Octagon 3 - 06 : Buah yang Dijauhkan dari Pohonnya

319 32 55
                                    

Dalam posisi duduk bersandar itu, Hongjoong melihat ada yang masuk ke dalam ruangannya, tepat setelah pemberian vitamin padanya. Di saat teman-temannya belum muncul, yang Hongjoong dapati adalah bagaimana seseorang masuk ke dalam, dan menutup pintu, memastikan hanya mereka berdua di dalam sana.

Dari yang Hongjoong lihat, pakaiannya sudah berganti. Dari yang Hongjoong lihat, caranya menatap pun sedikit berganti.

Walau bisa diartikan baik—dirinya terlihat khawatir.

Adalah Stella Vharlien Tjokro, yang memberikan senyuman, tetapi kentara pula raut wajah khawatirnya. Stella langsung mendekat ke arahnya, membawa satu tas tangan, dan kemudian hendak menyentuhnya.

Tetapi Hongjoong menjauhkan diri—menolak.

Selagi Stella hanya bisa menarik napasnya, kemudian mengangguk tersenyum. "Jika saya dibenci karena Ayah saya, saya minta maaf."

Hongjoong tak memberikannya balasan.

Stella menunjuk ke arah luar. "Saya bertemu dengan Ayah dan Ibu kamu. Keduanya menerima saya, walau sepertinya Ayah saya belum menghadap Ayah kamu untuk bicara lagi."

"Kutebak, Ayah Kak Stella bersama Sadewa." Kali ini ada suara dari Hongjoong.

Stella tersenyum miris mendengarnya. "Tapi kamu harus tau sesuatu, Hongjoong."

"Tak perlu."

"Rastafara, kalau begitu." Stella mendudukan diri di kursi yang berada di samping kasur tersebut. Stella segera menarik napasnya cukup panjang, sebelum mencoba menyentuh Hongjoong kembali di lengannya. "Ardhanto sudah diatasi Ayah saya. Walau perjanjian yang diminta waktu itu tak disetujui oleh kamu, tapi Ayah saya sudah memihak. Mungkin sekarang masih terlihat bersama Sadewa, tapi Ayah saya benar-benar membereskan Ardhanto lantaran Bagaskara mati dibunuh oleh kamu."

Di sana, Hongjoong perlahan menatapnya.

Stella tahu jawaban apa yang diminta. "Seluruh anggota lingkaran dalam telah tau, kamu yang membunuh Bagaskara. Sekarang di sini urusan saya mengenai agensi—adik kamu masih berada dalam urusan. Seharusnya Hyungwon yang mengurus ini, tapi kamu tau sendiri, saya selalu ingin mengurus kamu."

"The Overload hancur setelah ini?"

"Tak mungkin." Stella menggelengkan kepala cepat, lalu merogoh ponselnya untuk menunjukan sesuatu pada Hongjoong. "Percaya atau tidak, mayoritas Overdose berada di pihak adik kamu. Sebagian, lantaran dia adik kamu, sebagian lagi tahu bahwa pembunuhan itu dilakukan untuk upaya membela diri, lantaran akan diperkosa."

Hongjoong langsung membeku, dan membiarkan Stella menyodorkan ponselnya sampai diterima—untuk menunjukannya sesuatu.

"Justru adik kamu menyelamatkan kamu." Stella berucap, dan menarik napasnya lagi—tak sabar. "Tak tahu bagaimana jadinya jika orang-orang tahu bahwa kamu pembunuh sebenarnya."

Segera, Hongjoong agak membentak. "Tetap itu pembelaan diri?"

"Iya." Stella mencoba menenangkannya, dengan menyentuh telapak tangannya, yang menolak. Namun Stella mencoba kembali. "Hanya saja, masalah Seonghwa dahulu akan terbongkar. Antara kamu siap Seonghwa diekspos media, atau kamu siap karena enam orang pelaku lainnya adalah bagian dari lingkaran dalam. Jadi, ini yang terbaik."

Barulah, Hongjoong benar-benar diam.

Stella mulai menggenggam satu tangan Hongjoong yang sudah tak melawan, selagi tangan lainnya mencoba mengarahkan pada layar, menunjukkan yang sudah dirinya kumpulkan. "Pelan, Hongjoong. Saya sudah terbiasa dengan lingkaran dalam memainkan peran. Tetapi kamu harus bersyukur, pengaruh kamu, terlebih dari konser tentang mengedepankan perempuan dan menolak patriarki, telah membangkitkan banyak orang. Banyak aktivis yang senang dengan bentuk perlawanan kamu."

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang