Kediaman Nakamoto pagi itu lebih ramai dari biasanya. Halaman belakang rumah yang biasa terlihat papan target dan senjata-senjata disulap menjadi pesta ruang terbuka dengan hiasan yang didominasi hijau dan putih. Kursi-kursi ditata, makanan di hidangkan. Yang kurang hanyalah sang pemilik acara sendiri, Jung Sungchan yang masih berdandan di dalam rumah.
Sedangkan Nakamoto Yuta dan Nakamoto Win sudah berdiri tegak, menyambut tamunya yang tak lain adalah keluarga kerajaan.
Di lain tempat, sepasang mate tampak saling tatap, lalu setelah tertawa bersamaan.
"Haruskah kita pakai turtle neck aja?" Shotaro memperhatikan refleksinya di cermin, tepatnya ke tanda kemerahan di lehernya. Memang hanya ada tiga, tapi tetap saja rasanya memalukan jika dilihat orang lain.
Sungchan mengangkat bahunya, memilih membuka koper yang baru diantarkan salah satu pekerja Nakamoto. Alpha muda itu melihat stempel kerajaan miliknya, jubah kebangsawanan dengan lambang elang, dan sebuah amplop yang berisikan surat resmi status sosialnya sebagai Pangeran Pertama kerajaan Phoenix. Dia memiliki benda ini di umurnya yang keduabelas, kata kakaknya untuk berjaga-jaga semisal terjadi pemberontakan, dirinya bisa menggantikan sang kakak dan merebut kembali istana nantinya. Sejujurnya alpha muda itu tak terlalu menginginkannya. Meskipun ada rasa kesal di hati sebab harus tumbuh jauh dari keluarganya, namun ia tak tertarik sama sekali dengan tahta istana. Melihat kakaknya mengerjakan tugas putra mahkota saja membuatnya pusing, apalagi jika menjalaninya langsung. Sungchan tak yakin ia akan sanggup.
Tepukan di bahu menyadarkan Sungchan. Dilihatnya sang omega yang juga menatap ke isi kopernya yang terbuka. Sungchan langsung menutupnya, lalu meminta salah seorang pekerja membawakannya ke halaman belakang.
"Aku harap kau tak harus mengikuti latihan militer, Alpha," ujar Shotaro, mengutarakan ketakutannya.
Latihan militer adalah kenangan buruk yang tak akan pernah Shotaro lupakan sepanjang hidupnya. Ketika ia menghadapi seorang rogue atau serigala liar hanya berdua dengan Huang Renjun. Ia masih ingat jelas rupa rogue itu, taring besar, cakar tajam yang sempat mengenainya. Karna itulah Shotaro memiliki siklus heat yang telat dari omega pada umumnya. Sebab tubuh kecilnya terpental berkali-kali pada saat itu, ia punya masalah dengan organ reproduksinya yang membuat heatnya datang lebih lambat.
Hidup hingga saat ini setelah kejadian hari itu adalah berkah bagi Shotaro.
Dan Shotaro tak ingin Sungchan harus melalui hal yang sama dengannya. Ia tak mau Sungchan terluka. Ia tak mau Sungchan mati.
Sungchan mengangguk pelan, mengamini dalam hati meskipun ia tak tahu apa-apa tentang latihan militer yang selalu Shotaro bicarakan.
"Tuan Kecil, Pangeran Pertama, kalian sudah ditunggu." Seruan salah satu pengawal menyadarkan keduanya.
Sepasang mate itu berjalan keluar dari kamar menuju halaman belakang. Begitu sampai, Shotaro langsung duduk di kursi di samping ayah-alphanya. Sedangkan Sungchan menghadap ke Kaisar Jung yang duduk di depan sana. Ia tersenyum kecil menatap wajah kedua orangtuanya yang baru dilihatnya setelah dua puluh tahun. Diliriknya sang kakak yang duduk di kursi samping bersama matenya.
Sungchan berlutut dengan satu kaki, menunggu komando sang Kaisar.
Jaehyun menatap putra keduanya dengan pandangan tak terbaca. Diarahkannya ujung pedang perak ke pundak Sungchan sambil berujar, "Dengan ini, aku, Kaisar Phoenix, menyatakan bahwa Jung Sungchan, Pangeran Pertama Phoenix, telah melepaskan statusnya sebagai keluarga kerajaan menjadi kalangan biasa. Sungchan tak berhak lagi menggunakan marga kerajaan dan tak wajib menjalankan tugas kerajaan sebagai mana mestinya. Oleh karena itu, stempel kerajaan dan surat pernyataan pengangkatannya sebagai Pangeran Pertama resmi ditarik kembali."
Jaehyun kembali menarik pedangnya, memasukkannya lagi ke dalam sarung, lalu mengintruksikan Sungchan untuk kembali berdiri.
Luna Taeyong langsung menghampiri anak bungsunya, anak yang terpisah darinya sejak bayi, anak yang baru ia temui sekarang. Matanya berkaca-kaca, diarahkan tangannya menangkup pipi Sungchan, mengusap wajah tampan itu. Sedikitnya ada kelegaan mengetahui Sungchan akan berakhir menjadi bagian Nakamoto. Sungchannya akan aman, anaknya akan selamat.
"Maafkan ayah, ya?"
Sungchan menggeleng, mengusap tangan ayah-omeganya dengan lembut. "Ayah Taeyong cantik, Sungchan baru tau," lirihnya.
"Anak ayah juga tampan. Jaga Shotaro baik-baik, ya? Jadi alpha yang bisa omegamu andalkan, mengerti?"
"Ya, Ayah."
"Tuan Nakamoto, silakan," seru Jaehyun, mempersilahkan Yuta untuk melanjutkan sisanya.
Winwin menghampiri Sungchan, menuntunnya hingga berhadapan dengan Shotaro. Tangan keduanya diletakkan di atas meja. Seutas benang merah Winwin keluarkan, mengikatkannya salah satu ujungnya ke jari kelingking Sungchan. Sementara Yuta mengikatkannya ujung lainnya ke jari kelingking Shotaro.
"Sungchan-ie mungkin akan lebih repot daripada aku ketika menjadi wakil nanti. Tapi aku mohon satu hal, jangan pernah meninggalkan Shotaro, ya, Nak? Shotaro anak yang penurut, Ayah juga dengar dari Alpha kalau Sungchan anak yang penurut juga. Aku harap segala marabahaya menjauh dan keberkahan menghampiri kalian terus-menerus."
"Terimakasih, Omega."
"Kalau Shotaro pre-heat, dia akan banyak makan makanan ringan daripada makanan berat. Wanginya akan lebih harum. Saat itu Sungchan harus mulai membuat nest, ya?"
Sungchan mengangguk, mendengarkan setiap nasihat yang keluar dari mulut Winwin tanpa membantah atau menyela.
"Tolong perhatikan Shotaro lebih baik lagi, ya? Dari kecil ia tumbuh tanpa saudara dan jarang menunjukkan emosinya. Aku harap dia bisa terbuka dengan alphanya sendiri."
Sementara Yuta mengikatkan ujung lainnya ke kelingking Shotaro. "Kurangilah menembak orang lain hanya karena kamu kesal, Shotaro. Sungchan tak akan bisa menyembunyikan mayat sebaik aku," ujar Yuta, melirik putra tunggalnya yang tersenyum manis.
"Aku tak janji."
Yuta menghela nafas, digenggamnya tangan sang anak setelah selesai mengikatkan benang merah itu.
"Mulai sekarang kau akan menghadiri pertemuan tanpa kehadiran ayah. Aku mohon, jangan membuat keributan," nasihat Yuta.
"Kalo dia menjelekkan Omega Win, apa aku harus diam aja?"
"Tembak ia di kepala, biar ayah urus sisanya."
Winwin melirik sinis Yuta ketika mendengar kalimat yang keluar dari bibir alphanya itu. Sedangkan Shotaro tersenyum lembut mendengar jawaban memuaskan dari ayahnya. Semoga. Semoga Sungchan mencintainya seperti Yuta mencintai Winwin.
Sepasang orangtua itu berdiri dengan ekspresi berbeda. Yuta terlihat sangat lega sementara Winwin seperti ingin menangis.
"Ini tak seperti Shotaro akan pergi dari rumah kita, Omega," ujar Yuta, jenaka, yang dihadiahi sikutan oleh omeganya.
"Kalau begitu, dua hari lagi kita akan menggelar perjamuan keluarga," ujar Jaehyun.
Yuta mengangguk pelan. "Kita akan membicarakan semuanya di sana," tambahnya.
—TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
MATE
ФанфикSemuanya akan sulit diterima jika menganggapnya kebetulan belaka. Tapi akan lebih mudah menerimanya jika dianggap sebagai alur yang telah ditakdirkan semesta. "Aku minta maaf karena menghabiskan banyak waktu untuk layak menjadi mate Shotaro." "Deng...