9 | HONESTY

815 276 117
                                    


Jujur adalah landasan dari semua perbuatan baik. Bahkan, sebuah hubungan harus dibangun lewat kejujuran agar pondasinya terpancang kuat.

____SAMBUNG RASA____

Sorry for typo ya.
No edit langsung update


"Mas Saga, lupakan semua yang udah aku bilang sama Mas tadi. A-Aku mau nikah sama Mas Saga ...." Hening sejenak usai kalimat Ashila.

Sagara mematung di tempat. Kernyitan tercipta di dahi mendengar semua statement yang dilontarkan Ashila. Sedikit kaget karena Shila berubah pikiran secara drastis dalam waktu yang sangat singkat. Menggeleng samar adalah respons impulsif Sagara. Bagaimana bisa seseorang mengambil keputusan krusial hanya dalam hitungan menit? Dua kali pula. Sangat gampang memutuskan untuk mundur, tak berselang lama kembali memutuskan untuk meneruskan rencana?

"Shila---"

"Mas tolong, kita bahas nanti saja ya. Aku enggak mau papa sama Mama dengar obrolan kita." Shila memotong ucapan Sagara dengan cepat. Lewat gerakan mata gadis itu menunjuk area dalam ruang observasi. Tempat papanya sedang terbaring lemah.

"Kita memang harus bicara setelah ini, Shila." Nada bicaranyalembut, tapi menyiratkan ketegasan. Shila mengangguk sepintas, sejurus gadis itu melangkah masuk ke ruang observasi. Sagara mengekori di belakang Shila. Shila membeku di tempat mendapati papanya terbaring lemah di bed rawat. Matanya sontak berembun, ingin menangis.

"Assalamualaikum." Rapal Sagara.

"Wa'alaikumussalam, loh, kamu sama Saga di sini, Kak?" Diandra menoleh pada Sagara dan Shila. Kak adalah panggilan yang disematkan Diandra pada Shila. "Mama sudah pesan sama Mbak di rumah kalau jangan kasih tahu, malah dikasih tahu."

"Papa gimana keadaannya Ma?" Shila menyongsong brangkar tempat papanya berbaring. Deas memberinya senyum lemah. Wajah papanya membias sedikit pucat.

"Papa baik-baik saja Shila, tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Deas menimpali. "Cuma kecapean dan Hb rendah. Sebentar lagi juga pulih seperti biasa." Sambung Deas menjabarkan.

"Baik-baik aja gimana Pa?! Jelas-jelas Papa lagi dirawat gini." Intonasi suaranya terdengar emosional. Shila tidak setuju dengan ucapan papanya. Deas - papanya sangat jarang sekali sakit. Selama ini yang Shila tahu papanya selalu menjaga kesehatan, tidak suka makan sembarangan dan rajin berolahraga. Makanya pemandangan papanya terbaring sakit sedikit membuat Shila merasa syok. 

"Tidak usah pikirkan papa. Kamu fokus saja sama persiapan pernikahanmu, Shila." Wejangan Deas mendapat gelengan tegas dari Shila.

Gadis itu mengosongkan udara dalam paru-parunya. Mencoba mengurai sesak yang tiba-tiba menyergap. Diandra Ashila Dhizwar dikepung rasa bimbang. Di satu sisi dia meragu melanjutkan rencana pernikahan dengan Sagara. Di sisi lain tidak tega menyaksikan betapa antusiasnya sang papa akan pernikahan Shila dan Sagara. Deas bahkan rela menyematkan namanya di belakangan nama Shila, padahal jelas-jelas dia tahu jika Shila bukan darah dagingnya.

"Shila, papa tanya malah melamun?" Deas menegur Shila yang termenung sejak tadi. Gadis yang berdiri di sisi brangkar itu seketika tergeragap.

"Iya Pa, maaf, Shila agak ngantuk jadi enggak fokus." Alibi Shila.

"Gimana kalian tadi? Udah dapat seserahannya?" Diandra menukas obrolan suami dan anaknya.

"Alhamdulillah sudah, Tante." Sagara yang menyahut. Diandra tersenyum dibarengi anggukan, lalu ikut merapal hamdalah.

"Kalau ngantuk pulang saja Shila, biar diantar Saga," ujar Diandra, matanya menelisik raut sang putri yang memancar kuyu.

Deas ikut mengangguk, mengamini ucapan istrinya.
"Iya, papa setuju sama mama. Kamu pulang saja Shila."

ETHEREAL (Sambung Rasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang