Minggu pagi ini, Gumi nampak sangat bersemangat. Wajahnya yang selalu tersenyum ceria menandakan tidak ada beban apapun yang kini ia tanggung. Ia sudah ikhlas dan mencoba melupakan dan merelakan semuanya. Semuanya tentang Jeffery dan Papanya. Ia mulai menata kembali hidupnya.
Sekarang ini ia akan fokus ke adik-adiknya dan juga pendidikannya. Gumi akan masuk kerja nanti siang. Pagi ini ai free Karena itu ia akan pergi jalan-jalan sebentar setelah itu langsung pergi kerja. Sedangkan adik-adiknya sekarang lagi main bola dikomplek sebelah. Setelah semua pekerjaan rumah selesai ia bergegas untuk mandi dan bersiap-siap.
***
Akhirnya Gumi sampai juga di lapangan komplek. Ia berencana berkeliling dahulu siapa tahu iatertarik dengan salah satu dari berbagai macam stand makanan disini. Ada tukang cimol, cilor maklor, pentol sate bakaran, es cincau, es doger dan masih banyak lagi.Seperti yang Gumi kira, baru melangkah saja ia memutuskan membeli maklor dan cimol ke tukang langganannya. Oh jangan lupakam es ciduk taro favoritnya, nanti ia akan beli.
"Mang masing-masing beli sepuluh ribu ya", ucapnya pada Mang Ucil tukang cimol dan maklor lagganannya.
"Oke Mi", balasnya.
Setelah mendapat semua jajan yang ia mau. Gumi memutuskan untuk meneduh dibawah pohon. Gumi melohat sekelilingnya sambil melahap cimol kesukaannya. Tak lupa ia mengoyang-goyangkam kepala menandakan begitu nikmatnya santapannya kali ini. Cimol yang lembut kenyal dipadukan dengan bumbu bubuk pedas mani dan asin. Ditemani pula dengan rasa manis es ciduk taro yang creamy tapi segar beeuuh, seakan dunia milik sendiri.
Saking menikmatinya sampai Gumi tak sadar, kalau disampingnya ada makhluk halus yang sedang menatap penuh minat pada makanan yang ia bawa.
Si cowok ini lagi sial, niat hati ingin cycling malah ban sepedanya bocor ditengah jalan. Apesnya lagi ia tidak membawa uang, tidak bawa ponsel benar-benar sial. Apalagi jarak rumahnya terbilang cukup jauh dari sini. Beruntung saja ia bertemu si gendut Gumi.
Eh Iya kan? Seingatnya itu namanya, teman sekelasnya waktu dikelas awal SMA. Kebetulan pula kemarin ia juga diamanati seseorang untuk memberikan surat untuk cewek didepannya ini.
"Oy", panggil Edo
Gumi yang sedang asyik menyelam di dunianya sontak berjengit kaget, dan langsung membuka matanya.
"Astaga Ya Tuhaan", ucapnya sambil mengelus dada akibat detak jantungnya yang berdebar. Untung saja ia tidak tersedak. Kalau iya bisa mati dia.
"Hehehe sorry nduut, elo sih merem-merem keenakan banget", Jelas Edo sambil menggaruk-garuk kepalanya tak enak hati.
"Ada apa?", tanya Gumi.
"Tolongin dong ban gue bocor, ga bawa duit, ga bawa hape, rumah masih jauh juga sial banget idupku", ucapnya memelas.
"Oh",
"Oh doang ndut!!!", sentak Edo tak terima dengan respon Gumi.
Gilak, Edo heran kenapa Si Lucas bisa suka sama modelan kek Gumi begini.
Sedang gumi hanya mengedikkan bahu dan melanjutkan me time-nya. Edo yang melihat respon Gumi pun hanya bisa pasrah. Ia ikut-ikutan duduk disamping gumi.Kruk²
Terdengar bunyi-bunyian menggelikan berasal dari perut Edo. Sedang si pemilik hanya bisa menggaruk kepalanya tak gatal sambil melengok kesana kemari. Gumi yang peka pun berdiri kemudian menghampiri stand pentol kuah. Edo yang memperhatikan Gumi kemudian terkejut karena dengan tiba-tiba ia disodorkan sebungkus pentol kuah jumbo.
"Thanks ndut hehehe", ucapnya sungkan. Gumi mengangguk kemudian kembali duduk da makan.
"Oh ya ndut, lu udah tau kalo Lucas pindah?", tanya Edo.
Gumi mengernyitkan dahi. Lucas pindah? Pindah kemana?. Kemarin ia masih bertemu dengannya. Memang sih seharian kemarin Lucas nampak sedikit aneh, ia menjadi lebih diam dari biasanya.
"Pindah kemana? Lagian kemarin masi ketemu kok", balasnya.
"Loh lu nggak tau kalau dia sekeluarga bakalam pindah ke Aussie", jelas Edo.
"Boong lu", tuduhnya pada Edo.
"Suer nduuutt, boong dosa. Gua dititip surat ama dia. Cuma masih nanti sore gua mau kasih ke elu pas lu kerja", ucap edo sambil tangannya membentuk simbol peace.
Oh ya Edo masih bersaudara dengan Pak Ratno pemilik toko Grosir tempat Gumi bekerja. Saudara jauh dari kakeknya. Jadi sesekali ia masih menyempatkan waktu untuk berkunjung. Meskipun kesenjangan keluarga mereka bak bumi dan langit, ia selalu diajarkan rendah hati.
Oh ya bisa dibilang Edo nampaknya satu-satunya orang dalam perkumpulan Jeffery yang 'waras'. Dalam artian tidak pernah membedakan antara si kaya dan si miskin, ia mau berteman dengan siapa saja. Dan juga Gumi cukup sering melihat Edo datang kemudian berbincang dengan Pak Ratno dan istri. Meskipun ia jarang menyapa Edo sih.
"Udaah gausah bingung, positip thinking aja, mungkin ia ga keburu pamitan sama lo", ucap Edo mencoba menenangkan Gumi.
'Bener-bener Si Lucas, goblok bener, untung gua nggak tanya macem-macem, gua tanyain begini aja ni cewek kebingungan kek orang goblok. Coba gua tanya perkara "lu tahu Lucas mau tunangan sama Cassie?" Copot jantung kali yee?' Batin Edo.
"Yaudah deh aku mau pulang duluan ya", pamit Gumi setelah ia terdiam cukup lama.
"Eh nduut, gua gimana?. Tolonginlah", rengek Edo.
"Ih telpon kek apa kek, kalo nggak minta tolong Pak Ratno kan bisa", jawabnya.
"Yaaaa barengan laah, gabawa hape lupak", ucapnya memberengut.
"Ih sebel banget aku tuh ngadepin orang kek kamu, yaudah deh kerumahku aja", usulnya kemudian.
"Okeeee nduut", ucapnya kegirangan bak bocah.
Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi kerumah Gumi. Tak lupa Edo membawa sepedanya. Nampak terlihat Perjalanan keduanya seru dan penuh tawa, bahkan tak jarang Edo melemparkan guyonan yang agak jorok dan berakhir ditampol oleh Gumi.
Dibelakang sana, sekumpulan perempuan sedang bergunjing tentang mereka. Ada yang mengira mereka adalah sepasang kekasih. Ada pula beberapa gadis yang memuji Edo dan Gumi. Betapa beruntungnya cewek gendut itu memiliki seorang kekasih yang tampan dan humoris sepertinya.
***
Setelah sampai dirumah Gumi, Edo merebahkan badannya. Ternyata agak.jauh juga ya dari lapangan. Gumi lamgsung kedapur membuat minum dan mengambil beberapa roti kering untuk disajikan.
Edo yang melihat Gumi membawakan minum bangkit dari acara rebahannya.
"Nih kalau mau telpon", ucap Gumi menyodorkan ponselnya.
Lucas menerima bantuan Gumi, Ia sedikit menyingkir untuk menelpon supir rumahnya. Setelah beberapa saat Ia kembali lagi.
"Nih thanks yaa, oh ya gua nunggu dulu disini nggak papa kan?",
"Oh oke nggak papa sans aja", balasnya.
Seharian itu mereka berbincang banyak mulai dari masalah pelajaran, menggosip guru membahas hobi, rencana masa depan dan yang lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You and I
Teen FictionIni kisahku, Aku Megumi, gadis gendut miskin biasa dengan sejuta harapan. Namun diantara sejuta harapan itu, harapan terbesarku adalah kembalinya Pangeranku. Kecelakaan dimasa lalu membuatnya tak ingat denganku. Bak dikutuk oleh Sang Pencipta, hubun...