Edeline menghirup udara sejuk di sekitarnya. Sejak tiba beberapa menit yang lalu, gadis itu tak pernah melepaskan pandangannya pada hamparan rumput hijau di hadapannya. Menikmati pemandangan yang begitu indah di tengah hirup pikuk perkotaan.
"Rasanya aku ingin tinggal di sini," gumam gadis itu seraya tersenyum simpul.
"Sama, rasanya sangat menyejukkan di sini. Aku juga sudah bosan berada di mansion." Timpal Alyssa sambil menatap pemandangan di hadapannya.
Edeline yang mendengar itu hanya terkekeh pelan, seraya mengikuti Mr. William yang akan mengantar mereka ke tempat peristirahatan.
"Hal itu tidak sulit bagimu," celetuk Edeline tiba-tiba.
"Sulit?" tanya Alyssa seraya mengangkat satu alisnya.
"Untuk tinggal di sini, mungkin orang tuamu akan dengan mudah menyetujuinya." Jelas Edeline sambil sesekali memotret pemandangan di hadapannya.
"Ya kau benar, tapi kau tahu betul bagaimana protektifnya kedua orang tuaku. Mereka tidak akan mudah menyetujui hal seperti itu." Balas Alyssa yang mendapat anggukan Edeline.
Ya, ia tahu jika si manis Alyssa merupakan putri kesayangan dari keluarga Stolen. Dan hal itu tidaklah mudah mengingat bagaimana keluarga itu memiliki banyak sekali musuh.
Edeline memasukkan kameranya kemudian berjalan menatap sekitar. Netra abu-abunya menatap sekelilingnya dengan senyum merekah. Hingga beberapa saat rombongan mereka sampai di sebuah villa yang tak jauh dari tempatnya.
"Aly!" Edeline memekik ketika Alyssa tiba-tiba menarik lengannya.
Edeline berusaha mengimbangi langkah gadis berambut cokelat itu. Langkah gadis itu begitu cepat, membuat Edeline kewalahan dibuatnya.
"Kita harus cepat-cepat memilih kamar!" pekik Alyssa dengan tangan masih menyeret Edeline.
"C'mon Aly, aku ingin berjalan-Aw!" Edeline memekik ketika kakinya terkatup kursi di sampingannya.
Edeline terdiam sambil merasakan nyeri di ujung kakinya. Sedangkan Alyssa, tidak sadar jika Edeline tengah menahan sakit di kakinya. Di saat gadis itu ingin berjalan kembali, ia hampir terperanjat jika seseorang tidak menahan tubuhnya.
"Thank-" ucapan Edeline tergantung ketika ia mengetahui siapa seseorang yang membantunya. Tubuhnya membeku ditambah saraf-saraf tubuhnya seketika berhenti berfungsi.
"Be careful," bisik orang itu sedikit tajam. Namun entah mengapa membuat dada Edeline berdetak tidak karuan.
Dengan secepat kilat Edeline melepaskan pegangan pria itu pada tubuhnya. Segera gadis itu berlari ke arah kamarnya bersama Alyssa. Sesampainya di kamar, Edeline bersandar pada kusen pintu seraya mengatur napasnya yang tak beraturan. Alyssa yang mengetahui itu menatap Edeline heran.
"Lin, are you okay?" seketika itu Edeline tersadar kemudian menatap Alyssa dengan senyumnya.
"Y-ya, I'm okay." Jawab Edeline, yang berbanding terbalik dengan otaknya. Ia berpikir, bagaimana mungkin pria itu ada di sini. Bukankah pria itu merupakan mahasiswa tingkat akhir?Tidak mungkin ia berada di antara mahasiswa tingkat pertama.
"Aku akan ke kamar mandi," ucap Edeline tanpa mendengar persetujuan Alyssa. Gadis itu menutup pintu dengan cepat seraya memutar memori sehari yang lalu.
Di lain tempat, seorang pria dengan kaos hitam beserta celana jeansnya tengah berbaring sembari menatap langit-langit kamarnya. Diam-diam pria itu menyeringai kecil ketika mengingat kejadian beberapa menit yang lalu. Sial! Ia benar-benar gila ketika mengingat bagaimana wajah panik gadis mungilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEXIO [END] [PROSES PENERBITAN]
RomanceSEQUEL "THE DEVIL WANTS ME" Bisa di baca terpisah [FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] DON'T COPY MY STORY❌️‼️ 17+ Awal dari bencana ini di mulai ketika Edeline harus tinggal satu atap bersama keluarga Stolen, dan lebih parahnya ia harus menetap dengan pria...