Octagon 3 - 15 : Tak Sebanding

279 36 54
                                    

Pintu itu dibukanya dengan berat hati, pun penuh rasa sesak, di dalam dirinya. Walau sebenarnya, tak bisa bohong, San sudah merasakannya sejak tadi. Sepanjang perjalanan.

Jadi laju napasnya yang memberat, dadanya yang terasa terbakar, pun perih menyengat di matanya, dapat sedikit teratasi usai San menutup pintu tersebut dan membuatnya tenggelam dalam kegelapan.

Hanya saja, ini menenangkan.

San kembali pulang.

Dengan langkah lemahnya, San berjalan perlahan, juga berhati-hati untuk sampai di ruang keluarga, tempat biasanya ia dan kedua orang tuanya berkumpul bersama. San menaruh kunci mobilnya di atas meja, sebelum mengusap permukaan sofa dan kemudian mendudukkan dirinya di sana.

Dingin.

Tak hangat lagi.

San tak tahu bagaimana, tetapi San mulai membaringkan tubuhnya, di sepanjang sofa memanjang tersebut. Dengan cara meringkuk, untuk menekan sakitnya.

Tak ingin menangis—mana mungkin San pulang untuk membuat orang tuanya melihat dirinya menangis, bukan?

Jadi San hanya meringkuk, dalam diam, dan mulai memejamkan matanya. Toh, kedatangannya kemari, memang untuk tidur. Sehingga yang San perlu lakukan, hanyalah memejamkan matanya.

Tapi panas itu menyiksa.

Rasanya, merembes di sudut matanya, dan akhirnya lolos juga. San langsung memeluk kepalanya sendiri, yang membuat dagunya menempel pada dadanya. Agar tak terasa, agar tak terdengar.

Tapi panas dan dingin bersatu.

Dari matanya, semakin leleh, cairan beningnya. Sedangkan dari dalam dirinya, terasa semakin dingin, menyadari kesendiriannya.

San benar-benar sendirian.

Tak ada siapapun.

Tak ada yang menemaninya.

Kesendirian ini sangat menyiksa, saat benar adanya. Karena memang... setelah semua ini berakhir, siapa yang San miliki?

Wooyoung?

Juyeon?

Yang lainnya...?

Bahkan Hongjoong yang pernah menyelamatkannya, berulang kali, hanya membuatnya merasa semakin tak diinginkan.

San berjanji pada seseorang untuk menjaga Hongjoong tapi...

...adakah yang menjaga San?

Tak perlu untuk keselamatan.

Hanya perlu... menjaganya dari beban kesendirian ini. Bisakah...?

San rindu tertawa... bersama ketujuh temannya, yang selalu bersama. Bahkan di satu hari itu... satu hari di saat Jongho diperkenalkan pada mereka... bukankah itu titik di mana... mereka meyakinkan diri untuk tinggal bersama... bukan?

.

.

.

Ketukan berulang itu akhirnya diterima oleh Hongjoong, yang mendapati Jongho yang melakukannya. Pada akhirnya, Jongho berhasil membuat pintunya terbuka, agar bisa bicara.

Beruntung saja, Hongjoong mempersilahkannya masuk, ke dalam kamar, di mana laki-laki itu tengah membereskan barang-barangnya sendiri. Juga, milik Seonghwa yang tersisa.

Jongho menutup pintu, memperhatikan di tengah malam itu, sebelum langsung menyampaikan maksudnya.

"Semua orang tau, lo lakuin segalanya buat Kak Seonghwa. Tapi lo sadar gak, Kak, lo udah nyakitin banyak orang karena... ini?"

✔️ OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang