Part VII

1.5K 134 2
                                    

Sudah ke sepuluh kalinya Anne naik turun tangga untuk mencari sesuatu, Yaa Calum menghitungnya, entah apa yang dicarinya, tapi pasti Anne akan mengatakan "Itu masih baru Cal/ Itu sangat berharga/ Aku baru membelinya" dan lain sebagainya Calum sangat hapal dengan kecerobohan Anne yang selalu menghilangkan barang-barang.

"Anne kau menghalangi pandanganku" Calum sudah kehabisan kesabaran, untuk kesekian kalinya juga Anne mondar-mandir didepan tv dan tentu saja Calum kesal.

Anne menatapnya sebentar namun tangannya masih asik mengobrak-abrik laci.

"Kau melihat pita rambut warna pink yang baru kubeli Cal?"

"Sudah berapa pita yg kau hilangkan Anne? Selalu seperti itu, kau tak pernah menjaga barang yang penting dengan baik, dan untuk apa kau tanyakan itu padaku? Aku tak akan pernah menyentuhnya, kau tahu itu!!" Calum segera beranjak pergi kekamarnya mood untuk menonton tv sudah hilang bersamaan dengan teringatnya acara makan malam yang batal membuatnya semakin kesal membaringkan tubuhnya diranjang dengan raut wajah sedih.

Anne hanya termenung menatap kakaknya, saat itu Anne hendak bersiap-siap pergi keperlombaannya, Ia memakai drees pink dengan flat shoes putih rambutnya hanya Ia gerai dengan dihiasi mahkota kecil (seharusnya yang ada dikepalanya pita pink yang hilang itu).

Anne mengetuk pintu perlahan memanggil kakaknya yang mengunci diri dalam kamar.

"Hey, aku tak bermaksud menuduhmu memakainya, aku hanya memastikan jika kau memang tak benar melihatnya"

"Pergilah Anne, aku tak akan menemanimu, aku kurang enak badan sekarang" Calum teriak berharap Anne tak mengganggunya lagi.

"Bisa aku masuk sekarang?"Anne ternyata masih disana.

"Yaahh"Calum terpaksa membiarkan Anne masuk dengan masih berbaring membelakangi pintu.

"Kenapa kau belum bersiap Cal? Ayah dan Ibu sudah siap dari tadi"Anne duduk dipinggir tempat tidur memanggil Calum yang berpura-pura tidur.

"Anne, sudah kubilang padamu dengan sangat jelas, aku tak akan ikut" Calum kesal Anne terus saja menarik selimutnya.

"Kau labil Cal, Ayah sudah setuju mengantarmu sekarang kau yang tak ingin pergi, benarkah kau tak jadi kerumah Christine?"Anne tersenyum menatap Calum yang tadinya memasang wajah kesal berganti dengan tatapan yang menurut Anne sangat menjijikan.

"Kau serius?" Calum masih tak bergerak dari tempatnya Anne hanya mengangguk cepat.

"Bukankah Ayah akan pergi keacaramu?" Calum menatap Anne polos dengan mata berbinar-binar.

"Aku membujuknya Cal, sudahlah aku akan pergi bersama Luke, Ia bersedia mengantarku"Anne mengacak-acak rambut Calum seperti anak kecil.

"Hey, hanya sekarang kau bisa melakukan itu Anne"Calum tertawa membenarkan letak rambut yang telah diacak-acak oleh Anne.
Anne hanya tertawa mendengarnya segera beranjak keluar kamar.

"Thanks Anne, jika Luke macam-macam denganmu beritahu aku" Calum teriak sebelum Anne benar-benar keluar.

Kenapa Anne mau mengalah demi Calum? Padahal dalam hatinya Ia merasa sakit

"Ayah, sepertinya aku harus berangkat sekarang, guruku sudah menunggu disana" Anne menghampiri Ayahnya yang masih duduk diruang tamu.
"Seharusnya kau yang pantas menjadi kakak Anne"Ayah tersenyum menatap Anne.
"Ayah, kumohon jangan berkata seperti itu, Calum tak akan suka jika mendengarnya, Ia selalu menganggapku anak kecil"Anne berbisik memohon. Ayahnya hanya tertawa.

"Kau memang anak kecil Ayah yang baik"Ayah segera mengantar Anne dengan Luke sampai depan rumah.
****

Malam ini Calum sangat senang Ayah dan Ibu sangat akrab dengan keluarga Christine namun terbesit kekecewaan, Ayah belum bisa mengijinkan Calum dan Christine melangsungkan pertunangan. Ayah ingin Calum dengan Christine menjalani hubungan tanpa adanya keterikatan apa-apa.

Sementara Anne, Ia berdiri ditengah panggung, Ia merasakan jantungnya berdegup kencang, senyumnya tak pernah terlepas dari bibir manisnya.
Anne menang dalam lombanya, Anne memang sangat mahir dalam menarikan jari-jarinya diantara tuts-tuts piano.
Tepuk tangan penonton mengantar Anne kebelakang panggung, alangkah lebih bahagianya jika ada keluarga yang memeluknya untuk mengucapkan selamat seperti teman dan gurunya saat ini. Anne melihat Luke yang sudah menyambutnya, Ia segera memeluk dengan erat membuat Luke hampir kehabisan nafas.
"Anne, you win, congratulation" Luke baru bisa berbicara setelah Anne berhenti memeluknya.
"Thanks, oh ya aku harus memberitahu Ayah dan Ibu"Anne dengan semangatnya mengambil ponsel dari dalam tas.
"Alangkah lebih bahagianya jika kau memberitahu mereka secara langsung dan memeluk mereka seperti kau memelukku tadi" Luke menggoda Anne, Ia tertunduk jelas terlihat rona merah dipipinya.
"I'm sorry Luke"Anne tersenyum dikulum mengikuti Luke untuk pulang.
"It's OK aku suka" Luke lagi-lagi membuat Anne tertunduk.
Anne pulang sekitar pukul 11.12 malam.
"Mau mampir, sekedar minum teh"Anne menatap Luke yang juga menatapnya.
"Mungkin lain kali, aku tak ingin Mom khawatir, aku belum meminta izin"Luke menggeleng padahal dalam hatinya Ia sangat ingin.

"Baiklah, aku tunggu, thanks for tonight Luke"Anne tersenyum, senyum yang selalu Luke sukai.

Maaf guys baru update, untuk sekarang aku sibuk banget, tapi tenang diusahain buat lanjut kok.
Thanks for reading

Vote sesudah baca.

Proses pengeditan, banyak salah kata dan ucapan,

You are My Brother √ Calum Hood [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang