Mereka berempat ditambah si kucing hitam sedang bermalam di sebuah rumah kosong yang sudah lama ditinggalkan pemiliknya sejak kejadian tempo lalu.
Alain menyodok-nyodok api unggun menjaganya tetap menyala terang. Chloe bergulung seperti kucing di samping kakaknya yang sedang membersihkan pedangnya.
Gray baru saja tiba bersama Djin dalam wujud kucing hitam, membawa setumpuk roti serta beberapa botol air mineral yang dibagikan kepada rekannya.
"Terimakasih. Kau dapat darimana?" tanya Nagisa.
"Ada minimarket yang buka di dekat sini," jawab Gray.
"Hah? Bisa-bisanya buka warung dekat sini, padahal nyaris tak ada kehidupan di tempat ini," kata Nagisa keheranan. Keningnya mengerut.
Gray mengangkat bahunya. "Tapi beneran manusia mereka, aku tak mungkin keliru. Meski begitu tadi kulihat ada beberapa anggota ordo di sana, mereka mungkin berpatroli rutin di sini. Dan, tempat ini tak terlalu sepi kok, ada pemukiman tak jauh dari sini, desa kecil, kata penjaga minimarket," ungkapnya.
Nagisa menghela napas panjang. "Sejak pertempuran hebat dulu, banyak tempat ditinggalkan, orang-orang berkumpul di tempat aman dimana anggota kita berada. Sampai kapan krisis ini berakhir?"
"Itulah mengapa kita lakukan perjalanan ini," tukas Gray sambil menggigit rotinya.
"Apa rencanamu?" tanya Nagisa penasaran.
"Aku akan menemui kawanku, kurasa dia tahu bagaimana..." Gray menghentikan pembicaraannya. Dia memberi isyarat pada semuanya untuk diam. Nagisa dan Alain langsung waspada.
Djin memandang menembus ke kegelapan. Sejurus kemudian Tiga orang dengan baju zirah mengilap terkena pantulan api unggun.
"Selamat malam wahai ksatria ordo exorcist, perkenalkan kami dari ksatria templar ingin berbicara dengan Tuan Gray Aldric," kata orang di tengah dengan tampang keras brewok tebal.
***
Helena bersama beberapa iblis kelas bawah menyusuri pinggiran Neraka. Dia diminta Lucifer untuk bertemu Asmodeus, salah satu iblis tingkat tinggi yang mewakili dosa besar, hawa nafsu.
Helena bersimpuh di depan Asmodeus, iblis itu mewujud pada bentuk laki-laki setengah telanjang. Namun melihat Helena di depannya, dia mengambil paras gadis itu, tentu dengan tubuh yang lebih menggoda dibanding aslinya.
Helena berjengit tidak suka ketika melihat tubuhnya sendiri memakai pakaian ketat yang membentuk lekuk tubuhnya.
"Kau cantik, aku akan memakai wujudmu," desis Asmodeus menyeringai.
"Terserah Anda saja," balas Helena bersusah payah menyembunyikan kekesalannya.
"Berdirilah, dan katakan apa yang diminta Lucifer padaku, Helena,"
"Beliau meminta kesediaan Tuan... Tidak, maaf, maksudku Nyonya Asmodeus untuk berdiri di sisi Tuan Lucifer," Helena berusaha memendam rasa jijiknya.
"Kenapa keparat itu ingin bertemu denganku? Apa dia ingin merasakan nikmatnya kemolekan tubuh baruku ini?" goda Asmodeus, kecuali Helena beberapa iblis mulai bergerak tak nyaman.
Helena bergetar ingin melampiaskan kemarahannya.
Asmodeus menyeringai nampak menikmati.
"Ngomong-ngomong gadis cantik, apa kau tak ingin ingatanmu kembali?"
Helena mendongak. Dia terlihat bingung.
"Apa maksud Anda? Kenapa dengan ingatan saya?"
Asmodeus terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Exorcist: Descendant of the King
FantasíaSekuel The Exorcist Holy Grail (Buku 3)