01 || AKSI DEMONTRASI

239 58 251
                                    

Haloo👋 kenalan dulu sama author

My Name is Fasya, you can call me Fasya, sya, or acaa.

Aku menulis karena suka, bukan karena banyak yang baca. Tapi aku senang sekali kalau ceritaku banyak di kenal😄

Untuk kalian yang sudah mampir ... ingin menetap atau hanya singgah?

Aku sangat butuh dukungan kalian, jadi jangan pelit ketuk vote ya. Tysm!

Jika ada kesamaan alur, nama tokoh, atau yang lainnya itu murni tidak disengaja. Karena aku menulis melewati isi pikiranku sendiri:)

****

"BIARIN KAMI MASUK ATAU KAMI RUSAK PAKSA?!"

"UDAH, TEROBOS AJA GERBANGNYA!"

Gedung Dewan Perwakilan Rakyat digeruduk oleh ribuan massa yang menuntut DPR merevisi UU Pilkada setelah adanya putusan MK. Partai Buruh dan Mahasiswa menggelar aksi hari ini guna memastikan jika pelaksanaan Pilkada 2024 didasarkan pada keputusan Mahkamah Konstitusi.

Di tengah-tengah panasnya matahari yang menyorot terik sama sekali tidak mengurangi rasa semangat para mahasiswa dari berbagai Universitas yang tidak saling mengenal namun memiliki satu tujuan yang sama. Ada rasa bangga, haru, dan rasa senasib seperjuangan mengingat mereka berada di sini untuk melindungi hak mereka yang ingin direnggut paksa. Kondisi saat ini sesak, panas, ricuh sudah pasti. Suara gelora yang bergemuruh terdengar sangat lantang.

Aksi unjuk rasa yang mereka lakukan itu sempat berhenti sejenak ketika aparat kepolisian menahan seluruh mahasiswa yang turun ke jalan. Semuanya tetap menyuarakan apa yang menurut mereka harus diadili. Para mahasiswa itu bersikeras meminta salah satu anggotanya Dewan Perwakilan turun langsung untuk mendengarkan suara mereka.

Seorang laki-laki dengan tubuh tinggi berdiri dengan gagah sembari membentangkan spanduk. Jaket almamater berwarna coklat sudah tidak dikenakannya lagi, melainkan ia sampirkan di bahu dan membiarkan kaos hitam polos melapisi tubuhnya juga sepatu putih yang sedikit kotor akibat rusuhnya aksi demo hari ini. Namanya, Radeva Agastya Mahardika.

"Saya ditugaskan untuk menjaga keamanan gedung dan sekitarnya. Jangan berbuat kerusuhan yang dapat merugikan!" ujar salah satu polisi yang sudah geram dengan kelakuan mereka.

"KAMI NGGAK AKAN RUSUH KALAU SUARA KAMI DI DENGAR! TINGGAL IZINKAN KAMI MASUK, APA SUSAHNYA?!" Teriak Radeva dengan lantang.

"Kami akan izinkan kalian masuk, tapi nanti. Tolong bersabar! Dewan Perwakilan juga sedang sibuk, kalian tidak bisa seenaknya."

Ribuan manusia yang berada di jalanan itu semakin geram. Sudah satu jam lamanya namun belum juga mendapat hasil apa-apa. Pihak polisi tidak juga memberi izin bagi mereka untuk memasuki gedung DPR dan masih saja memberikan berbagai alasan serta berusaha mengusir mereka secara halus.

"KELAMAAN NJIR! ANCURIN AJA TUH GERBANGNYA!"

"Pak, saya tahu, sibuk itu hanya alasan. Gimana kita percaya kalau mereka aja menolak bertemu dengan rakyatnya! Suara kami nggak di dengar! Padahal tanpa kami, mereka bukan apa-apa. Kita nggak akan biarin hak sebagai rakyat kita direnggut oleh pihak nggak bertanggung jawab seperti kalian. Kami di sini bersatu untuk satu tujuan. Yaitu untuk bertemu dengan wakil kami!" Radeva kembali membuka suara. Sorakan heboh yang menyetujui juga mendukung ucapan laki-laki itu semakin riuh.

Sincerity Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang