang Ia mau. Sayangnya, tak ada catatan soal lukisan yang dimaksud
Si lelaki semakin penasaran, sehingga di kemudian hari Ia mengidap insomnia. Terkadang ia kedapatan berbicara sendiri di ruang tamu. Ia pun sering tidak hadir di acara rapat penting perusahaannya.
Akhirnya si pria menemukan ide yang menurutnya cemerlang. "Bagaimana kalau aku mengoleksi lukisan terkenal saja?" Akhirnya ia memerintahkan bawahannya untuk membuat ruangan khusus menyimpan lukisan.
Namun tak sampai seminggu, si pria langsung membuangn semua lukisan antik itu di halaman belakang lalu membakarnya begitu saja.
Melihat sikap sang majikan, asisten pribadi si pria semakin khawatir. Ia pun meminta izin dengan sopan untuk memberikan sebuah saran, sebuah ide yang sudah lama tak terpikirkan lagi oleh majikannya.
"Anda harus pergi berlibur, Tuan. Anda tidak bisa begini terus."
Si pria awalnya terdiam, kemudian Ia baru sadar bahwa itu adalah ide yang brilian. Bisa-bisanya aku tidak terpikirkan hal itu, ucapnya.
Si pria pun langsung memanggil semua asistennya dan mengumumkan bahwa gaji mereka naik sepuluh kali lipat, dan menyuruh semuanya pulang kampung untuk bertemu keluarga masing-masing.
Akhirnya si pria pun memutuskan pergi berlibur sendirian ke sebuah pantai tanpa pengawalan khusus. Saat sedang duduk bersantai di pinggir pantai, ia dikejutkan dengan kemunculan sosok wanita yang wajahnya seolah tak asing.
"Bukankah kau...? Ucap si pria tak yakin.
Si wanita tak bisa menyembunyikan senyum manisnya. Tanpa banyak bicara, si wanita menggandeng tangan si pria dan membawanya ke sebuah rumah sederhana.
Di dalam rumah itu, si wanita memperlihatkan sebuah lukisan lelaki berjas hitam yang sedang berjalan di padang pasir. Si wanita berkata bahwa itu adalah diri si pria yang tersesat selama ini. Tapi sekarang tidak lagi.
Mendengar hal itu si pria menangis dan memeluk si wanita sambil menatap lukisan itu selama mungkin seolah ia sedang melihat gambar kehidupannya.
"Jika begitu.. maka lukisan di museum itu..." Ucap si lelaki tak percaya. "Kaulah yang selama ini aku cari." Ekspresi si pria berubah menjadi senyum bahagia.
Semenjak saat itu hidup si pria terasa jadi lebih mudah dan ringan. Ia tinggalkan semuanya di pinggir pantai, yang kini telah hanyut oleh gulungan ombak. Ia juga meminta sang kekasih mengajarinya cara melukis kehidupan.