anyeong wkwk, sorry bgt udah ngilang lama dan gantungin cerita ini :)
meski terlambat aku tetep mau ngucapin minal aidzin ya gaes, selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan.
.
.
.
.
Haikal terbangun dari tidur nyenyaknya dengan kondisi badan yang cukup membaik. Ia merasa takjub sendiri ketika badannya tidak selemas biasanya. Pria itu menoleh ketika pintu kamarnya terbuka dan mendapati wajah Indah yang melengos kedalam.
"mas masih pusing? Biar aku panggilin dokter" tanya gadis itu memastikan kondisi Haikal, karena kemarin kondisi pria itu masih belum membaik.
"aku udah enakan, ini mau mandi" jawab pria itu.
"mandi air hangat ya mas dan jangan lama-lama, kalo gitu aku lanjutin masak dulu" pesan Indah kemudian berbalik pergi.
Perhatian Indah terasa begitu langka dan susah Haikal percaya ketika kemarin ia hanya mampu bertahan sendiri dalam kesakitannya. Entah kenapa pria itu tiba-tiba berpikir bahwa selama ini ia tidak pernah bersyukur.
Haikal ingin terlena, tapi ia sadar akan ada hal besar yang memang harus ia hadapi, terlebih dengan kehadiran ayah mertuanya seperti yang kemarin gadis itu sampaikan. Dengan menghembuskan nafas berat, Haikal melanjutkan langkahnya menuju kamar mandi.
@@@@@
Indah memasak dengan riang sembari mengikuti celotehan sang anak yang sedang menyanyi mengikuti kartun yang biasa Haidar tonton lewat ponselnya. Sementara disamping sang anak, ada Bunga yang juga sibuk bermain dengan ponselnya.
Indah menghentikan nyanyiannya ketika dengan samar terdengar suara bel rumah berbunyi. Semakin lama suaranya semakin jelas, sehingga ia meminta tolong sang adik untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang karena kini masakannya tidak bisa ditinggal.
Bunga yang membuka pintu mengernyit bingung pada wanita yang berdiri dihadapannya. Begitu pula dengan wanita itu, ia meneliti gadis dihadapannya dengan seksama membuat Bunga merasa kikuk.
"temennya mbak Indah?" tebak Bunga asal karena tamu dihadapannya adalah seorang wanita dengan umur yang ia yakin tak jauh dari kakaknya.
"kamu siapa?" bukannya menjawab, wanita tersebut malah ikut bertanya pada Bunga yang kian bingung.
"ya? Saya adiknya mbak" jawab Bunga apa adanya.
Kemudian Indah tiba-tibu muncul sembari menggendong anaknya. Gadis itu ingin menanyakan siapa yang datang ketika Bunga tidak juga kembali masuk. Namun pertanyaannya tertahan ketika melihat sendiri Ferly yang berdiri dihadapannya. Indah bisa melihat sedikit kekagetan dari ekspresi wanita itu begitu ia datang. Sepertinya disini bukan hanya dirinya yang merasa terkejut.
Indah tersenyum kaku pada wanita itu kemudian melirik pada tentengan yang dibawa Ferly yang sepertinya makananan.
"cari mas Haikal ya mbak? Tapi dia masih tidur" sapa Indah berpura-pura ramah dan juga berbohong.
Sesungguhnya saat-saat ini, ia sedang tidak ingin melihat wanita dihadapannya kini.
Indah mungkin memang tidak ingin lagi mengganggu ataupun mencampuri urusan Haikal dan Ferly. Tapi tidak dihadapannya, tidak ketika dirumahnya sendiri, terlebih dihadapan adik dan anaknya.
"oh, apa Haikal masih sakit? Aku kesini mau bawain dia bubur buatan mami aku, takutnya emang belum bisa makan yang berat-berat" ujar Ferly seolah tidak sungkan dengan Indah yang merupakan istri dari laki-laki yang dicarinya.