Altezza pulang kerumah usai berkumpul lama di sekolah. Dia membersihkan dirinya sebelum turun keruang makan untuk mengisi perut. Hari ini menu yang di siapkan Bunda ada ayam kecap dan sayur bening, tidak butuh lama untuk Altezza menghabiskan makanannya karena dia begitu lapar dari sekolah.
Selesai makan, Altezza terdiam dengan pandangan kosong kedepan. Tipikal orang yang kekenyangan sampai jadi bodoh.
"Bang Ja, anterin Aku dong. Beli ice cream."
"Hah?"
Altezza yang masih setengah sadar menoleh, melihat Juna, satu-satunya adek yang dia miliki, duduk di bangku sebelahnya.
"Anterin beli ice creaaamm!" ulang Juna, agak di tekan.
"Uang dari mana?" tanya Altezza.
"Abang." jawab Juna dengan watadosnya.
"Ogah." sosor Altezza dan berdiri dari tempatnya. "Minimal kalo mau ice cream harus punya duit."
Juna mendengus pelan, "Ngapain? Aku punya Abang harus di manfaatin lah, Abang juga harus bermanfaat bagi adik."
"Pinter Lo ngejawab orang gede. Minta sama Ayah, abang mau pergi." ucap Altezza, mengambil kunci motor yang tergantung di dinding.
Juna berdiri dan mengekori Altezza yang sibuk mondar-mandir mengambil jaket dan helmnya.
Tepat di belakang Eja, Juna berkata, "Mau kemana? Abang pergi mulu!"
"Anak kecil gak usah tau."
"Iya deh anak dewasa. Tapi, Aku juga mau tau. Nanti Bunda tanya lohh abang di mana."
"Yee, Abang udah pamitan sama Bunda di whatsapp." ucap Altezza dengan nada mengejek.
Juna bersungut kesal sementara Altezza tertawa kecil. Altezza hanya ingin menjahili adeknya sampai bocah berumur sebelas tahun itu sampai dia kesal.
"Nanti di beliin ice cream yang kayak biasa."
Mata Juna melebar pertanda senang, "Bener ya? Jangan lupa!"
Altezza mengangguk, menepuk kepala adeknya pelan seraya berjalan keluar pintu dan bilang, "Jaga rumahnya. Pergi dulu, Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Ice cream ya!"
Altezza mengangguk lagi seraya naik kemotornya lalu menyalakan mesin. Sudah siap, dia langsung menjalankan motor menuju ketempat tujuan.
Tadi sebelum pulang sekolah, Altezza berjanjian dengan seseorang lewat chat untuk bertemu. Katanya orang itu membutuhkan bantuan tenaga untuk mengangkat barang-barangnya yang akan di bawa kerumah yang baru.
Dengan senang hati karena Nakula membutuhkan bantuan, Altezza pun turut menurunkan tangannya.
Altezza tau mereka akan pindah rumah sejak pulang dari puncak, karena sempat dia tanyakan pada Nala. Tapi tidak di sangka Nala akan mulai pindahan hari ini, di hari pertama dia mulai bersekolah. Mungkin Nalula senggang meski ini hari senin di mana semua orang penuh berkegiatan, jadi mereka mulai pindahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RENNALA (On Revisi)
Fiksi Umumrahasia tetap diam tak terucap, meski hati bergemuruh berisik meminta untuk menyelami diri sang pemilik hati. - rennala dan pernak pernik masa muda. lavendherr, 2023. cover from pinterest.