Setelah 1 minggu Jechan menetap di apartemen, lebih ke tinggal di apartemen. Ia tidak lagi menginjakan kakinya di rumah papanya. Bahkan papanya tidak mencari atau mempertanyakan keadaannya sedang dimana.
Jechan mengambil ponselnya yang berada di nakas, lalu membukanya. Ia melihat ada beberapa notif masuk, dan ia melihatnya yang ternyata adalah mamanya.
Mamanya hanya menanyakan uang bulanan Jechan sudah habis atau belum, dan Jechan hanya membalas belum, ia hanya jujur mengatakannya.
Jechan melempar ponselnya ke kasur, lalu ia merebahkan dirinya di sofa, kegiatan Jechan sekarang tidak ada, karena 1 minggu diadakan libur, ntah itu karena apa.
Bingung, Jechan benar benar bingung sekarang. Jm juga sudah menunjukan pukul 16.08 Jechan berdiri dan berjalan kearah dapur. Lalu ia membuka kulkas dan Jechan mengambil coffe dan meminumnya. Kemudian ia berjalan ke arah meja makan, Jechan duduk dan menaruh coffenya dia atas meja makan.
“Ini bahan bahan udah mau habis, apa gue balanja aja kali ya. Itung itung cari udara seger,” seru Jechan lalu berdiri dan berjalan kekamar untuk mengambil jaket dan kunci motornya.
Sebelum keluar kamar Jechan bergumam. “Tapi ini udah sore. Bodo lah.” ucanya setelah di pikir matang matang. Selepasnya ia keluar dan tidak lupa mengunci pintu apartemennya.
Saat ia sampai di depan pintu lift ia memencet tombol dan pintu itu segera membuka. Jechan terkejut saat pintu itu terbuka, hanya ada satu orang. Tapi bukan itu masalahnya.
Orangnya itu adalah Melvind, ya Melvind.
Pintu lift hampir tertutup dan untungnya Jechan menyela agar terbuka kembali. Dengan cepat ia masuk ke lift dan memencet tombol nomor pertama bisa dibilang itu adalah lantai bawah.
Selama di lift tidak ada obrolan bahkan menatap pun saja Jechan enggan apalagi untuk mengobrol. Melvindnya saja terlihat seperti orang yang tidak mengenalnya, kan ada saja yang membuatnya kesal.
“Kemana?” tiba tiba saja Melvind mengatakan sepatah kata membuat Jechan mendengus kesal.
“Lo kenal gue?” ujar Jechan kesal.
“Kemana?” tanya nya lagi kali ini sambil menatap tajam Jechan. Tetapi Jechan tidak menatap balik melainkan menatap pintu lift itu.
“Orang nanya di jawab, Jechan Lionel Ezequiel,” ucap Melvind sambil menekan kata terakhir dan menyebut lengkap nama Jechan.
Jechan merasa kesal karena menyebut nama lengkapnya, ia menatap balik Melvind yang sedang menatapnya tajam. Jechan meneguk ludahnya melihat tatapan tajam Melvind.
“Keluar cari angin,” jawab Jechan asal, tapi jawabannya memang benar.
“Ngapain?” tanya Melvind lagi.
Jechan merasa kesal karena terus di tanya Melvind berkali kali, ya bukan berkali kali juga sih sebenarnya, tapi kan kenapa juga Melvind menanyakannya.
“Kepo amat,” jawabnya lagi.
“Gue serius,” ujar Melvind tak senang akan jawabannya Jechan. Itu bukan jawaban yang Melvind mau, dan kenapa juga jawabannya harus seperti itu.
“Gue juga serius. Lagian ngapain lo tanya tanya gue,” balas Jechan setelah itu beruntungnya lift sudah sampai di lantai bawah. Ketika pintu lift sudah terbuka Jechan lari kecil meninggalkan Melvind sendiri yang sambil keluar lift dengan santai.
. . .
Jechan mampir di supermarket ia berniat membeli bahan makanan untuk stok di apartemennya. Ia mengambil beberapa bahan makanan yang hanya ia bisa saja. Tidak lupa juga ia membeli mie dan coffe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little bear
Teen FictionYang awalnya benci pada Melvind, tetapi pas ia tahu bahwa Melvind adalah teman masa kecilnya yang sering ia ajak main, sekarang menjadi lebih manja, bukan dirinya, tetapi Melvind yang memanjakan dirinya. Melvind sedari dulu sampai sekarang tidak jau...