1. What's the matter?

143 13 2
                                    

BRAKKKK...!!!!

Pintu ruang tamu itu dibanting dengan hebat hingga kaca-kaca jendela yang terpasang di sisi-sisi pintu itu ikut bergetar. Membuat seorang pria yang umurnya hampir menginjak setengah abad itu terlonjak kaget karena ketenangannya bekerja diruang tamu itu lenyap dengan tiba-tiba.

Mata sipit pria itu menatap heran sang anak yang tengah berjalan dari arah pintu menuju dirinya dengan mulut yang terus merapalkan sumpah serapah entah kepada siapa. Alis yang lebih mudah berkerut, nanpak amarah sangat meluap-luap dalam dirinya.

"CHOI SOOBIN SIALAN!" Teriaknya tiba-tiba.

"Hei, ada apa?" Tanya si lebih tua dengan lembut diselingi nada khawatir akan kondisi putra semata wayangnya.

"Papi~."

Si muda berlari berhamburan memeluk  sang papi, karena sumpah demi apapun emosinya hari ini sudah berada di puncak ubun-ubunnya karena ulah seorang pria bernama CHOI SIALAN SOOBIN. Paha papinya itu segera ia jadikan bantal, masa bodoh dengan statusnya yang sudah menginjak remaja namun masih manja, yang ia butuhkan saat ini adalah belaian sang papi agar kepalanya sedikit lebih rileks setelah menegang akibat emosi.

"Ada apa Yeonjun? Apa terjadi sesuatu?" Tanya papi dengan tangan yang mengelus rambut hitam anaknya dengan pelan, mengabaikan pekerjaan yang dari tadi ia lakukan.

Bukannya menjawab, remaja itu justru membalikkan tubuh kecilnya membuat wajah manisnya menghadap pada perut rata sang papi.

Yeonjun menghela, ia sebebarnya malas jika harus menceritakan kembali hal apa yang harus membuatnya emosi. Demi dewa Neptunus, ia malas, amat sangat terlalu malas jika harus membahas pria bajingan setinggi tiang yang memiliki lesung pipi bernama Choi Soobin itu, jangankan membahas, menyebut namanya saja ia merasa jijik, terlalu menggelikan melontarkan nama itu jika mengingat kelakuannya yang hampir mirip dengan jelmaan setan itu.

"Apa masalah tentang Soobin lagi?"

Raut wajah Yeonjun semakin masam, papinya ini sudah tau kenapa masih bertanya? Apalagi menyebut nama yang sangat angker itu.

"Please don't say that name papi~! "

Yeonjun merasa papinya sedang terkekeh kecil, orang tuanya memang sudah tau sehebat apa Yeonjun menancapkan bendera perang pada Soobin.

"Hihi, melihat sikapmu membuat papi mengingat masa lalu."

Alis Yeonjun terangkat satu, ucapan papinya nampak mengangkat rasa penasarannya. Dengan segera ia berdiri dari acara rebahannya, lalu menatap wajah putih pucat yang terlihat begitu cantik. Jika dilihat-lihat, papinya hanya mewariskan sedikit gen pada dirinya, hanya kecantikannya, lalu dari segi bentuk mata, hidung dan lainnya itu gen dari dadynya.

"Papi pernah?" Tanya Yeonjun memastikan. "Lalu hubungan papi dengannya sekarang bagaimana?"

Wajah pucat yang sudah sedikit terlihat kerutan jika tersenyum itu seakan menerawang, mengingat kembali kejadian lampau yang dulu memang terasa menjengkelkan namun sekarang menjadi kenangan yang tak terlupakan.

"Kami sudah menikah." Jawabnya.

Mata Yeonjun terbelalak kaget. "Bagaimana bisa?!"

"Bisa Yeonjunie, dulu dady dan papi juga seperti itu. Kim Taehyung dan Min Yoongi dulu juga seperti kamu."

Bulu kuduk Yeonjun tiba-tiba meremang mendengar ucapan pria cantik dihadapannya, ia tak menyangka bawa kedua orang tuanya juga mengalami kejadian yang sama dengan dirinya, dan hal itu semakin membuatnya takut.

Pernah dengar kata benci jadi cinta? Teman-teman Yeonjun selalu  mengingkatkannya akan hal itu, bahwa suatu hari nanti bisa saja ia mencintai Soobin dan Yeonjun selalu menolak mentah-mentah persepsi tersebut. Karena ia rasa tidak mungkin, kadar kebenciannya pada pria tinggi bak titan itu sudah di level maksimum yang tidak akan pernah berkurang.

"T-tapi kan tidak semua benci jadi cinta kan papi? Bisa saja jadi dendam kan?"

Yoongi tertawa melihat respon anaknya, persis seperti ia dulu. Bahkan bisa dibilang ia dengan sang suami lebih parah, tiada hari tampa keduanya baku hantam, entah hanya dengan kata-kata atau bahkan sampai fisik. Bahkan Yoongi pernah bersumpah pada teman-temannya jika ia memang menikah dengan Taehyung, pria berkulit tan itu yang akan menjadi pihak bawahnya, dan ternyata sumpah itu tak bisa ia lakukan.

Tangan putih Yoongi kembali mengelus rambut Yeonjun, dengan pelan ia mengusap mencoba memberi ketenangan. Ia tahu ketakutan sang anak.

"Bisa saja, tapi apa kamu mau jadi orang jahat?" Tanya Yoongi halus. "Lagi pula, perasaan itu dinamis sayang. Kamu tidak bisa menyuruhnya untuk terus tetap berada dalam kawasan benci dihatimu, mungkin suatu hari ia berjalan tampa kamu sadari menuju daerah dimana kamu sudah benar-benar jatuh cinta dan tidak bisa lepas darinya."

---

Yeonjun termenung dalan kamarnya, setelah pembicaran dengan sang papi ia semakin was-was. Bagaimana jika benar suatu hari nanti ia harus menikah dengan titan wibu seperti Soobin? Demi tuhan rasanya ia akan membotakkan kepalanya saat ini juga karena memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ia do'akan supaya tidak terjadi.

Saat sedang melamun, ponsel Yeonjun yang tergeletak diatas kasur tak jauh dari jangkauannya membunyikan sebuah notif tanda sebuah pesan baru masuk. Dengan segera laki-laki bermata rubah itu mengambil ponselnya, sebuah nama yang sangat tak ingin ia baca berada di paling atas jajaran pesan-pesan yang sengaja tak ia baca.

Soobin bajingan :

Heh jelek! jangan lupa besok bawa barang yang gue suruh atau engga fotonya bakal kesebar keseluruh sekolah dan imaje lo bakal jelek.

"ARGHHHH ASTAGA TUHAN IZINKAN HAMBA MENGUTUK CHOI SIALAN SOOBIN INI!"

Yeonjun berteriak frustasi, astaga rasanya ia akan terkena serangan jantung sekarang. Bagaimana bisa pria bodoh itu mengancamnya, selama ini ia tidak pernah kalah jika berurusan dengan si sialan itu, tapi jika ia menolak akan lebih berbahaya.

Tubuh Yeonjun melosot diatas kasur empuknya dengan air mata yang perlahan mengalir. Saat ini pikirannya kacau, ia membenci dirinya sendiri ditambah dengan ancama Soobin, semua masalahnya seakan menumpuk tiba-tiba.

"Hiks... sialan kau, hiks."

Pecah sudah pertahanan Yeonjun, akhirnya ia menangis. Mengingat kejadian itu membuat pemuda itu merasa menjadi manusia paling bodoh.

Tangisnya tak kunjung berhenti, air matanya terus mengalir dengan lembut. Dibalik sikap kasar dan tawa yang selalu ia pasang, pemuda itu juga memiliki titik lelah dalam hidupnya. Ia juga ketakutan akan karma yang teman-temannya bicarakan dan kisah hidup kedua orang tuanya yang sepertinya berhubungan mengenai dirinya dan Soobin.

Setelah beberapa menit dan puas menangis, Yeonjun kembali mengambil ponselnya lalu mengetikkan beberapa pesan untuk membalas pesan Soobin.

Soobin bajingan :

Heh jelek! jangan lupa besok bawa barang yang gue suruh atau engga fotonya bakal kesebar keseluruh sekolah dan imaje lo bakal jelek.

Me :

Bacot lo awas aja kalau sampai lo ngelanggar kesepakatan kita. Gak cuma lo yang hancur, tapi cewek kelas 12 IPS1 inceran lo juga yang bakal ngerasain akibatnya.

-----

Next ?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Be With uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang