4. Ramalan

983 120 7
                                    

Yan membuka tirai kereta dan melihat keluar jendela. Selir Xin tersenyum. Kedua Ibu dan anak sangat senang dapat keluar Istana.

Mereka layaknya narapidana yang diberikan kesempatan keluar untuk sementara waktu.

Empress Dowager selalu pergi berdoa ke sebuah kuil kerajaan setiap tahun. Dia sering ditemani para Selir tingkat tinggi atau bahkan sang Empress sendiri.

Tahun ini Ia memutuskan memperbesar skalanya. Setiap Pangeran dan para Ibu diharuskan ikut berdoa.

Hanya Pangeran ke empat dan sang Ibu yang tidak ikut. Karena Ia terlahir berbadan lemah dan selalu sakit-sakitan sejak lahir.

Bunga-bunga bermekaran di musim semi. Burung-burung berkicau dengan riang di pepohonan.

Akhirnya kereta mereka berhenti di lapangan dekat kuil.

"Ibu, lihat! Ada kelinci! "

"Ya. Aku melihatnya. "

Yan sangat suka binatang kecil berbulu lebat. Sayangnya Selir Xin alergi bulu binatang.

Empress Dowager batuk sekali untuk mengumpulkan perhatian. Semua Selir dan Empress berdiri tegak.

Seorang biksuni bergegas menyambut kedatangan mereka.

Ibunda sang Kaisar memiliki wibawa tinggi. Ia tidak senang menunggu.

Sang biksuni langsung memimpin mereka ke sebuah Aula luas di dalam kuil.

Seorang wanita tua buta sedang duduk di sebuah kursi.

Empress Dowager memberi perintah, "Para Pangeran. Buat barisan dan berdiri di depan meja. "

Semua remaja lelaki berbaris rapi sesuai perintah. Bahkan Pangeran sombong seperti Mu Rong Ying tidak berani melawan.

Wanita buta itu memiliki pupil berwarna putih. Wajahnya penuh kerutan. Ia sepertinya berumur di atas delapan puluh tahunan.

"Berikan tanganmu. "

Pangeran Pertama merasa merinding ketika telapak tangannya diraba perlahan.

"Tidak cukup talenta. Kurangi makan. Tidak semua pujian bermaksud baik. "

Selir Fang mengeryitkan dahi. Ia tidak suka anaknya ditegur di depan umum.

Pangeran Pertama memang sedikit kelebihan berat badan.

Jika Yan mendengarnya, Ia pasti protes kalau sepuluh kilo bukanlah jumlah yang sedikit.

Giliran Pangeran Kedua.

Sang Peramal buta batuk sekali.

Ia berkata, "Karakter lemah. Mudah tertiup angin ke sana dan kemari. Tidak punya pendirian kuat. "

Ibunya memprotes keras, "Tahu apa kau? Berani sekali mengejek anakku! Kau cari mati?"

Tidak punya kelakuan yang anggun. Layaknya seorang pedagang ikan di pasar saja.

"Memalukan! " tegur Empress Dowager (Ibu Suri).

"Semua Ibu dan orang lainnya keluar dari ruangan. Cukup para Pangeran saja di sini. "

Para Pangeran di suruh keluar dan masuk secara bergiliran supaya tidak ribut.

Mu Rong Ying tersenyum lebar ketika gilirannya tiba. Ia adalah Pangeran kesayangan sang Empress. Pasti nasibnya bagus.

"Berhati sempit. Mudah iri. "

"Apa maksudmu? Kau menjelek-jelekkan Aku, ya? Mau mati?"

Empress Dowager jengkel sekali. Tidak mudah membuat janji dengan sang Peramal buta ini. Ia nyaris tidak pernah mau meramal lagi selama satu dekade ini.

Pangeran Yang Terlupakan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang