Nana: How It All Started

2 0 0
                                    

Bola disko berputar diatas kepala, menyinari semua yang sedang berdansa di lantai dansa. Lagu upbeat-pun mengiringi para murid yang sedang berdansa dengan bahagia. Tetapi hanya aku saja...hanya aku saja yang tidak berdansa.

Aku melihat ke arah jarum jam. Waktu menunjukkan jam pukul 8. Shoji, pacarku yang seharusnya ada disini setengah jam yang lalu, masih belum ada disini. Padahal, dia sudah janji padaku dari kapan tau untuk melakukan dansa pertama bersamaku. Ditambah, ini adalah dansa untuk penanda libur musim panas kita!

"Na! Lu kenapa disini sendiri, aja? Mana si Shoji?"

Aku menoleh ke arah sumber suara. Ternyata itu adalah temanku, Jemi.

"Iya, dia telat, nih! Emang gak jelas itu orang," jawabku dengan nada kesal.

Jemi pun tertawa mendengar responku. "Udahlah, lu ikut kita aja. Sambil nunggu dia, kita have fun dulu!" saut Jemi sambil menarik tanganku.

Aku pun dengan pasrah mengikuti dia. Dia pun membawaku ke tengah-tengah lantai dansa. Aku bisa melihat pacarnya Jemi, Kio dengan seorang laki-laki lain yang sepertinya temannya Kio. Akupun dengan malas mengikuti alunan lagu mencoba untuk melupakan kekesalanku kepada Shoji.

Tepukan di bahuku pun membuat ku menoleh. "Eh, Na. Gue ke tempat lain dulu ya sama si Kio,"

"Eh! Nggak bisa gitu dong. Gue gak mau sendiri," kataku dengan nada ketus. "Ah, udah dewasa juga! Lagian lu bakal ditemenin sama si Kiki," ucap Jemi sambil menunjuk ke arah laki-laki yang aku baru saja tau namanya. Aku dengan pasrah pun mengiyakan. Jemi pun meninggalkan kami berdua setelah bilang terima kasih dengan muka paling bahagia sedunia.

"Jadi...nama lo siapa?" Tanya Kiki.

"Gue Nana," jawabku.

"Kok, lo sendiri aja? Nggak ada pacar ya?" tanyanya dengan nada mengejek. Aku yang mendengar pertanyaannya dengan refleks memutar bola mataku.

"Idih! Gue punya kali, cuman dia telat doang. Emang gue kek lu? Diliat-liat lu keknya yang gak punya pacar," jawabku.

Kiki pun tertawa kecil mendengar jawabanku. "Yeee, ganteng-ganteng gini mah pasti punya pacar. Cuman, pacar gue lagi ke luar kota. Makanya gue sendiri gini,"

"Keknya cewek lu selingkuh, deh. Soalnya kalau gue jadi cewek lu, gue bakal selingkuhi orang songong kek lu!" ucapku.

Kami pun tertawa dengan percakapan kami yang konyol ini.

"Yaudah, deh. Daripada ngomong gak jelas gini mending kita have fun aja. Sambil nungguin pacar lu itu," ucapnya dengan menyeringai. Mendengar ucapannya, aku berpose seperti orang yang sedang berpikir.

"Hm...Baiklah," jawabku.

Kami pun berdansa dengan bahagia, mengikuti alunan lagu. Aku bisa melihat sekelilingku memasang wajah bahagia seperti ini adalah hari terbahagia bagi mereka. Tiba-tiba ketika aku sedang menikmati waktuku, sekilas aku melihat sosok yang kukenal.

"Shoji?" tanyaku dalam hati.

Sosok itu pun langsung melihat dari hadapanku. Aku bergegas untuk mengikuti sosok tersebut. Tetapi... aku tidak menemui sosok yang kukira Shoji itu. Aku pun menghela nafas dan memutar balik badanku.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 9...dan Shoji masih belum ada disini.

                                                                                           —

Sudah dua bulan aku tidak bertemu dengan Shoji.

Aku mencoba untuk menghubungi dia, tetapi dia selalu ngerespon dengan singkat. Bahkan, sering kali juga dia tidak merespon sama sekali. Aku juga mengajak dia untuk ketemuan, tetapi dia selalu menolak.

Aku ingin sekali ketemu dia tetapi keadaan saat ini lumayan ribet. Ayahku yang strict banget tidak memperbolehkanku kemana-mana, kecuali kalau izinnya jelas.

Sebenarnya, apa yang terjadi kepada dia?

Aku berbaring di tempat tidurku sambil memikirkan semua alasan yang bisa menjawab pertanyaan itu.

Apakah dia marah kepadaku? Apakah dia muak dengan keberadaanku? Apakah dia ada masalah di rumah?

Tidak ada yang tau...

Aku hanya bisa berdoa kepada Tuhan agar dia tidak kenapa-napa

                                                                                              __

"Eh, Na. Lo tau nggak rumor yang sedang beredar sekarang?" tanya Jemi dengan nada yang bisa dibilang gugup.

"Kenapa, Jem? Ada gosip apa lagi, sih?" tanyaku dengan tertawa kecil. Sambil menunggu jawabannya, aku menaruh buku-buku ke lokerku.

Perasaanku sekarang sangat gugup dan senang. Setelah ini adalah kelas matematika dan akhirnya aku bisa bertemu dengan pacarku itu, Shoji. Ada banyak yang akan aku tanyakan nanti terhadap dia.

Tidak sadar ternyata Jemi belum menjawab pertanyaanku. "Jadi kenapa, Jem. Kok hesitant gitu, sih?" tanyaku.

"Jadi...gue denger ada rumor si Shoji..."

Tubuhku yang mendengar itu langsung membeku. Tadi aku nggak salah denger kan?

"Hah...Jem, lu boleh ngulang lagi, nggak?"

"Iya...gue denger si Shoji selingkuh sama cewe dari sekolah lain. Katanya sih awal-awal ngeliat mereka selingkuh pas seminggu abis pesta dansa yang sebelum summer break kita, itu," ucapnya dengan nada bersalah.

Nggak...nggak...

Ini tidak mungkin terjadi.

Aku langsung menutup lokerku dan berjalan ke toilet. Aku bisa merasakan tatapan kasihan orang-orang tetapi aku tidak peduli lagi.

Shoji...cowok brengsek itu.

10 Summers AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang