11. Seperti Kisah

17 2 0
                                    


Now Playing _Seperti Kisah by Rizky Febian

***

08.45 Ruang kelas D1, mata kuliah Neuroscience.

"Jadi hubungan antara anak yang nakal itu karena dia butuh yang namanya kasih sayang. Kita tentu sering melihat ya kejadian anak kecil atau bahkan anak yang sudah besar pun buat onar di sekolah hanya agar bisa lebih diperhatikan sama orang tuanya?"

"Iya, Prof. Pernah." Beberapa mahasiswa menjawab kompak. Termasuk Karina, lain dengan Helma yang malah bergantian melihat ke arah Prof Ari yang tengah menjelaskan dan Karina yang fokus pada penjelasan dosen di depan.

"Nah, itu lah nalar seorang anak. Kalau bahasa kalian butuh kasih sayang itu caper. Jadi, kadang nakal itu bukan karena anak tersebut buruk, tapi hanya butuh kasih sayang lebih. Ini nasehat juga untuk kalian para calon orang tua ya. Catat."

"Siapp, Prof!" 

"Tuh, Kar, dengerin," bisik Hema di depan telinga Karina sambil mencondongkan tubuhnya ke samping kanan. Karina menautkan alis menengok laki-laki di samping kirinya nyalang sambil menjauh ke kanan.

Ngomong-ngomong dia sudah berbisik untuk sekian kalinya. Helma mulai aneh lagi. Dua hari semenjak kejadian Karina minta maaf sewaktu Helma marah malah menjadi begini.

Bukan 'menjadi begini', lebih tepatnya 'kembali begini'.

Helma jadi berisik.

"Napa, Kar?" Seno yang tersenggol bahunya bertanya. Karina menoleh lalu menggeleng.

"Nggak keliatan dari tempat duduk lo? Mau geser deketan gue?"

Ide bagus! Dia bisa menjauh dari Helma yang kembali cerewet itu. 

Karina langsung mengangguk. "Oh, iyaa, boleh-boleh. Makasih, No."

Gadis itu sudah bertukar tempat duduk dengan Seno. Syukurlah, sekarang damai.

"Win, dari bangku lo keliatan ngga?" Tiba-tiba Helma bersuara.

"Engga terlalu, Ma. Why?"

"Mau tukeran tempat duduk? Di sini keliatan jelas."

HAH??

Karina langsung melotot ke Helma. Ini anak apa-apaan, sih? Dia sudah pindah ke samping Seno agar tak jadi satu sama makhluk itu, eh malah Helma mau ke tempat duduk Wina?? Ya, mereka jadi jejeran lagi dong?!

"Lo mending sini aja, Win. Nih, jelas juga di bangkunya si Seno. Biar gue situ." Karina buru-buru menawari.

"Bukannya ga keliatan di bangkunya Wina? Lo pindah mau liat layar biar keliatan apa gimana, sih, Kar?" Seno membuat Karina membisu, tampangnya pasti cengo sekarang. Ah, gara-gara si Helma! Dia jadi konyol begini.

"Nggak. Males jejeran sama Helma."

Jujur lebih baik kan?

Seno langsung menoleh ke laki-laki di samping kirinya. "Lo ngapain dia, Ma?"

Sukurinn! Karina melihat Seno yang sepertinya akan marah ke Helma. Hahaaa, ada untungnya juga punya teman laki-laki macam Seno.

"Nggak ngapa-ngapain. Cuma nanya dikit, terus gitu anaknya."

Seno berdecak tiba-tiba. Melihat Karina di samping kanannya. "Lo ngga usah pelit lah ditanya ilmu sama si Helma, Kar. Katanya mau akur, lo gitu terus gimana si Helma mau akur anjir."

"Hah??"

"Win, lo pindah sini, Helma pindah lo Ma ke sana."

Karina melihat Seno dengan tampang cengo, khas orang setelah kemalingan karena habis dihipnotis. Ini kenapa jadi dia yang disalahkan sih? Yang usil kan si Helma?? Seno juga kenapa bela si Helma??

Before WE Graduated || College seriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang