Jalan Allah Itu Indah [cerpen]

468 44 221
                                    

Selamat datang di wilayah cerpen
Selamat menikmati kisah Aisyah

"aku menyukai mu, dan sepertinya aku juga mencintaimu," ucap seorang pemuda dengan lantang. Menatap perempuan berhijab yang selama beberapa bulan belakangan ini membuat pemuda itu dilema.

Perempuan itu tersenyum lembut. Tatapan matanya yang teduh menunduk. Tidak berani bersitatap dengan pemuda itu. "Terima kasih telah menyukai dan mencintai saya. Kalau begitu saya pamit dulu." Perempuan itu menunduk pelan. Berjalan menjauh.

"Aisyah!" Panggil Bilal pemuda yang menyatakan perasaannya kepada perempuan bernama Aisyah

Aisyah berhenti namun tidak berbalik

"Berpacaran lah dengan ku," kata Bilal lantang dengan nada rendah.

Aisyah berbalik. Tersenyum tipis. "Kita memiliki tuhan yang berbeda. Dan agamaku melarang bahkan mengharamkan pacaran." Aisyah berkata tegas. Bilal berjalan mendekati Aisyah.

"Kalau begitu menikahlah denganku. Aku bisa pindah agama"

Aisyah menggeleng. "Astaghfirullah, seharusnya pindah agama itu karena lebih mempercayai Tuhan yang lain bukan karena manusia. Cobaan seorang yang berpindah agama itu berat," jelas Aisyah

"Banyak orang yang pindah agama untuk menikah"

"Tapi banyak juga yang bercerai karena tidak sanggup melewati cobaan pernikahan dan cobaan seorang yang pindah agama, dan hal tersebut terjadi karena kurangnya iman terhadap Tuhan. Contoh lah kisah cinta Zainab binti Muhammad bin Abdillah dengan Abul Ash bin Rabi', mereka adalah pasangan pertama yang merasakan cinta beda agama"

Bilal termangu. Perempuan di depannya ini benar-benar seorang istimewa. Tidak menyesal dia mencintai seseorang seperti Aisyah

"Siapa pasangan itu?" Tanya Bilal tertarik

"Putri dari Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam." Aisyah menjawab tegas. Setiap perkataannya selalu tegas tidak menye-menye dan tidak merendahkan lawan bicaranya

"Baik, tunggu dan aku akan masuk Islam karena Tuhan bukan karena hambanya," kata Bilal yakin.

"Semoga Allah SWT memberikan hidayah kepada mu," kata Aisyah tersenyum

***

Malam harinya, di rumah Bilal

Jam menunjukkan pukul 20.03 keluarga Bilal berkumpul di meja makan. Kebiasaan dan peraturan tidak tertulis di rumah Bilal adalah wajib makan bersama saat pagi dan malam. Lima belas menit kemudian. Bilal dan keluarganya selesai makan namun tidak ada yang beranjak dari tempatnya. Mendengarkan cerita sekolah kedua adik Bilal dan mendengarkan keluhan kerja kakak Bilal.

Bilal meneguk habis minumannya. Menatap keluarganya satu persatu. "Ma, Pa, izinkan Bilal pindah agama," ucap Bilal tiba-tiba membuat seisi ruangan yang tadinya berisik menjadi senyap

Papa Bilal tersedak. Mama Bilal melotot sambil memberikan segelas air ke suaminya. Adik dan kakak Bilal heran. Bilal yang sedari tadi hanya diam, tiba-tiba mengatakan hal yang luar biasa aneh.

"Kamu bercanda Bilal?" Tanya mama Bilal.

"Bilal serius ma"

Mama-nya memukul meja. Marah. "Mama tidak setuju. Keluarga kita tidak pernah ada yang pindah agama Bilal. Jangan aneh-aneh," tolak Mama-nya mentah-mentah

"Tapi Bilal selalu merasa risau ma." Bilal tidak berbohong. Sejujurnya sejak SMP dia selalu risau perihal agama dan tuhan. Itu sebabnya pernah Bilal beberapa kali datang ke kuil ataupun tempat ibadah lainnya untuk mencari ketenangan hati tapi tidak pernah membuahkan hasil

Berisi Cerita Pendek Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang