"gue bakal kuliah"ketiga temannya langsung memperhatikan Rendy, sedangkan yang di perhatikan hanya menggambar di buku tulisnya.
"bukannya lo yg pertama bilang kaga mau kuliah ya? kok mendadak?" ucap Haidar.
"nyokap maksa" jawab Rendy.
Semua terdiam mendengar ucapan Rendy tidak ada yang memberikan nasehat ataupun membalas ucapannya, karena gimanapun juga ibu-nya Rendy tidak akan mendengarkan ucapan anaknya sendiri.
"lo pada tau kan ortu gua itu gila nilai. Gua dapat nilai bagus juga kaga pernah di banggain, dikira transfer duit aja bikin gua seneng? kaga. Gua punya penyakit juga karena ulah orang tua gua sendiri, gua kasih tau juga pasti ortu gua kaga bakal percaya malah bilang gua kecapean" sambung Rendy.
Nakala hanya menganggukkan kepalanya karena ia memahami apa maksud dari perasaan Rendy. Haidar hanya bisa mengusap-usapkan tangannya di belakang kepala Rendy karena dirinya tidak tau harus menjawab bagaimana.
"yaudah, itu kemauan ortu lo mau gimanapun juga lo gabisa nolak kan?" ucap Nakala.
Rendy menganggukkan kepalanya karena ucapan Nakala itu benar, mau tidak mau harus ikutin apa kata orang tua karena kalau di omongin juga yang jelas kedua ortunya tidak akan mendengarkan.
"lo punya kita-kita, kalo butuh bantuan, nih ada 6 kuping yang siap dengerin" ucap Jero.
Haidar dan Nakala mengangguk menyetujui apa yang diucapkan oleh Jero, karena mereka tidak sendiri, mereka punya teman yang siap berbagi cerita apapun itu karena itu namanya keluarga.
"ngangguk-ngangguk mulu lo pada ga takut kecengklak apa itu leher" seru Rendy yang berusaha menenangkan keadaan.
"yeuuu kita ini lagi dengerin elu" Haidar yang sedari tadi mengusap-usapkan tangannya berakhir menjitak kepala Rendy, sang punya kepala hanya bisa meringis sakit karena jitakan Haidar sangat amat kuat.
"anjir bunyi euyy jitakannya" seru Nakala yang langsung dibarengi tawa Jero.
"dar kalau jadian bilang-bilang ya, siapa tau gua bisa bantu" ucap Rendy.
"yeuuu modus deketin cewe gua ya lo?" tanya Haidar.
"mana ada anjing. liat kal dibantuin malah begitu" jawab Rendy.
"kalau galau nanti ketawain aja ren, paling kenceng kalau bisa" ucap Nakala.
"nice ingpo cuyy" seru Rendy yang langsung memberikan jempol kepada Nakala.
"jero game mulu anjay lama-lama game nya gua hapus juga" ucap Haidar.
"siap patah leher lo ya anjing" jawab Jero yang masih asik memainkan game yang ada di ponselnya.
...
Disaat Nakala sedang menuju kafe dia bekerja tidak sengaja melihat Yerin yang hendak masuk ke dalam kafe tersebut."Yerin" sahut Nakala.
"nah pas, barengan ama gua sini"
Ntah apa yang dilakukan Yerin kepada dirinya yang sedari tadi tangannya di tarik oleh temannya itu. Sesampai memasuki ruangan terdapat laki-laki yang sedang duduk di meja kerjanya.
"bang, ga sengaja ketemu jadi sekalian. Ini Nakala yang kemarin aku yerin ceritain" Sahut Yerin yang sedang memperkenalkan dirinya kepada abangnya.
"ah kamu Nakala? kamu bisa bekerja sekarang" sahut orang itu.
Baru saja Nakala menundukkan kepalanya untuk tanda terima kasih dan keluar dari ruangan itu, orang itu kembali memanggil, mau tidak mau dirinya harus mendengarkan apa katanya.
"karena kamu hanya bekerja sementara disini, jadi kalau libur sekolah kamu bekerjanya dari pagi ya?"
Ucapan itu hanya bisa di angguki oleh Nakala karena dirinya juga hanya bekerja untuk sementara, untuk menafkahi dirinya sendiri untuk bisa melanjutkan kehidupannya suatu saat nanti.
Bekerja keras dirinya melakukan pekerjaan tersebut, membersihkan meja-meja, lantai dan memberikan hidangan kepada pelanggan ia lakukan itu dengan senang hati. Yerin hanya bisa melihat Nakala yang sedang mengerjakan pekerjaannya, rasanya dirinya ingin membantu tetapi dia juga sibuk membuat hidangan-hidangan untuk para pelanggannya.
Hari sudah menjelang malam dimana kafe sudah hampir tutup, Nakala kembali membersihkan yang ada di kafe tersebut dari meja, lantai dan dapur kafe yang berantakan. Ia senang mendapatkan pekerjaan walau itu hanya sementara baginya.
Saat dirumah dirinya kembali suram, ntah kenapa setiap memasuki rumahnya seperti penjara baginya, hawa-hawa yang membuat dirinya kembali mengingat masa-masa dimana ia di sakiti. Padahal sejak di kafe Nakala berbincang-bincang dan saling tertawa bersamaan dengan pelanggan karena dirinya merasa senang. Dan sekarang kembali suram lagi.
Ia lelah, Nakala langsung merebahkan dirinya di atas kasurnya yang empuk, tidak sengaja dirinya menatap foto keluarga di meja belajarnya, terlihat foto tersebut tersenyum dengan indah, tanpa ada dirinya di foto itu.
Nakala tersenyum miris, setidak bisa itu kah dirinya hanya ingin sebuah kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Ia kembali menatap langit-langit dan tertidur dengan sangat pulas..
...
kayaknya chapter ini aku buat singkat aja deh dulu karena bingung selanjutnya wkwk
kayaknya Nakala kerja aku skip aja yak berminggu² udah..
semangat gess..
KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRABUANA, 00L.
Teen FictionKisah 4 insan yang selalu kena dampak permasalahan dikeluarganya, yang selalu mendapatkan makian dari kedua orang tuanya, yang dunianya telah hancur akibat orang tuanya. Dan mereka lebih memilih untuk berjuang bersama, susah senang akan selalu ada...