Wajah Musa tampak pucat saat melihat Mamanya sudah berada di dalam kamar dirinya sambil mencoba membuka paksa lemari Disana, segera ia menarik tangan Ibunya dari sana untuk mengalihkan pada suatu hal.
"Gak jadi makan malamnya?" tanya Musa saat melihat tidak adanya kehadiran Sang Papa seperti yang dibicarakan Dona kemarin.
"Dia sudah menunggu kamu dari tadi, tapi kamu baru pulang." Dona merajuk dengan ekspresi wajah cemberut.
"Ya udah bagus." Musa kemudian membaringkan tubuh lesunya pada tempat tidur.
"Kamu kok gak bilang kalo lemari kamu rusak? tadi Mama mau masukin jaket kamu nih baru selesai di cuci Mba. Tapi pintunya gak bisa dibuka."
"Mama simpan di pintu sebelahnya aja." Musa menunjuk pintu satunya lagi pada lemari yang memiliki empat pintu berjajar.
"Nanti Mama beliin yang baru ya."
"Gak usah, Ma. Lagian baju aku gak terlalu banyak, jadi muat tiga pintu aja," jawab Musa terhentak dari rebahannya.
"Yaudah kalo gitu kamu mandi dulu sana, habis itu kita makan malam. Makanannya masih utuh dibawah." Dona meraih handuk kecil dan menggantungkannya di bahu Musa.
"Iya, Ma. Siap!"
Musa beranjak dari tempat tidur itu ketika dirasa Mamanya sudah keluar, ia merogoh sebuah kunci dari saku tasnya. Dengan mudah ia membuka pintu lemari yang baru saja di klaim rusak oleh Mamanya, dilihatnya isi pintu lemari itu dengan senyum yang tidak bisa diartikan sambil tangannya meraba sesuatu di dalam sana.
"Kamu aman, sayang ..."
*****
Sephia begitu terkejut saat melihat seorang pria gondrong yang kini rambutnya sudah berganti berwarna biru itu masuk ke kelasnya saat jam istirahat pertama sambil menenteng beberapa makanan berat. Seisi kelasnya heboh kedatangan tamu yang sebelumnya tak pernah keluar kelas dan lebih suka menyendiri, Musa menarik satu kursi menyentuh kursi Sephia.
"Hai."
"Hai Musa!" jawab semua siswi yang masih di dalam kelas, padahal sapaan itu untuk Sephia.
Musa hanya tersenyum, lalu kembali menatap Sephia, "hai," bisiknya kali ini agar tidak dijawab lagi semua orang.
"Lo ngapain disini?" Tanya ketus Sephia menggeser posisi duduknya yang dirasa terlalu menempel.
Joly pun terlihat sama keheranannya, biasanya jika tidak menitipkan pada orang lain, Musa menaruh hadiah pagi-pagi sekali saat semua orang belum tiba, atau memberinya nanti saat di halte. Tapi hari ini terasa berbeda saat Musa sendiri yang membawa semua hadiah itu ke kelas Sephia.
"Gue lagi nagih janji Lo kemarin." Musa menata beberapa makanan berat itu di atas meja Sephia.
"Cieeeee..." Sorakan itu bergema memenuhi isi kelas.
"Kalian gak ke kantin?" sindir Musa berkedok bertanya pada Semua orang yang masih berada di kelas.
Pengusiran halus itu rupanya dicerna dengan matang oleh semua orang, dan meninggalkan mereka bertiga dikelas.
"Lo juga, gak ke kantin?" tunjuk Musa usil pada Joly.
"Inikan makanan udah banyak, gak bakal abis nih. Biar gue bantuin," jawab Joly tersenyum lebar memperlihatkan gigi rapinya.
"Gak perlu, Lo ganggu tau!"
"Lo ngusir gue!" bentak Joly.
"Ini aja, kita makan bareng-bareng." Sephia ikut berbicara.
"Makan gue banyak, gak cukup kalo bertiga," sindir lagi Musa.
"Yaudah pacaran sana!"
"Mau gue anter?" tawar Sephia.
"Gak Apa-apa, untuk hari ini gue ngalah," jawab Joly menggembungkan pipinya kesal menghentakkan langkahnya pergi.
"Bye!" Musa melambaikan tangan sebagai pemenang.
Kemudian Musa menyilangkan satu pasang sendok dan garpu di mangkok mie ayam itu, "hari ini gue lagi mau makan ditemenin."
Sephia menatap mie ayam yang hanya satu mangkok itu dengan heran, "Lo nya gak makan?"
"Lo aja, nanti gue minta dikit."
Musa kembali menyodorkan satu mangkok batagor satu porsi tanpa alat makan.
"sendoknya cuman satu?" tanya Sephia lagi.
"Kenapa? Lo jijik kalo satu sendok sama gue?"
Sephia tak merespon.
"Yaudah kalo Lo jijik, gue gak usah makan. Lo aja," lanjutnya.
"Lo mau makan yang mana duluan?" tanya Sephia yang mengisyaratkan tak keberatan jika harus satu sendok berdua.
Senyuman cantik Musa mengembang dengan menunjuk tegak kearah pangsit garing yang sudah dilumuri bumbu kacang itu.
Tak berapa lama kemudian, bagaikan lalat yang mencium aroma busuk. Kedua gadis dengan rok ketat itu muncul dengan raut wajah kesal menempel pada Musa, "Musa! Lo disini ternyata."
Salah satu gadis itu merangkul tangan Musa, dengan genit. Lalu ditepisnya dengan kasar, "gue pernah bilang kalo kalian boleh lakuin apapun sesuka kalian, tapi jangan sentuh gue!"
"Iya, maaf. Habis gue kesel, gue udah bawain makan siang Lo. Lo malah disini." Delikan matanya tajam menatap Sephia yang sedang melilitkan mie ayamnya.
"Jadi berita Lo lagi deketin anak baru itu beneran?" ucap satunya dengan wajah sama kesalnya.
"Sephia, ini Gladys sama Anya. Mereka yang kadang bawain gue bekel makan siang, karena gue jarang banget ke kantin. Gue jelasin sebelum Lo salah paham." Musa memperkenalkan kedua gadis itu pada Sephia yang merasa canggung dengan suasana ini.
"Hai, Kak," sapanya dengan ramah.
Galdys memutar bola matanya dengan sarkas, sementara Anya terlihat pura-pura tidak mendengar.
"Gue cinta Sephia," ucap Musa mendeklarasikan perasaannya pada kedua gadis yang sedari tadi sudah terbakar cemburu.
Sephia membulatkan matanya.
"Kayaknya dia nggak deh," sindir Anya melirik malas kearah Sephia.
"Gue kan bilangnya cinta Sephia, berarti gue yang cinta dia. Itu pernyataan, bukan pertanyaan. Gak harus dijawab," ucap kembali Musa mempertegas.
"Apasih yang Lo suka dari dia?"
"Bukannya dia juga Deket sama Candra ya?" Gladys menimpali argumen Anya.
"Gak usah sebut nama itu!"
"Iya, Sorry."
"Ehem, kayaknya gue keluar aja kali ya." Sephia berusaha untuk bangkit perlahan, namun tangan Musa sigap menarik Sephia ke dalam pangkuannya.
"Musa, lepasin!"
"Kalian tuh udah kelas tiga, fokus belajar. Jangan ngejar brondong terus," ujar Musa memberikan sindiran kesekian kalinya.
"Musa!!" Gladys dan Anya tak tahan dengan pemandangan membara itu, mereka memilih pergi daripada terus saja berdebat dengan Musa.
"Lo gila! kalo mereka bully gue gimana? kayak yang di film-film?" Sephia menaikan nada suaranya.
"Ada gue. Mereka gak bakal berani kalo Lo jadi pacar gue," jawab Musa.
"Lo ngancem gue?"
"Gue gak ngancem, gue cuma perlahan menjelaskan benefit apa yang bakal Lo terima kalo jadi pacar Musa."
"Gue, bakal jagain Lo dari apapun!" tegas Musa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika Saja Ku Tolak Cintanya BAGIAN I
RomanceNoted : sebagian cerita merupakan kisah nyata. Rate age : 18+ terdapat adegan kekerasan yang tidak patut ditiru "Sephia milik ku, sekali pun harus ku bunuh lalu ku awetkan." Obsesi dan posesive jika digabungkan akan semengerikan apa ya? Kesalahan t...