01.02

310 43 1
                                    

Osamu baru saja saja kembali dari kantin dengan membawa sekantong makanan dan minuman yang dititip oleh teman temannya. Langkahnya terhenti ketika melihat penampakan manusia yang tidak asing baginya.

"Yang waktu itu bukan sih?"

Osamu melirik sekilas kantung plastiknya, mengeluarkan sebotol teh pucuk dan menghampiri segerombolan laki laki yang tengah asik mengobrol.

Obrolan mereka terhenti ketika Osamu datang dan menyodorkan sebuah botol kepada pria bermata sipit.

"Tanda terima kasih gue yang waktu itu"

Pria itu yang awalnya kebingungan akhirnya tersenyum dan menerimanya "thanks"

Osamu hendak pergi dari sana tapi tangan pria itu menahannya "gue suna rintaro, nama Lo?"

"Osamu."

Genggaman tangan terlepas dan Osamu pergi dari sana. 'osamu..  namanya cantik'

"Siapa sun?" Tanya salah satu pria di sana, matanya ikut menatap kepergian Osamu.

"Itu punya gue, ga usah kalian deketin"

_____

Hari Minggu, hari yang paling di nanti nanti semua pelajar di Indonesia termasuk Osamu.

Rencana Osamu hari ini adalah lari pagi. Tidak seperti atsumu yang mengikuti ekskul voli, Osamu sama sekali tidak mengikuti ekskul apa pun di sekolahnya. Untuk menjaga daya tahan tubuhnya Osamu rutin lari pagi ketika libur sekolah.

Kini Osamu sudah siap, headset di pasangkan ke telinga, memutar lagu kesukaannya untuk menambah semangat.

"Atsumu, kenma, gue berangkat ya." salam Osamu walaupun dia tahu tidak akan ada yang menjawab, orang masih pada molor.

Osamu mulai berlari lurus hanya mengikuti jalan raya, supaya memudahkannya untuk pulang nanti.

_____

Osamu menatap sekelilingnya sembari mengatur pernafasan nya. Sekarang sudah pukul 10 pagi dan dia masih berada di tempat yang entah berantah.

"Anjir perasaan tadi gue lurus aja kok tetep kesesat sih?"

Osamu memutuskan beristirahat di bawah pohon besar, mengeluarkan handphonenya untuk menghubungi orang rumah.

"Ah elah pake abis batre."

Naas, nasib baik tidak berpihak kepadanya. Memutar musik berjam-jam menjadi penyebab terkurasnya batrei handphone Osamu yang memang tidak penuh.

Badannya disenderkan ke pohon, mencari posisi nyaman "Ya ampun ini cara gue pulang gimana, masa harus jadi anak terlantar."

Mata abu indahnya terus memperhatikan awan yang bergerak di langit. Lama kelamaan mata indah itu terpejam sendirinya.

_____

Suna membuka gerbang rumahnya dan mengeluarkan motor sebelum kembali menutup gerbang. Saat hendak menggunakan helm netranya tertuju pada satu titik, seorang pria di bawah pohon, dejavu. Kakinya dia bawa menghampiri pria itu dan duduk di sebelahnya, "takdir kali kita, ketemu di bawah pohon Mulu"

Nampaknya kehadiran suna disadari oleh pria itu, dia membuka matanya perlahan dan mendapati suna di hadapannya.

"Suna.." gumamnya.

"Osamu." balas suna.

Osamu melihat sekelilingnya ternyata masih di tempat yang sama, membuat dia mengusap kasar wajahnya.

"Ngapain lu tiduran di sini?" Tanya suna.

"Cape, abis lari malah kesesat."

Mendengar ucapan Osamu suna tersenyum tipis "hobi banget kayanya kesesat?"

"Ya engga lah! " Tukas Osamu dengan wajah marahnya "lu sendiri ngapain di sini?"

"Gue?"

Suna menjuk rumah di belakang yang terbilang cukup besar dan mewah, "itu rumah gue." Osamu menggangguk sebagai jawaban.

Hening. Tidak ada pembicaraan lagi antara keduanya. Osamu yang fokus menatap langit dan suna yang fokus menatap Osamu.

"Cantik juga lu."

Kalimat itu sukses membuat Osamu langsung menatap suna tidak percaya, "ngawur lu" ucap Osamu sembari bangkit dari duduknya.

"Hahaha sorry, ayo gue anter" suna ikut bangkit dan berjalan mengambil motornya.

Osamu masih diam di posisinya, mukanya terasa panas, dia tersipu. Motor suna berhenti di hadapannya. Osamu menatap suna dengan tatapan marah saat suna memasangkan helm kepadanya, "Jan gitu dong mukanya, tambah lucu."

"Diem lu anjir, ngomong ga jelas dari tadi!" Osamu segera menaiki motor suna "buru jalan."

"Siap, sayang."

Motor berhenti tepat di depan kediaman Osamu. Osamu turun dari motor dan melepas helmnya, dia menyodorkan helm itu ke suna dan diterimanya.

"Makasih, udah kedua kalinya Lo nganter gue,"

"Waktu Lo tersesat." lanjut suna. Osamu kembali memasang wajah marahnya.

"Udah Jan ngembek, sini hp Lo simpen nomer gue biar gampang kalo Lo kesesat lagi."

Osamu tidak mau, dia tidak suka memberikan nomer handphonenya ke sembarang orang. Disisi lain dia juga setuju dengan suna, kalau kesesat bisa langsung sat set sat set ,"Abis batre." Untung saja ada alasan.

Suna mengeluarkan handphone dari sakunya dan memberikannya kepada Osamu, "ya udah simpen nomer Lo."

Osamu hanya tersenyum pasrah. Kenapa takdir suka sekali mempermainkannya.

Suna tersenyum menang ketika melihat nomer Osamu sudah tersimpan di kontaknya, artinya dia bisa lebih mudah untuk mendekati Osamu.

"Ya udah, duluan ya. Bye!"







To be continude.

Reckless | sunaosa [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang