Waktu berputar begitu cepat, ini adalah malam ketiga dimana Jongin dan Sehun tinggal bersama.
"Jongin? Apa yang kau lakukan?" Sehun tengah berdiri di ambang pintu kamar Jongin. Pemuda itu terlihat sibuk mencari sesuatu di atas tempat tidur.
"Earphone!" Teriak Jongin tampak tak tertarik untuk menoleh ke arah Sehun.
Sehun menghela nafas panjangnya, ia melangkah masuk tanpa permisi. Saat ia sudah berdiri disamping ranjang, "Nanti beli lagi." Ujarnya.
"Ya!!! Itu adalah gaji terakhirku!!" Jongin sudah berkacak pinggang tak jauh dari Sehun.
"Jika kau sangat menyukainya, kenapa tidak disimpan dengan baik?"
"Aku sudah menyimpannya dengan baik, aku selalu meletakkannya di meja dekat tempat tidur, dan juga aku selalu meletakkan itu didalam pouch berwarna hitam. Tapi, sekarang aku tidak menemukannya bersamaan dengan pouch itu"
"Itu artinya kau tidak menyimpannya dengan baik!"
"Yak! Oh Sehun! Kau benar-benar ya! Daripada mengajakku berdebat, kenapa tidak bantu cari saja?"
Jongin mengerang kesal, "Beli? Kau pikir mudah apa untuk aku mendapatkan uang? Itu adalah gaji terakhir ku..." Jongin merendah di akhir kalimat membuat Sehun tersenyum.
"Dimana terakhir memakainya seingatmu?" Pertanyaan Sehun pun membuat Jongin mengalihkan pandangan pada lelaki itu, ia terlihat mengerutkan kening mendengar peetanyaan tersebut.
"Dimana? Terakhir memakainya?" Jongin berkedip dengan wajah polos, membuat Sehun ingin sekali memukul kepalanya.
"Oh ayolah Jongin! Jika kau tidak bisa mengingat terakhir menggunakannya, bagaimana kita bisa memperkecil area untuk mencarinya?"
"Ah! Kau semakin membuatku-- auw! Tunggu! Di mobilmu!" Jongin tetiba mengingatnya, ia terakhir menggunakan earphone itu di dalam mobil saat perjalanan pulang dari kantor bersama Sehun. Ia sedikit risih karena Sehun terus melakukan panggilan dengan beberapa bahasa yang berbeda. Jadi, dengan sedikit terpaksa, ia memilih memasang earphone di kedua telinganya sembari memutar lagu milik grup kesukaannya.
Sehun menahan Jongin saat akan meninggalkan kamar, "Mau kemana?"
"Tentu saja ke garasi."
Sehun menggelengkan kepala, "Biar Choi yang ambilkan, tunggu saja disini."
Jongin mendekati Sehun dengan cepat, memegang kedua bahu lelaki yang sedikit lebih tinggi darinya itu, "Oh ayolah, biarkan aku ambil sendiri, yaaa?? Ya?? Ya???" Jongin yang memasang wajah manja, membuat Sehun terkesiap sembari mengedipkan kedua matanya. Memproses apa yang tengah ia lihat.
"Hmmm...." Sehun menganggukkan kepala dengan kaku. Sejenak ia sempat merasa gugup.
Melihat jawaban Sehun, Jongin segera melepaskan bahu lelaki itu dan berjalan segera meninggalkan kamar.
Sehun sendiri masih cukup terkejut, "Dia itu benar-benar seperti anak-anak. Sangat manja." Ia menggelengkan kepalanya, "Bisa - bisa aku seperti seorang ayah yang membesarkan anak sendirian jika bertunangan dengannya." Lanjutnya entah pada siapa.
Jongin yang berhasil menemukannya pun tersenyum puas. Terlebih saat ia mengeluarkan selembar foto berukuran kecil yang berada di dalam pouch hitam itu, bersama dengan earphone miliknya.
Sehun yang sudah berdiri tak jauh dari Jongin itu pun menyadari perubahan wajah pemuda berparas manis tersebut. "Apa yang membuatmu tersenyum?"
Jongin mendongak, mendapati jika Sehun cukup dekat dengannya. Ia tersenyum, menyodorkan selembar kertas berbentuk persegi itu kepada lelaki di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HARAPAN (SeKai) (END)
Fanfiction"Aku tak harus memilikimu untuk mencintaimu." "Aku tak harus mencintai mu untuk memilikimu."