Part 12

11.9K 768 3
                                    

"Kita akan mulai dengan pose bebas. Aku jadi pelanggan dan kamu melayani. Anggap aja latihan. Kamu masih ingat apa yang harus diperhatikan kan?" Tanya Bian.

Aku mengangguk. Bian sudah menjelaskan kemarin ketika memberikan penataran masalah penampilan. Meskipun aku tahu kalau tidak mungkin mempelajari itu dalam sekejap, aku tetap berusaha mengingatnya.

"Berjalan tegap tapi santai. Selalu tersenyum dan bicara sopan ketika melayani. Ulangi tiap kali pelanggan meminta sesuatu untuk memastikan kalau kita benar paham. Selalu membawa tablet untuk mencatat..." jelasku satu per satu dengan mendetail. Perlu waktu beberapa menit untuk menjelaskan semuanya.

"Kamu sebenarnya ngga perlu menghafal segalanya." Kata Bian yang mulai menguap. Dia kelihatannya bosan mendengar penjelasanku padahal semua catatan itu dari dia.

"Tapi kakak bilang aku harus mempelajari semuanya." Kataku protes. Aku sudah berhasil menghafal semuanya tapi dia malah mengatakan kalau itu tidak perlu. Aku sedikit kecewa.

"Aku minta kamu mempelajarinya bukan menghafalnya." Jawab Bian.

"Tapi aku berusaha keras." Keluhku lagi.

"Daftar absurd itu hanya untuk dibaca. Urusan nanti ketika melayani, latihan dan pengalaman akan lebih banyak membantu." Jelas Bian. Kelihatannya Bian tidak serius ketika memberi daftar itu.

Akupun jengkel karena merasa ditipu. Tanpa sadar mukaku merengut.

"Jangan pake muka kayak gitu di depan kamera!" Protes Bian atas ekspresi wajahku. Akupun kembali memasang wajah biasa. Wajah tenang dengan senyum tipis.

"Udah deh, kita coba liat hasil rekamannya." Kata Bian lagi.

"Rekaman?" Tanyaku kaget.

"Iya rekaman. Yang tadi direkam." Sahut Bian santai. Sayangnya aku tidak bisa santai mendengar itu.

"Kok kakak ngga bilang!" Protesku.

"Cuma buat testing kameranya. Kualitasnya bagus apa ngga. Nanti akan dikasi tau kalau bener udah mulai."

"Tapi aku kan ngga mau kelihatan jelek."

"Udah bisa cerewet ya kamu sekarang? Tenang aja. Ngga jelak kok. Ayo liat bareng." Kata Bian sambil mencubit telingaku. Awalnya aku lihat dia mau mencubit pipi tapi tidak jadi. Mungkin karena make up.

Akupun tidak lagi protes dan ikut Bian menuju operator komputer di belakang kamera. Bossku itu duduk di sebelah operator dan menonton layar sementara aku berdiri di belakangnya.

Yang pertama kali ditunjukkan operator itu adalah foto-foto yang ditangkap selama interaksi kami tadi. Ada foto ketika aku berjalan masuk, ketika aku mengobrol dengan Bian tanpa melihat kamera, dan juga ketika aku merengut. Melihat semua itu, aku merasa tidak mengenal siapa yang ada di sana. Allan yang tertangkap kamera terlihat jauh berbeda denganku. Dia terlihat bercahaya dan menyenangkan. Apa ini efek make up?

Setelah itu, kami juga menonton rekaman ketika aku menjelaskan apa saja yang perlu diperhatikan ketika melayani pelanggan. Aku menjelaskan tanpa emosi karena menghafal. Sesekali aku lupa dan mengingat-ingat namun setelah itu lancar lagi. Ketika berkelakar dengan Bian, perbedaan signifikan terlihat. Aku melihat mataku berkilau ketika membalas ucapan bossku itu. Wajahkupun santai dan sedikit ceria. Aku benar-benar seperti orang lain. Apa itu benar aku? Kenapa rasanya sulit dipercaya?

"Lan, aku mau kamu kayak gini nanti." Kata Bian yang memutar ulang rekaman ketika aku memprotesnya.

"Maksud kakak aku perlu protes?" Tanyaku. Aku tidak paham seperti apa yang Bian inginkan.

"Bukan. Aku mau kamu kelihatan ceria kayak gini. Apa kamu bisa?" Tanyanya.

Ditanya seperti itu, aku mulai ragu. Itu karena aku tidak tahu apa yang aku lakukan tadi. Aku cuma protes balik tanpa menyadari kalau scene itu yang disukai Bian.

RYVAN 1 - Ugly Duckling Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang