08. Pesan Sarat Makna

134 26 3
                                    

Hai!

Yang ngasih dukungan berupa vote ataupun comment disayang Azura!🖤

Kalian jangan lupa jaga kesehatan entah fisik ataupun mental yaa. Semoga kita semua sehat terus. Aamiin.

 Aamiin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Orang tua yang diharapkan bisa menjadi malaikat tanpa bersayap, terkadang justru malah menjadi monster yang menakutkan. Hal itu lah yang dirasakan oleh Sagara. Baginya, setiap kali bertemu kedua orang tuanya adalah hal yang menyebalkan, terutama Mamanya yang sering bertengkar dengannya. Seperti misalnya sekarang ini. Di ruangan inap itu hanya ada Sagara dan kedua orang tuanya yang tengah menjenguk. Sagara mengalihkan pandangan ke arah lain tanpa mau menatap kedua orang tuanya.

Jam sudah menunjukan pukul 5 sore dan Sagara baru saja bangun setelah sebelumnya tertidur akibat lelah menangis. Hal yang pertama dicari oleh Sagara adalah Azura yang sialnya tidak bisa ditemukan keberadaannya. Sebaliknya kini kedatangan Mamanya membuat suasana hati Sagara memburuk.

"Sagara," panggil seorang wanita paruh baya dengan nada bicara lugas. Gaya pakaiannya terlihat modis dan aura elegan terpancar seolah membuktikan jelas jika dirinya berasal dari kalangan berstrata tinggi.

Tanpa mau menjawab panggilan wanita paruh baya yang akrab disapa Nyonya Yunita Atmawinata itu, Sagara tidak bergeming membuka suara. Bahkan hanya sekedar menatap pun tidak mau.

"Mau sampai kapan kamu hidup seperti ini?! Selalu saja membuat masalah! Melakukan percobaan bunuh diri sampai dua kali itu sangat memalukan! Papa kamu bahkan harus mengenyampingkan pekerjaannya untuk segera memastikan keadaan kamu! Mama juga membatalkan urusan penting Mama! Tolong berhenti membuat masalah yang bisa membuat nama Mama dan Papa kamu ikut tercoreng!" cerocos Ibu Yunita memarahi seraya bersidekap dada.

Tidak ada kata-kata manis yang didapatkan oleh Sagara setelah melewati peristiwa yang tanpa banyak orang tahu itu adalah hal menakutkan untuknya. Seolah dibanding dengan kesehatan mental Sagara, nama baik adalah hal yang paling penting oleh Ibu Yunita.

"Sudah, Ma. Jangan terus mengomeli anaknya seperti itu. Terkadang kita yang harus memahami Sagara dan berhenti untuk menekannya," kata Pak Dewangga bersuara untuk menenangkan istrinya yang tampak sangat marah pada Sagara.

"Berhenti membela Sagara! Anak kita ini sudah keterlaluan! Bukannya membanggakan orang tua, malah membuat masalah terus! Dari kecil hidupnya nyaman dan enak, tapi saat sudah besar menjadi anak kurang ajar!" ketus Ibu Yunita lalu kembali menatap tajam Sagara yang sedari tadi hanya terdiam.

"Kuliah tidak lulus-lulus, suka balapan liar, mabuk-mabukan, dan masih banyak lagi masalah yang kamu lakukan! Jangan lupa juga kalau seminggu lalu kamu baru saja berurusan dengan Polisi karena berkelahi sama orang lain! Itu entah sudah keberapa kalinya kamu membuat masalah besar! Beruntung bisa diselesaikan dan kamu sampai tidak masuk penjara! Coba bayangkan bagaimana jika itu terjadi atau bahkan ada media yang meliput?! Mau taruh di mana muka Papa sama Mama?! Reputasi keluarga Atmawinata bisa rusak hanya karena ulah kamu!"

Trauma ; Luka Negeri FanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang